Quantcast
Channel: Sang Pakar
Viewing all 204 articles
Browse latest View live

Angan – Angan Suami Tercinta

$
0
0
Namaku Mia, karyawati sebuah bank swasta terkenal, yang semenjak beberapa lama aku mengalami frigiditas dalam persetubuhan, terutama sejak melahirkan anak pertamaku. Atas anjuran suamiku, aku dibawa suamiku ke dukun yang bernama Ki Alugoro yang bermukim di desa kecil di luar Jakarta untuk menyembuhkan frigiditasku.

Sejak itu, setelah sembuh, gairahku untuk bersetubuh malah jadi menggebu-gebu, mungkin karena dalam rangka penyembuhan tersebut aku harus mau menuruti semua persyaratan yang diajukan oleh Ki Alugoro, antara lain diurut dengan semacam obat dalam keadaan telanjang bulat dan disetubuhi olehnya (waktu itu disetujui dan malah disaksikan oleh suamiku).
Akupun setuju asal aku dapat sembuh dari frigiditasku. Dan mungkin karena kontol Ki Alugoro memang benar-benar besar, lagi pula dia pandai sekali mencumbu den membangkitkan gairahku, ditambah dengan ramuan-ramuan yang diberikan olehnya, maka sekarang aku benar-benar sembuh dari frigiditasku, dan menjadi wanita dengan gairah seks yang lumayan tinggi. Hanya saja, karena ukuran kontol suamiku jauh lebih kecil dari kontol Ki Alugoro, maka dengan sendirinya suamiku tidak pernah bisa memuaskanku dalam bersetubuh.

Apakah aku harus datang lagi ke tempat Ki Alugoro dengan pura-pura belum sembuh? (padahal supaya aku disetubuhi lagi olehnya). Mula-mula terbersit pikiran untuk berbuat begitu, tapi setelah kupikir-pikir lagi kok gengsi juga ya? Masak seorang istri baik-baik datang ke laki-laki lain supaya disetubuhi walaupun kalau mengingat kontol Ki Alugoro yang luar biasa besar itu aku sering tidak bisa tidur dan gairahku untuk bersetubuh memuncak habis.

Sering-sering aku harus memuaskan diri dengan dildo yang kubeli tempo hari di depan suamiku sehabis kami bersetubuh karena suamiku tidak bisa memuaskan diriku. Malah sering suamiku sendiri yang merojok-rojokkan dildo itu ke dalam tempikku.

Untunglah, entah karena mengerti penderitaanku atau tidak, ternyata suamiku mempunyai angan-angan untuk melakukan persetubuhan three in one atau melihat aku disetubuhi oleh laki-laki lain, terutama setelah dia melihat aku disetubuhi Ki Alugoro tempo hari. Pantesan sejak itu, sebelum bercinta, dia selalu mengawalinya dengan angan-angannya. Angan-angan yang paling merangsang bagi suamiku, adalah membayangkan aku bersetubuh dengan laki-laki lain dengan kehadiran suamiku, seperti dengan Ki Alugoro tempo hari. Setelah beberapa lama dia menceritakan angan-angannya tersebut, suatu hari dia bertanya bahwa apakah aku mau merealisasikan angan-angan tersebut. Pada awalnya aku pura-pura mengira dia cuma bercanda. Namun dia semakin mendesakku untuk melakukan itu, aku bertanya apakah dia serius. Dia jawab, ”Ya aku serius!” Kemudian dia berkata, bahwa motivasi utamanya adalah untuk membuatku bahagia dan mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Karena dengan melihat wajahku ketika mencapai orgasme dengan Ki Alugoro tempo hari, selain sangat merangsang juga memberikan kepuasan tersendiri bagi dirinya (rupanya, waktu melihat tempikku dianceli kontol gede Ki Alugoro, diam-diam dia mengocok-ngocok kontolnya sendiri sampai orgasme.)

Tentu saja hal itu sebetulnya sangat aku harapkan. Inilah yang namanya dildo dicinta, kontolpun tiba. Secara terus terang, seperti aku tuturkan diatas, aku tidak pernah merasa puas dengan kontol suamiku yang kecil, terutama setelah tempikku dianceli oleh kontol Ki Alugoro yang luar biasa itu. Wah, rasanya sampai tidak bisa aku katakan.

Kuakui selama ini aku juga sering mengalami gejolak birahi yang tiba-tiba muncul, apalagi di pagi hari apabila malamnya kami melakukan persetubuhan karena suamiku tidak dapat melakukannya secara sempurna dan aku tidak sampai orgasme.

Rupanya angan-angan seksual suamiku tersebut bukan hanya merupakan sekadar angan-angan saja akan tetapi dia sangat bersikeras untuk dapat mewujudkannya menjadi suatu kenyataan dan suamiku terus membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan angan-angannya (padahal sebenarnya aku sudah sangat mengharapkan, kapan rencana itu diwujudkan?). Tetapi untuk meyakinkan keseriusannya aku pura-pura terpaksa mengalah dan berjanji akan membantunya sepanjang aku dapat melakukannya dan kutanyakan apakah dia tidak cemburu melihat istrinya ditelanjangi dan tempiknya dianceli dengan kontol orang lain? Dia bilang sama sekali tidak.

”Karena aku hanya ingin melihat kau bahagia dan terpuaskan dalam persetubuhan” jawabnya mantab waktu itu.
”Tentu saja aku akan mencarikan kau temanku yang mempunyai kontol besar dan keras. Setidak tidaknya sama dengan kontol Ki Alugoro tempo hari” janjinya lebih lanjut.

Sejak itu dia rajin menawarkan nama-nama temannya untuk mensetubuhiku.

”Terserah kaulah, kan kau yang punya rencana aku disetubuhi temanmu” jawabku waktu itu.

Akhirnya di suatu hari suamiku berbisik padaku, ”Aku telah mengundang Edo untuk menginap di sini malam ini”

Hatiku berdebar keras mendengar kata-kata suamiku itu, karena Edo teman suamiku itu adalah salah seorang idola di sekolahku dulu dan dia adalah cowok yang menjadi rebutan cewek-cewek dan sangat kudambakan jadi pacarku semasa SMA. Suamikupun kenal baik dengan dia karena kami memang berasal dari satu kota kabupaten yang tidak seberapa besar. Terus terang kuakui bahwa penampilan Edo sangat oke. Bentuk tubuhnya pun lebih tinggi, lebih kekar dan lebih atletis dari tubuh suamiku karena dia dulu jago basket dan olah raga yudo. Walaupun Edo adalah cowok yang kudambakan semasa SMA dulu, tetapi kami belum pernah berpacaran karena dia memang agak acuh terhadap cewek dan disamping itu, banyak sainganku cewek-cewek yang mengejar-ngejar dia. Apalagi waktu itu sudah menjelang EBTANAS, dan setelah itu dia sibuk dengan persiapan masuk universitas. Waktu itu aku kelas 1, sedang dia kelas 3 SMA.

Ketika Edo datang, aku sedang mematut-matut diri dan memilih gaun yang seksi dengan belahan dada yang cukup rendah agar aku terlihat menarik. Dari cermin rias di kamar tidurku, kuamati gaun yang kukenakan terlihat sangat ketat melekat pada tubuhku sehingga lekukan-lekukan tubuhku terlihat dengan jelas. Susuku kelihatan sangat menonjol membentuk dua buah bukit daging yang indah. Tubuhku memang ramping dan berisi. Susuku yang subur juga kelihatan sangat kenyal. Demikian pula pantatku yang cenderung nonggeng itu menonjol seakan menantang laki-laki yang melihatnya. Dengan perutku yang masih cukup rata dengan kulitku yang puber (putih bersih) membuat tubuhku menjadi sangat sempurna. Apalagi wajahku memang tergolong cantik. Dan terus terang, dari dulu aku memang bangga dengan tubuh dan wajahku. Tiba-tiba aku baru tersadar, pantas saja suamiku mempunyai angan-angan untuk melihat aku disetubuhi oleh laki laki-lain. Ingin membandingkan dengan film BF yang sering kami lihat mungkin.

Setelah mematut-matut diri, aku keluar untuk menyediakan makan malam. Setelah makan malam, Edo dan suamiku duduk mengobrol di teras belakang rumah dengan santai sambil menghabiskan beberapa kaleng bir yang dicampur dengan sedikit minuman keras pemberian teman suamiku yang baru pulang dari luar negeri. Tidak berapa lama aku pun ikut duduk minum bersama mereka. Malam itu hanya kami berdua ditambah Edo saja di rumah. Pembantuku yang biasa menginap, tadi siang telah kuberikan istirahat untuk pulang ke rumahnya selama beberapa hari, sedang anakku satu-satunya tadi siang dijemput mertuaku untuk menginap di rumahnya.
Ketika hari telah makin malam dan udara mulai terasa dingin, tiba-tiba suamiku berbisik kepadaku, ”Aku telah bicara dengan Edo mengenai rencana kita. Dia setuju malam ini menginap di sini.

”Tapi walaupun demikian kalau kamu kurang cocok dengan pilihanku ini, kamu tidak usah takut berterus terang padaku!” bisik suamiku selanjutnya.
”Tapi kujamin kontolnya memang gede, aku beberapa kali melihatnya waktu kencing di kantor. Tapi soal kekerasannya, kamu sendiri yang dapat membuktikannya nanti” lanjutnya lagi.

Mendengar bisikan suamiku itu, diam-diam hatiku gemetar sambil bersorak gembira, tetapi aku pura-pura diam saja, tidak menunjukkan sikap yang menolak atau menerima. Dalam hati aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti bila aku benar-benar bersetubuh dengan laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak akan cemburu melihat istrinya disetubuhi lelaki lain secara sadar dan seluruh bagian tubuh istrinya yang sangat rahasia dilihat dan dinikmati oleh laki-laki lain yang sudah amat dia kenal (kalau dengan Ki Alugoro kan dalam rangka penyembuhan?).

Tidak berapa lama kemudian aku masuk ke kamar dan berganti pakaian memakai baju tidur tipis tanpa BH, sehingga susuku, terutama pentil susuku yang besar itu terlihat membayang di balik baju tidur.

Ketika aku keluar kamar, baik suamiku maupun Edo kelihatan terpana untuk beberapa saat.

Akan tetapi mereka segera bersikap biasa kembali dan suamiku langsung berkata, ”Ayo..!” katanya dengan senyum penuh arti kepada kami berdua dan kamipun segera masuk ke kamar tidur.

Di kamar tidur suamiku mengambil inisiatif lebih dulu dengan mulai menyentuh dan melingkarkan tangan di dadaku dan menyentuh susuku dari luar baju tidur.

Melihat itu, Edo mulai mengelus-elus pahaku yang terbuka, karena baju tidurku tersingkap ke atas. Dengan berpura-pura tenang aku segera merebahkan diri tengkurap di atas tempat tidur. Sebenarnya nafsuku sudah mulai naik karena tubuhku dijamah oleh seorang laki-laki yang tidak lain adalah idolaku waktu di SMA dulu, apalagi aku dalam keadaan hanya memakai sehelai baju tidur tipis tanpa BH. Akan tetapi kupikir aku harus berpura-pura tetap tenang untuk melihat inisiatif dan aktivitas Edo dalam memancing gairah birahiku. Aku ingin tahu sampai seberapa kemahirannya.

Beberapa saat kemudian kurasakan bibir Edo mulai menyusur bagian yang sensitif bagiku yaitu bagian leher dan belakang telinga. Merasakan gesekan-gesekan itu aku berpikir bahwa inilah saat untuk merealisasikan angan-angan suamiku. Seperti mengerti keinginanku, Edo mulai mengambil alih permainan selanjutnya. Aku langsung ditelentangkan di pinggir ranjang, kemudian tangannya yang kiri mulai memegang sambil memijit-mijit susuku yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang kanan mengelus-elus dan memijit-mijit bibir tempikku yang masih dibalut celana dalam, sambil mulutnya melumat bibirku dengan gemas. Tangan Edo yang berada di susuku mulai memelintir dengan halus ujung pentilku yang besar dan mulai mengeras.

Masih dalam posisi terlentang, kurasakan jemari Edo. terus meremas-remas susuku dan memilin-milin pentilnya. Saat itu sebenarnya nafsuku belum begitu meninggi, tetapi rupanya Edo termasuk jagoan juga karena terbukti dalam waktu mungkin kurang dari 5 menit aku mulai mengeluarkan suara mendesis yang tak bisa kutahan. Kulihat dia tersenyum dan menghentikan aktivitasnya.

Kini Edo mulai membuka baju tidurku dan beberapa saat kemudian aku merasakan tarikan lembut di pahaku. Lalu aku merasakan hembusan lembut hawa dingin AC di tempikku yang berarti celana dalamku telah dilepas oleh Edo. Kini Edo telah menelanjangi diriku sampai aku benar-benar dalam keadaan telanjang bulat tanpa ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhku.

Aku hanya bisa pasrah saja merasakan gejolak birahi dalam diriku ketika tubuhku ditelanjangi laki-laki idolaku dihadapan suamiku sendiri.

Kulirik Edo penuh nafsu menatap tubuhku yang telah telanjang bulat sepuas-puasnya.

Aku benar-benar tidak dapat melukiskan betapa perasaanku saat itu. Aku ditelanjangi oleh laki-laki idolaku dan yang sebenarnya aku harapkan kehadirannya.

Belum pernah aku bertelanjang bulat di hadapan laki-laki lain, kecuali dengan Ki Alugoro dalam keadaan setengah sadar dalam rangka penyembuhan tempo hari, apalagi dalam situasi seperti sekarang ini.

Aku merasa sudah tidak ada lagi rahasia tubuhku yang tidak diketahui Edo.

Maka, secara reflek dalam keadaan terangsang, aku mengusap-usap kontol Edo yang telah tegang dari luar celananya. Ini kelihatan karena bagian bawah celana Edo mulai menggembung besar. Aku mengira-ngira seberapa besar kontol Edo ini. Kemudian aku mengarahkan tanganku ke arah retsluiting celananya yang telah terbuka dan menyusupkan tanganku memegang kontol Edo yang ternyata memang telah ngaceng itu. Aku langsung tercekat ketika terpegang kontol Edo yang seperti kata suamiku ternyata memang besar.

Kulirik suamiku sedang membuka retsluiting celananya dan mulai mengelus-elus kontolnya sendiri. Dia kelihatan benar-benar sangat menikmati adegan ini. Tanpa berkedip dia menyaksikan tubuh istrinya digauli dan digerayangi oleh laki-laki lain.
Sebagai seorang wanita dengan nafsu birahi yang lumayan tinggi, keadaan ini mau tidak mau akhirnya membuatku terbenam juga dalam suatu arus birahi yang hebat. Jilatan-jilatan Edo pada bagian tubuhku yang sensitif membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi yang mulai menjalari diriku dan tempikku.

Setelah beberapa saat aku memegang sambil mengelus-elus kontol Edo, tiba-tiba Edo berdiri dan membuka celana beserta celana dalamnya sehingga kontolnya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari kungkungan dan sekarang aku bisa melihatnya dengan jelas. Setelah membuka seluruh pakaiannya, kini Edo benar-benar bertelanjang bulat.

Sehingga aku dapat melihat dengan jelas ukuran kontol Edo dalam keadaan ngaceng, yang ternyata memang jauh lebih besar dan lebih panjang dari ukuran kontol suamiku. Bentuknya pun agak berlainan. kontol Edo ini mencuat lurus ke depan agak mendongak ke atas, sedang kontol suamiku jauh lebih kecil, agak tunduk ke bawah dan miring ke kiri. Aku betul-betul terpana melihat kontol Edo yang sangat besar dan panjang itu. kontol yang sebesar itu memang belum pernah aku lihat (waktu dengan Ki Alugoro aku tidak sempat memperhatikan seberapa besar kontolnya, karena aku agak malu-malu dan setengah sadar). Batang kontolnya kurang lebih berdiameter 5 cm dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya yang sangat besar, panjangnya mungkin kurang lebih 18 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan rambut-rambut keriting yang lebat. Kulitnya kelihatan tebal, lalu ada urat besar disekeliling batangnya dan terlihat seperti kabel-kabel di dalam kulitnya. Kepala batangnya tampak kenyal, penuh, dan mengkilat.

Kemudian dia menyodorkan kontolnya tersebut ke hadapan wajahku.

Aku melirik ke arah suamiku, yang ternyata tambah asyik menikmati adegan ini sambil tersenyum puas dan mengelus-elus kontolnya, karena melihat aku kelihatan bernafsu menghadapi kontol yang sebesar itu. Aku sebenarnya sudah amat terangsang, tetapi untuk menunjukkan pada Edo, aku agak tidak enak hati.

Tapi entah kenapa, tanpa kusadari tiba-tiba aku telah duduk di tepi ranjang sambil menggenggam kontol itu yang terasa hangat dalam telapak tanganku. Kugenggam erat-erat, terasa ada kedutan terutama di bagian uratnya. Lingkaran genggamanku hampir penuh menggapai lingkaran batang kontolnya. Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku akan pernah memegang kontol sebesar ini, dari seorang laki-laki lain secara sadar dan penuh nafsu dihadapan suamiku.

Kembali aku melirik kepada suamiku. Kulihat dia semakin bertambah asyik menikmati adegan ini, malah kali ini bukan hanya mengelus-elus, tetapi malah sambil mengocok kontolnya sendiri, yaitu adegan istrinya yang penuh nafsu birahi sedang digauli oleh laki-laki lain, yang juga merupakan idolaku dulu.

Tiba-tiba muncul nafsu hebat terhadap idolaku itu, sehingga dengan demonstratif kudekatkan mulutku ke kontol Edo, kujilati seluruh permukaannya dengan lidahku kemudian kukulum dan kuhisap-hisap dengan nafsu birahi yang membara. Aku merasa sudah kepalang basah maka aku akan nikmati kontol itu dengan sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku.

Kuluman dan hisapanku itu membuat kontol Edo yang memang telah berukuran besar itu menjadi bertambah besar, bertambah keras dan kepala kontolnya jadi tambah mengkilat merah keungu-unguan.. Dalam keadaan sangat bernafsu, kontol Edo yang sedang mengaceng keras dalam mulutku itu mengeluarkan semacam aroma yang khas yang aku namakan aroma lelaki.

Aroma itu menyebabkan gairah birahiku semakin memuncak dan lubang tempikku mulai terasa berdenyut-denyut hebat hingga secara tidak sadar membuatku bertambah gemas dan semakin menjadi-jadi menghisap kontol itu seperti hisapan sebuah vacuum cleaner.
Kuluman dan hisapanku yang amat bernafsu itu rupanya membuat Edo tidak tahan lagi. Tiba-tiba dia mendorong tubuhku sehingga telentang di atas tempat tidur.

Aku pun kini semakin nekat dan semakin bernafsu untuk melayaninya. Aku segera membuka kedua belah pahaku lebar-lebar.

”Do…” kataku pelan dan aku bahkan tidak tahu memanggilnya untuk apa.

Sambil berlutut mendekatkan tubuhnya diantara pahaku, Edo berbisik, ”Ssttt…………!” bisiknya sambil kedua tangannya membuka pahaku sehingga selangkanganku terkuak. Itu berarti bahwa sebentar lagi kontolnya akan bercumbu dengan tempikku. Benar saja, aku merasakan ujung kontolnya yang hangat menempel tepat di permukaan tempikku. Tidak langsung dimasukkan di lubangnya, tetapi hanya digesek-gesekkan di seluruh permukaan bibirnya, ini membuat tempikku tambah berdenyut-denyut dan terasa sangat nikmat. Dan makin lama aku makin merasakan rasa nikmat yang benar-benar bergerak cepat di sekujur tubuhku dimulai dari titik gesekan di tempikku itu.

Beberapa saat Edo melakukan itu, cukup untuk membuat tanganku meraih pinggangnya dan pahaku terangkat menjepit pinggulnya. Aku benar-benar menanti puncak permainan ini. Edo menghentikan aktivitasnya itu dan menempelkan kepala kontolnya tepat di antara bibir tempikku dan terasa bagiku tepat di ambang lubang tempikku. Aku benar-benar menanti tusukannya.

”Oocchh.. Ddoo, please..” pintaku memelas.

Sebagai wanita di puncak birahi, aku betul-betul merasa tidak sabar dalam kondisi seperti itu. Sesaat aku lupa kalau aku sudah bersuami, yang aku lihat cuma Edo dan kontolnya yang besar dan panjang. Ada rasa deg-deg plas, ada pula rasa ingin cepat merasakan bagaimana rasanya dicoblos kontol yang lebih besar dan lebih panjang.

”Ooouugghhh……” batinku yang merasa tak sabar benar untuk menunggunya.

Tiba-tiba aku merasakan sepasang jemari membuka bibir-bibir tempikku. Dan lebih dahsyat lagi aku merasakan ujung kontol Edo mulai mendesak di tengah-tengah lubang tempikku..

Aku mulai gemetar hebat, karena tidak mengira akan senikmat ini aku akan merasakan kenikmatan bersetubuh. Apalagi dengan orang yang menjadi idolaku, yang sangat kukagumi sejak dulu.

Perlahan-lahan Edo mulai memasukkan kontolnya ke dalam tempikku.

Aku berusaha membantu dengan membuka bibir tempikku lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit kontol sebesar itu masuk ke dalam lubang tempikku yang kecil.

Tangan Edo yang satu memegang pinggulku sambil menariknya ke atas, sehingga pantatku agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang kontolnya yang diarahkan masuk ke dalam lubang tempikku.

Pada saat Edo mulai menekan kontolnya, aku mulai mendesis-desis, ”Sssshhhhh…… Eddooo…… ppelan-ppelan Ddooo… ssshhhh…… desisku gemetar. Edo lalu menghentikan aktivitasnya sebentar untuk memberiku kesempatan untuk mengambil nafas, kemudian Edo melanjutkan kembali usahanya untuk memasukkan kontolnya. Setelah itu kontol Edo mulai terasa mendesak masuk dengan mantap. Sedikit demi sedikit aku merasakan terisinya ruangan dalam lubang tempikku. Seluruh tubuhku benar-benar merinding ketika merasakan kepala kontolnya mulai terasa menusuk mantap di dalam lubang tempikku, diikuti oleh gesekan dari urat-urat batang kontol itu setelahnya. Aku hanya mengangkang merasakan desakan pinggul Edo sambil membuka pahaku lebih lebar lagi.

Kini aku mulai merasakan tempikku terasa penuh terisi dan semakin penuh seiring dengan semakin dalamnya kontol itu masuk ke dalam lubang tempikku.

Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari Edo ketika hampir seluruh kontolnya itu amblas masuk.

Aku sendiri tidak mengira kontol sebesar dan sepanjang tadi bisa masuk kedalam lubang tempikku yang kecil. Walaupun belum seluruh kontol Edo masuk ke dalam tempikku, rasanya seperti ada yang mengganjal dan untuk menggerakkan kaki saja rasanya agak aneh. Tetapi sedikit demi sedikit aku mulai bisa menyesuaikan diri dan menikmati rasa yang nyaman dan nikmat.

Ketika hampir seluruh batang kontol Edo telah amblas masuk ke dalam lubang tempikku, tanpa sengaja aku terkejang sehingga berakibat bagian dinding dalam tempikku seperti meremas batang kontol Edo. Aku agak terlonjak sejenak ketika merasakan kontol Edo seperti berkerojot di dalam lubang tempikku akibat remasan tersebut. Aku terlonjak bukan karena kontol itu merupakan kontol dari seorang laki-laki lain yang pertama yang kurasakan memasuki tubuhku selain kontol suamiku dan Ki Alugoro, akan tetapi karena aku merasakan kontol Edo memang terasa lebih istimewa dibandingkan kontol suamiku maupun kontol Ki Alugoro, baik dalam ukuran maupun ketegangannya.

Selama hidupku memang aku belum pernah melakukan persetubuhan dengan laki-laki lain selain dengan suamiku dan Ki Alugoro dan keadaan ini memberikan pengalaman baru bagiku. Aku tidak menyangka ukuran kontol seorang laki-laki berpengaruh besar sekali terhadap kenikmatan bersetubuh seorang wanita.

Oleh karena itu secara refleks aku mengangkat kedua belah pahaku tinggi-tinggi dan menjepit pinggang Edo erat-erat untuk selanjutnya aku mulai mengoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh Edo. Saat itu kakiku masih menjuntai di lantai karpet kamar. Tanganku memegangi lengannya yang mencengkeram pinggulku. Aku menariknya kembali ketika Edo menarik kontolnya dari tempikku. Tapi dan belum sampai tiga perempat kontolnya berada di luar tempikku, tiba-tiba dia menghujamkannya lagi dengan kuat.

Aku nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang disiramkan kepadaku secara tiba-tiba itu.

Begitulah beberapa kali Edo melakukan hujaman-hujaman ke dalam lubang tempikku tersebut. Setiap kali hujaman seperti menyiramkan rasa nikmat yang amat sangat ke tubuhku. Aku begitu terangsang dan semakin terangsang seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding lubang tempikku menerima gesekan-gesekan dari urat-urat kontol Edo yang seperti kabel-kabel yang menjalar-jalar itu. Biasanya suamiku kalau bersetubuh semakin lama semakin cepat gerakannya, tetapi Edo melakukan gerakan yang konstan seperti mengikuti alunan irama musik evergreen yang sengaja aku setel sebelumnya.

Tapi anehnya, justru aku semakin bisa merasakan setiap milimeter permukaan kulit kontolnya dengan rytme seperti itu.

Tahap ini sepertinya sebuah tahap untuk melakukan start menuju ke sebuah ledakan yang hebat, aku merasakan tempikku baik bagian luar maupun dalam berdenyut-denyut hebat seiring dengan semakin membengkaknya rasa nikmat di area selangkanganku. Tubuh kami sebentar menyatu kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama semakin cepat.

Sementara itu aku pun kembali melirik ke arah suamiku. Kulihat suamiku agak ternganga menyaksikan bagaimana diriku disetubuhi oleh Edo.

Melihat penampilan suamiku itu, timbul kembali rasa puas di hatiku, maka secara lebih demonstratif lagi kulayani permainan Edo sehebat-hebatnya secara aktif bagaikan adegan dalam sebuah BF. Keadaan ini tiba-tiba menimbulkan suatu kepuasan lain dalam diriku. Bukan saja disebabkan oleh kenikmatan persetubuhan yang sedang kualami bersama Edo, akan tetapi aku juga memperoleh suatu kepuasan lain karena aku telah dapat melaksanakan angan-angan suamiku. Suamiku menghendaki aku bersetubuh dengan laki-laki lain dan malam ini akan kulaksanakan sepuas-puasnya.

Tiba tiba Edo semakin mempercepat hunjaman-hunjaman kontolnya ke dalam lubang tempikku.

Tentu saja ini membuat aku semakin bernafsu sampai-sampai mataku terbeliak-beliak dan mulutku agak terbuka sambil kedua tanganku merangkul pinggulnya kuat-kuat. Aku tadinya tak menyangka sedikitpun kalau kontol Edo yang begitu besar mulai bisa dengan lancar menerobos lubang tempikku yang sempit dan sepertinya belum siap menerima hunjaman kontol dengan ukuran sedemikian besar itu. Terasa bibir tempikku sampai terkuak-kuak lebar dan seakan-akan tidak muat untuk menelan besar dan panjangnya kontol Edo. .

”Ooukkhhss.. sshhh.. Ddoo ..! Terrruusshh.. terrusshh.. Ddoo… mmmmhhhh…!” rintihku merasakan kenikmatan yang semakin lama semakin hebat ditempikku. .
”Hhhmmh.. tempikmu.. niikmaat.. sekalii.. Mmiiaaa.. uukkhh.. uukkhh..” Edo mulai mengeluarkan kata-kata vulgar yang malah menambah nafsu birahiku mendengarnya.

Gejolak birahi Edo ternyata makin menguasai tubuhnya dan tanpa canggung lagi ia terus menghunjam hunjamkan kontolnya mencari dan menggali kenikmatan yang ia ingin berikan kepadaku. Untuk tambah memuaskanku dan dirinya juga, batang kontol Edo terus menyusupi lubang tempikku sehingga akhirnya betul-betul amblas semuanya.

”Aarrggccchhhhhh…!!” aku melenguh panjang, kurasakan badanku merinding hebat, wajahku panas dan mungkin berwarna merah merona.

Mataku memandang Edo dengan pandangan sayu penuh arti meminta sesuatu, yaitu meminta diberi rasa nikmat yang sebesar-besarnya.

Edo kelihatan betul-betul terpana melihat wajahku yang diliputi ekspresi sensasional itu. Kemudian Edo tambah aktif lagi bergoyang menarik ulur batang kontolnya yang besar itu, sehingga dinding tempikku yang sudah dilumuri cairan kawin itu terasa tambah banjir dan licin.

Wajahku semakin lepas mengekspresikan rasa sensasi yang luar biasa yang tidak pernah aku perkirakan sebegitu nikmatnya. Saking begitu nikmatnya perasaan maupun tempikku disetubuhi oleh Edo, tanpa kusadari aku mulai berceloteh di luar sadarku, ”Ohhss.. sshhh.. enaakk.. sseekalii… kkontolmu Ddoo…!! Oougghh.. terusshh…. teerruusshh..!!! Aku mendesah, merintih dan mengerang sepuas-puasnya. Aku sudah lupa diri bahwa yang menyetubuhiku bukanlah suamiku sendiri. Yang ada di benakku hanyalah letupan birahi yang harus dituntaskan.

Dengan penuh nafsu kami saling berpelukan sambil berciuman. Nafas kami saling memburu kencang, lidah kami saling mengait dan saling menyedot, saling bergumul.

Edo mengambil inisiatif dengan menggenjot pantatnya yang tampak naik turun semakin cepat diantara selangkanganku yang semakin terbuka lebar, akupun mengangkat kedua kakiku tinggi-tinggi sambil kutekuk dan kusampirkan ke pundaknya, pantatku kuangkat untuk lebih memudahkan batang kontol Edo masuk seluruhnya dan menggesek syaraf-syaraf kenikmatan di rongga tempikku, akibatnya Edopun semakin mudah menyodokkan kontolnya yang panjang, besar dan keras itu keluar masuk sampai ke pangkal kontolnya hingga mengeluarkan suara berdecak-decak crot… crot… seperti suara bebek menyosor lumpur seiring dengan keluar masuknya kontol itu di dalam tempikku

Edo melihat ke arah selangkanganku, tempikku mencengkeram kontolnya erat sekali, ia tersenyum puas bisa menaklukkan tempikku, yang semakin basah membanjir penuh dengan lendir pelumas putih kental sehingga membasahi bulu-bulu jembutku yang tidak terlalu lebat maupun bulu-bulu jembutnya itu dan sekaligus juga batang kontolnya yang semakin tambah mengeras.

Edo mendengus-dengus bagai harimau terluka, genjotannya makin ganas saja. Mata Edo terlihat lapar menatap susuku yang putih montok dikelilingi bulatan coklat muda di tengahnya dan pentilku yang besar dan sudah begitu mengeras karena birahiku yang sudah demikian memuncak, maka tanpa menyia-nyiakan kesempatan Edo langsung menyedot pentil susuku yang begitu menantang itu.
Tubuhku menggelinjang hebat. Dan susukupun makin kubusungkan bahkan dadaku kugerakkan ke kiri dan ke kanan supaya kedua pentil susuku yang makin gatal itu mendapatkan giliran dari serbuan mulutnya.

Desahan penuh birahi langsung terlontar tak tertahankan begitu lidah Edo yang basah dan agak kasar itu menggesek pentil susuku yang peka.

Edo begitu bergairah menjilati dan menghisap susu dan pentilku di sela-sela desah dan rintihanku yang sedang menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini.
”Oouugghhss.. oouugghhss.. sshhhh… tteerruss Ddooo…” aku makin meracau tidak karuan, pikiranku sudah tidak jernih lagi, terombang ambing di dalam pusaran kenikmatan, terseret di dalam pergumulan persetubuhan dengan Edo, tubuh telanjangku serasa seenteng kapas melambung tinggi sekali.

Aku merasakan kenikmatan bagai air bah mengalir ke seluruh tubuhku mulai dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun terutama sekali di sekitar tempikku.

Tubuhku akhirnya mengejang sambil memeluk tubuh Edo erat sekali sambil menjerit-jerit kecil tanpa sadar.

”Aaaaccchhh…… Dddooo… mmmmmhhhhhh… konnttolmmmuuu… aakkkuu…… kkeeelluuaaarrrr……” jeritku keenakan.

Badan telanjangku terasa berputar-putar merasakan semburan kenikmatan yang dahsyat diterjang gelombang orgasme.

kontol Edo masih terus menggenjot lubang tempikku, dan aku hanya pasrah dipelukannya mengharapkan gelombang kenikmatan selanjutnya. Lebih dari sejam Edo menyetubuhiku tanpa henti, aku makin lama makin terseret di dalam kenikmatan pergumulan persetubuhan yang belum pernah kurasakan.

Tubuhku akhirnya melemas setelah aku menyemburkan lagi cairan kawinku untuk kesekian kalinya bersamaan dengan Edo yang juga rupanya sudah tidak tahan lagi dan……

”Aaacchhh….. oooccchhh… Mmiiaaa… teemmpiikkmmuuu…… nniikkkmaattttt… sseekkalliiii… adduuhhh…… aaakkuu.. kkekkeeeluaarrr…” erangnya sambil menyemburkan pejunya di dalam tempikku

Kemudian untuk beberapa saat Edo masih membiarkan kontolnya menancap di dalam tempikku.

Akupun tidak mencoba untuk melepas kontol itu dari tempikku.

Setelah agak beberapa lama, Edo mengeluarkan kontolnya yang ternyata masih berdiri dengan tegar walaupun sudah orgasme di lubang tempikku. Walaupun kontolnya masih sangat tegar berdiri dengan kerasnya, Edo menghentikan persetubuhan ini karena dia meminta suamiku menggantikannya untuk menyetubuhiku. Kini ganti dia yang akan menonton diriku disetubuhi oleh suamiku sendiri yang ternyata entah sejak kapan dia sudah bertelanjang bulat.

Suamiku dengan segera menggantikan Edo dan mulai menyetubuhi diriku dengan hebat. Kurasakan nafsu birahi suamiku sedemikian menyala-nyala sehingga sambil berteriak-teriak kecil dia menghunjamkan kontolnya yang kecil itu ke dalam lubang tempikku.
Akan tetapi apakah karena aku masih terpengaruh oleh pengalaman yang barusan kudapatkan bersama Edo, maka ketika suamiku menghunjamkan kontolnya ke dalam lubang tempikku, kurasakan kontol suamiku itu kini terasa hambar. Kurasakan otot-otot lubang tempikku tidak lagi sedemikian tegangnya menjepit kontol suamiku sebagaimana ketika kontol Edo yang berukuran besar dan panjang itu menerobos sampai ke dasar lubang tempikku. kontol suamiku kurasakan tidak sepenuhnya masuk ke dalam lubang tempikku dan terasa lebih lembek bahkan dapat kukatakan tidak begitu terasa lagi dalam lubang tempikku yang barusan diterobos oleh kontol yang begitu besar dan panjang.

Mungkin disebabkan pengaruh minuman alkohol yang terlalu banyak, atau mungkin juga suamiku telah berada dalam keadaan yang sedemikian rupa sangat tegangnya, sehingga hanya dalam beberapa kali saja dia menghunjamkan kontolnya ke dalam lubang tempikku dan dalam waktu kurang dari satu menit, suamiku telah mencapai puncak ejakulasi dengan hebat. Malahan karena kontol suamiku tidak berada dalam lubang tempikku secara sempurna, dia telah menyemprotkan separuh pejunya agak di luar lubang tempikku dengan berkali-kali dan sangat banyak sekali sehingga seluruh permukaan tempik sampai ke sela paha dan jembutku basah kuyup dengan peju suamiku.

Selanjutnya suamiku langsung terjerembab tidak bertenaga lagi terhempas kelelahan di sampingku. Sementara itu, karena aku pasif saja waktu disetubuhi suamiku, dan membayangkan kontol Edo yang luar biasa itu, maka aku sama sekali tidak kelelahan, malah nafsuku kembali memuncak. Bagaikan seekor kuda betina binal aku jadi bergelinjangan tidak karuan karena aku ingin mengalami puncak orgasme lagi dengan disetubuhi oleh Edo. Tapi yang disampingku kini suamiku, yang telah lemas dan tak berdaya sama sekali.

Oleh karena itu dengan perasaan kecewa berat aku segera bangkit dari tempat tidur dalam keadaan tubuh yang masih bertelanjang bulat hendak menuju kamar mandi yang memang berada di dalam kamar tidur untuk membersihkan cairan-cairan bekas persenggamaan yang melumuri selangkangan dan tubuhku.

Namun untunglah, seperti mengerti perasaanku, tiba-tiba Edo yang masih dalam keadaan bertelanjang bulat dan ngaceng kontolnya itu memelukku dari belakang sambil memagut serta menciumi leherku secara bertubi-tubi. Selanjutnya dia membungkukkan tubuhku ke pinggir ranjang. Aku kini berada dalam posisi menungging. Dalam posisi yang sedemikian Edo menusukkan kontolnya ke dalam tempikku dari belakang dengan garangnya.

Karena posisiku menungging, aku jadi lebih leluasa menggoyang-goyangkan pantatku, yang tentu saja tempikku juga ikut bergoyang ke kiri dan ke kanan.

Hal ini membuat Edo semakin bernafsu menghujam-hujamkan kontolnya ke dalam tempikku sehingga dengan cepat tubuhku kembali seperti melayang-layang merasakan kenikmatan yang tiada tara ini.

Tak berapa lama tubuhku mengejang dan…

”Dddooo…… oooccchhhh… aacchhh… Ddooo… akk… aakkuu… mmaaauu… kkkeelluuuaaaarrrrrr……” rintihku sambil mencengkeram pinggir ranjang, aku telah mencapai puncak persetubuhan terlebih dahulu.

Begitu aku sedang mengalami puncak orgasme, Edo menarik kontolnya dari lubang tempikku, sehingga seluruh tubuhku terasa menjadi tidak karuan, kurasakan lubang tempikku berdenyut agak aneh dalam suatu denyutan yang sangat sukar sekali kulukiskan dan belum pernah kualami.

Namun walaupun sudah orgasme, aku masih berkeinginan sekali untuk melanjutkan persetubuhan ini. Dalam keadaan yang sedemikian tiba-tiba Edo yang masih bertelanjang bulat sebagaimana juga diriku, menarikku dan mengajakku tidur bersamanya di kamar tamu di sebelah kamarku.

Bagaikan kerbau dicocok hidung, aku mengikuti Edo ke kamar sebelah. Kami berbaring di ranjang sambil berdekapan dalam keadaan tubuh masing-masing masih bertelanjang bulat bagaikan sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu.

Kemudian Edo melepaskan pelukannya dan menelentangkan diriku lalu dengan bernafsu menciumi susuku dan menyedot-nyedot pentilnya yang mancung itu sehingga aku kembali merasakan suatu rangsangan birahi yang hebat. Tidak lama kemudian tubuh kami kami pun udah bersatu kembali dalam suatu permainan persetubuhan yang dahsyat.

Kali ini rupanya Edo ingin mengajakku bersetubuh dengan cara yang lain. Mula-mula Edo membalikkan tubuhku sehingga posisiku kini berada di atas tubuhnya.

Selanjutnya dengan spontan kuraih kontol Edo dan memandunya ke arah lubang tempikku. Kemudian kutekan tubuhku agak kuat ke tubuh Edo dan mulai mengayunkan tubuhku turun-naik di atas tubuhnya. Mula-mula secara perlahan-lahan akan tetapi lama-kelamaan semakin cepat dan kuat sambil berdesah-desah kecil, ”Occhhh… oocchhh… acchhh… sssshhhh…” desahku dibuai kenikmatan.

Sementara itu Edo dengan tenang telentang menikmati seluruh permainanku sampai tiba-tiba kurasakan suatu ketegangan yang amat dahsyat dan dia mulai mengerang-erang kecil, ”Oocchhh… oocchhh… Mmiiaaaa… ttteeemmpppiikkmuuu… mmmhhhhh…”

Akupun semakin cepat menggerakkan tubuhku turun-naik di atas tubuh Edo dan nafasku pun semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh kenikmatan tubuh laki-laki yang berada di bawahku.

Tidak berapa lama kemudian aku menjadi terpekik kecil melepaskan puncak ejakulasi dengan hebat.

”Ooooccchhhhh…… mmmmhhhhhh… ooocccchhhh…… mmmmhhhhhh……” pekikku keenakan dan tubuhkupun langsung terkulai menelungkup di atas tubuh Edo.

Tapi ternyata Edo belum sampai pada puncaknya. Maka tiba-tiba dia bangkit dengan suatu gerakan yang cepat. Kemudian dengan sigap dia menelentangkan tubuhku di atas tempat tidur dan mengangkat tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke atas sehingga lubang tempikku yang telah basah kuyup oleh lendir kawin tersebut menjadi terlihat jelas menganga dengan lebar. Selanjutnya Edo mengacungkan kontolnya yang masih berdiri dengan tegang itu ke arah lubang tempikku dan menghunjamkan kembali kontolnya tersebut ke lubang tempikku dengan garang.

Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika kontol Edo mulai menerobos dengan buasnya ke dalam tubuhku dan membuat gerakan mundur-maju dalam lubang tempikku. Aku pun kini semakin hebat menggoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan turun-naiknya kontol Edo yang semakin lama semakin cepat merojok-rojokkan kontol besarnya ke lubang tempikku.

Aku merasakan betapa lubang tempikku menjadi tidak terkendali berusaha menghisap dan melahap kontol Edo yang teramat besar dan panjang itu sedalam-dalamnya serta melumat seluruh otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya.

Selama pertarungan itu beberapa kali aku terpekik agak keras karena kontol Edo yang tegar dan perkasa itu menggesek bagian paling dalam tempikku (mungkin titik itu yang dinamakan G-Spot atau titik gairah seksual tertinggi wanita)

Akhirnya, bersamaan dengan orgasmeku yang entah ke berapa kali aku tak ingat lagi, kulihat Edo tiba juga pada puncaknya.
”Mmmiiiaaaa… ooocchhh…………… ooocccchhhhhh… Mmmiiiiaaaaaaaa…………………… ttteeemmmppikkkmmmuuu… ooccchhhsss… aakkkuu… kkkellluuaaarrrrrr……” rintihnya dengan mimik wajah yang sangat luar biasa dia menyebut-nyebut namaku sambil mengeluarkan kata-kata vulgarnya lagi dan melepaskan puncak ejakulasinya secara bertubi-tubi menyemprotkan seluruh pejunya di dalam tempikku dalam waktu yang amat panjang.

Sementara itu kontolnya tetap dibenamkannya sedalam-dalamnya di lubang tempikku sehingga seluruh pejunya terhisap dalam tempikku sampai titik penghabisan.

Selanjutnya kami terhempas kelelahan ke tempat tidur dengan tubuh yang tetap menyatu. Selama kami tergolek, kontol Edo masih tetap terbenam dalam tempikku, dan aku pun memang tetap berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhku.

Setelah beberapa lama kami tergolek melepaskan lelah, Edo mulai bangkit dan menciumi wajahku dengan lembut yang segera kusambut dengan mengangakan mulutku sehingga kini kami terlibat dalam suatu adegan cium yang mesra penuh dengan perasaan.
Sementara itu tangannya dengan halus membelai-belai rambutku sebagaimana seorang suami yang sedang mencurahkan cinta kasihnya kepada istrinya.

Suasana romantis ini akhirnya membuat gairah kami muncul kembali.

Kulihat kontol Edo mulai kembali menegang tegak sehingga secara serta merta Edo segera menguakkan kedua belah pahaku membukanya lebar-lebar untuk kemudian mulai memasukkan kontolnya ke dalam tempikku kembali. Berlainan dengan suasana permulaan yang kualami tadi, dimana kami melakukan persetubuhan dalam suatu pertarungan yang dahsyat dan liar. Kali ini kami bersetubuh dalam suatu gerakan yang santai dalam suasana yang romantis dan penuh perasaan. Kami menikmati sepenuhnya sentuhan-sentuhan tubuh telanjang masing-masing dalam suasana kelembutan yang mesra bagaikan sepasang suami istri yang sedang melakukan kewajibannya.

Aku pun dengan penuh perasaan dan dengan segala kepasrahan melayani Edo sebagaimana aku melayani suamiku selama ini. Keadaan ini berlangsung sangat lama sekali dan kubisikkan padanya bahwa ada bagian tertentu di dalam tempikku yang kalau tersentuh kontolnya, dapat menghasilkan rasa nikmat yang amat sangat.

Edopun kelihatannya mengerti dan berusaha menyentuh bagian itu dengan kontolnya. Keadaan ini berakhir dengan tibanya kembali puncak persenggamaan kami secara bersamaan. Inilah yang belum pernah kualami, bahkan kuimpikanpun belum pernah. Mengalami orgasme secara bersama-sama dengan pasangan bersetubuh!

Rasanya tak bisa kulukiskan dengan kata kata. Kami kini benar-benar kelelahan dan langsung tergolek di tempat tidur untuk kemudian terlelap dengan nyenyak dalam suatu kepuasan yang dalam.

Semenjak pengalaman kami malam itu, aku selalu terbayang-bayang kehebatan Edo. Tetapi entah kenapa suamiku malah tidak pernah membicarakan lagi soal angan-angan seksualnya dan tidak pernah menyinggung lagi soal itu. Padahal aku malah ingin mengulanginya lagi. Karena apa yang kurasakan bersama suamiku sama sekali tidak sehebat sebagaimana yang kualami bersama Edo. Kuakui malam itu Edo memang hebat. Walaupun telah beberapa waktu berlalu namun bayangan kejadian malam itu tidak pernah berlalu dalam benakku. Malam itu aku telah merasakan suatu kepuasan persetubuhan yang luar biasa hebatnya yang belum pernah aku alami selama ini. Bahkan dengan Ki Alugoropun tidak sehebat ini, karena dengan Edo aku merasakan orgasme berkali-kali, sedang dengan Ki Alugoro cuma sekali. Dan walaupun telah beberapa kali menyetubuhiku, Edo masih tetap saja kelihatan bugar. kontolnya pun masih tetap ngaceng dan berfungsi dengan baik melakukan tugasnya keluar-masuk lubang tempikku dengan tegar hingga membuatku menjadi agak kewalahan. Aku telah terkapar lunglai dengan tidak putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus mengalami puncak orgasme dengan berkali-kali namun kontol Edo masih tetap ngaceng bertahan. Inilah yang membuatku terkagum-kagum. Terus terang kuakui bahwa selama melakukan persetubuhan dengan suamiku, aku tidak pernah mengalami puncak orgasme sama sekali. Apalagi dalam waktu yang berkali-kali dan secara bertubi-tubi seperti malam itu.

Sehingga, karena desakan birahi yang selalu datang tiap hari, dengan diam-diam aku masih menjalin hubungan dengan Edo tanpa sepengetahuan suamiku. Awalnya di suatu pagi Edo berkunjung ke rumahku pada saat suamiku sudah berangkat ke tempat tugasnya. Secara terus terang saat itu dia minta kepadaku untuk mau disetubuhi.

Mulanya aku pura-pura ragu memenuhi permintaannya itu. Akan tetapi karena aku memang mengharapkan, akhirnya aku menyetujui permintaan tersebut. Apalagi kebetulan anakku juga lagi ke sekolah diantar pembantuku. Sehingga kubiarkan saja dia menyetubuhiku di rumahku sendiri.

Hubungan sembunyi-sembunyi itu rupanya membawa diriku ke dalam suatu alam kenikmatan lain tersendiri. Misalnya ketika kami bersetubuh secara terburu-buru di ruang tamu yang terbuka, kurasakan suatu sensasi kenikmatan yang hebat dan sangat menegangkan. Keadaan ini membawa hubunganku dan Edo semakin berlanjut. Demikianlah sehingga akhirnya aku dan Edo sering melakukan persetubuhan tanpa diketahui oleh suamiku. Pernah kami melakukan persetubuhan yang liar di luar rumah, yaitu di taman dibelakang rumah, sambil menatap awan-awan yang berarak, ternyata menimbulkan sensasi tersendiri dan kenikmatan yang ambooii.

”Mestinya pemerintah memperbolehkan rakyatnya melakukan persetubuhan di tempat terbuka, asal tidak terdapat unsur paksaan!” anganku saat itu.

Aku berpikir, kalau melakukan persetubuhan di tempat terbuka dengan disaksikan oleh orang lain, pasti lebih nikmat lagi deh!

Sampai di suatu hari, Edo membisikkan rencananya kepadaku bahwa ia ingin bercinta secara three in one, tetapi bukan satu cewek dua cowok, tetapi satu cowok dua cewek. Maksudnya dia minta aku melibatkan satu orang temen cewekku untuk bersetubuh bersama.

Mula-mula aku agak kaget dibuatnya, tetapi aku pikir-pikir boleh juga ya, hitung-hitung buat menambah pengalaman dalam bersetubuh.

”Wuih, pasti lebih seru nih” pikirku dalam hati sambil membayangkan kenikmatan di tempikku, apalagi sambil melihat juga Edo bersetubuh dengan cewek lain.
”Eh, tapi.. aku cemburu nggak ya? Tapi biarlah, ini kan suatu sensasi lain yang belum pernah kualami” pikirku lagi.

Aku malah menambahkan usul kepada Edo, bagaimana kalau dilakukan di taman belakang rumah, habis asik sih! Lagipula aku memang punya temen (namanya Lina) yang ketika aku ceritain soal pengalamanku dengan Ki Alugoro maupun dengan Edo, keliatannya dia bernafsu banget dan pengin ikut-ikutan menikmati, boleh secara three in one ataupun sendiri sendiri, katanya.

Soalnya kontol suaminya memang berukuran kecil dan pendek, apalagi suaminya sekarang lagi bertugas ke luar negeri dalam waktu yang lama, sehingga dia selalu kesepian di rumahnya yang besar itu.

Ketika hal itu aku katakan pada Edo, dia langsung setuju dan menanyakan kapan hal itu akan dilaksanakan?

Tentu saja aku jawab secepatnya. Keesokan harinya, sehabis berbelanja di salah satu mall aku mampir ke rumah Lina dan menceriterakan tentang rencanaku tersebut.

Tentu saja dia sangat setuju dan antusias sekali mendengarnya, tetapi dia mengajukan sebuah syarat, yaitu itu dilakukan di taman di tepi kolam renang di belakang rumahnya.

NIKMAT BERCINTA DIDALAM KERETA

$
0
0
Cerita Dewasa Sex Hot - Peristiwa ini berlaku sewaktu aku bekerja di JB di mana aku telah dilantik menjadi ketua untuk menganjurkan company family day. Seperti tradisinya hanya orang bujang akan menjadi jawatankuasa penganjur. Sebagai ketua aku telah menetapkan aktiviti dan melantik ahli jawatankuasa yang lain.

Nak dijadikan cerita dua minggu sebelum function kami perlu ke beach resort yang sudah ditempah untuk memastikan persediaanya berjalan lancar. Kami 6 orang, 3 lelaki dan 3 wanita akan kesana yaitu aku, Roy dan Khan sementara wanita pula Nurool (nama sebenar) awekku, Mimi dan Leen.

image

Kami bertolak jam 3 petang selepas mendapat kebenaran Personnel Manager dengan dua kereta. Kami sampai jam 5 petang. Setelah 2-3 jam berbincang dengan pengurusan hotel kami pun berangkat pulang kira kira pukul 8 malam. Sebelum pulang aku memberi isyarat kepada Roy aku nak balik berdua dengan Nurool aja. Terpaksalah Roy tumpang kereta Khan, dia pun faham.

Nurool ni memang lawa baru aja grade dan masih 6 bulan bekerja di sini. Berasal dari utara. Budaknya berkulit putih bertubuh langsing tinggi dan bila tersenyum amat manis sekali. Habis budak jantan kat sini nak tackle dia tapi sudah rezeki aku agaknya. Tapi part paling seksi buah dadanya yang menonjol dan punggungnya yang melentik agak tonggek. Tambahan lagi dia nia jenis outspoken dan boleh diajak sembang dan bergurau tentang seks. Tak keterlaluan aku katakan sudah ber gelen gelen air maniku habis melancap bermodalkan Nurool.

Berbalik pada kisah kami. Oleh kerana perjalanan kami agak jauh kami berbual supaya tidak mengantuk dalam masa yang sama tangan aku mengambil kesempatan meraba-raba peha dan sekali sekala buah dada Nurool. Nurool tak kisah sebab kami sudah selalu ringan-ringan kadang-kadang tu dalam office pun jadi. Nurool pulak menyandarkan kepalanya ke bahuku sementara tangannya mengosok gosok pehaku.

Sambil tu Nurool mencium-cium aku lama kelamaan batang konekku pun bangun stim, senak perutku bila adikku tu mengeras dalam seluar jeans. Aku bagitau Nurool supaya membuka seluarku sebab aku sudah tak tahan. Nurool pulak nakal diramas-ramas, dilurut dari atas kebawah batang pelirku. Makin mencanak kerasnya. Aku makin tak selesa sebab aku tak boleh respons kat Nurool kerana sedang memandu.

Jadi aku memutuskan untuk cari port yang sesuai dan beromen sebelum meneruskan perjalanan. Aku memberhentikan kereta disebuah kawasan taman yang sunyi dan aku yakin tak dilihat orang. Bila kereta sudah parking senanglah kami beromen, aku segera memeluk Nurool, kami berkucup-kucupan penuh mesra tanganku meraba-raba buah dada Nurool yang mengkal pejal dibaluti coli nipis. Tangan Nurool pula masih mengurut-urut batang pelirku.

Kami terus berkucup dan berkulum-lulum lidah sambil tanganku membuka satu persatu butang blouse yang dipakainya, kemudian tanganku menyelinap masuk ke dalam coli dan meramas perlahan-lahan buah dada sambil mengentel-gentel putingnya. Tanganku tak henti-henti menguli payudara Nurool hingga buah dadanya kemerah-merahan dan keras mengkal terpacak. Setelah puas berkulum lidah aku meneruskan dengan mecium dan menjilat-jilat pipi tengkuk, cuping telinga hingga kelehernya semua aku kerjakan sampai birat-birat. Aku teruskan lagi dengan mulutku menghisap sebelah buah dada Nurool sementara tanganku meramas yang sebelah lagi.

Aku lihat Nurool sudah gelisah nafasnya turun naik kencang sesekali mendengus-dengus matanya pula tertutup rapat menikmati rangsangan tangan dan mulutku ke atas buah dadanya. Aku hisap dan ramas buah dadanya hingga lenjun dengan air liurku. Aku teruskan lagi dengan tanganku merayap keperutnya yang rata, ke pusat hingga ketendunnya yang tembam dan masih ditutupi skirt labuh yang dipakainya.

Sewaktu tanganku cuba menyentuh bahagian sulitnya Nurool menolak tanganku melarangku daripada meneruskannya. Memangpun sebelum ini aku tak pernah menyentuh bahagian sulitnya, tapi kali ini aku amat terangsang untuk melihat sendiri faraj Nurool. Maklumlah dia ni memang lawa dan putih melepak orangnya.

Aku memujuk rayu Nurool agar membenarkan aku menyentuh farajnya. Aku katakan padanya yang aku amat mencintainya dan tak akan merosakkanya dan aku berjanji hanya nak menyentuhnya tak lebih dari itu. Akhirnya Nurool terpedaya dengan pujuk rayuku dengan syarat aku hanya menyentuh tanpa memasukkan jari atau batang pelirku ke dalam rongga farajnya.

Tanganku mula meraba-raba faraj Nurool daripada luar skirtnya aku dapat merasakan pantatnya beransur-ansur mengembang bila kuusap-usap hingga menjadi semakin tembam walaupun masih ditutupi skirt. Beransur ansur aku masukkan tanganku kecelah pehanya kuusap-usap peha lembut dan gebu hingga kepangkalnya. Apabila sampai kepangkal peha aku menekup faraj Nurool dengan tapak tanganku. Penuh tapak tanganku, 'memang besar pantat budak ni' getus hatiku. Aku dapat merasakan panties Nurool dan lembab dengan cairan ghairah daripada farajnya. Tanganku mula bergerak ke atas dan ke bawah mengikut alur pantatnya sementara mulutku masih mengerjakan buah dadanya. Makin lama makin banyak cairan hingga basah pantiesnya, tapak tanganku pula dan semakin lenjun dibuatnya.

Aku segera menyelak pantiesnya dan melurutkan jari tengahku ke alur farajnya. Pantat nya betul betul sudah lenjun aku terus melurut-lurut jari jemariku ke atas adan kebawah hingga menyentuh biji kelentitnya. Pantatnya begitu hangat dan basah sambil terasa bibir farajnya mengemut-ngemut menahan asakan berahi jemariku.

Kali ini Nurool tak lagi mendengus malah mengerang-ngerang kesedapan setiap kali jariku mengentel biji kelentitnya sambil tangannya meramas-ramas badanku. Sesekali tangan Nurool menahan tanganku agar terus mengentel biji kelentitnya. Aku juga amat terangsang menyebabkan batangku mencanak sekali. Aku cuba merapatkan mulutku kefarajnya tetapi agak sukar kerana kami berada ditempat duduk depan kereta jadi pergerakan dan aksi kami amat terbatas.

Aku segera memusingkan badan Nurool supaya menyandar ke dinding kereta sementara kaki kanannya kuletakkan ke konsol kaki kirinya kuletakkan ke dash board. Nurool agak kurang selesa tapi sebab sudah syok dia akur sahaja. Dalam samar-samar aku dapat melihat dengan jelas farajnya yang menjadi idamanku selama ini. Farajnya amat tembam tersembul dan merah merekah. Kelihatan amat dijaga rapi hanya bulu-bulu nipis menutupi bahagian atas sementara bahagian bibir farajnya bersih dicukur. Dalam posisi mengangkang jelas kelihatan saluran faraj Nurool sudah terbuka sambil mengalirkan cairan jernih yang membasahi keseluruhan permukaan faraj dan meleleh hingga ke duburnya.

Aku amat terangsang lalu menyuakan mukaku kecelah kelengkangnya. Lidahku menjilat-jilat seluruh farajnya, kelentit dan duburnya hingga habis cairannya aku hisap. Habis aku gigit kelentit dan menyedut pantat Nurool hingga birat-birat kukerjakan. Akhirnya Nurool tak dapat menahan lagi nafsunya nafasnya semakin pantas tubuhnya kejang kedua tangannya memaut kemas menekan kepalaku diikuti farajnya mengemut ngemut sebelum membuakkan cairan faraj dengan banyak sekali. Nurool mencapai klimaksnya. Habis mulut dan muka aku dipenuhi lendi daripada farajnya.

Tubuh Nurool sudah kelihatan amat lesu dan longlai tersandar dikerusi kereta, matanya kuyu memandangku kosong sambil tersenyum kepuasan tapi aku belum puas lagi. Nafsuku membuak-buak ingin merodok rongga dara Nurool dengan batang pelirku yang sudah terhunus keras, walaupun aku sudah berjanji tak nak merosakkannya tapi atas desakan nafsu yang membuak-buak aku tak peduli lagi. Aku tengok Nurool pun sudah pasrah dan lemas dalam lautan nikmat seksual seperti meminta aku meneruskan kembara hingga kepuncaknya. Oleh kerana kami di dalam kereta yang agak sempit untuk bersenggama jadi aku memberi isyarat kepada Nurool supaya merangkak ke kerusi belakang pula.

Ketika merangkak aku memerhatikan punggung Nurool yang putih melepak dan menonggek amat menghairahkan nafsuku. Aku menyuruh Nurool menyandar ke pintu kereta sambil membuka kangkangnya. Aku membongkok menghampirinya kucium mulut dan berkulum lidah, tanganku pula meramas lembut buah dadanya sementara tangan sebelah lagi memaut erat pinggang Nurool yang ramping. Nurool juga memaut erat pinggangku sementara sebelah tangannya mengusap dadaku sambil mengentel puntingnya. Aku betul betul sudah steam tapi cuba bertenang sambil mengawal keadaan. Aku acukan batang pelirku yang keras seperti batu tepat ke lubang farajnya, kutusukkan perlahan sekadar melepasi kepala butuhku yang dang kembang macam cendawan. Aku terasa amat hangat dan ketat sekali kemutan faraj Nurool sehingga batangku tersekat walaupun farajnya tak henti-henti mengeluarkan pelincir. Memang masih dara lagi Nurool ni bisik hatiku memandangkan begitu sukar aku memasukkan batangku tambahan pula saiz batangku memang agak besar.

Aku teruskan menusuk pelirku keluar masuk setakat yang dapat, Nurool pulak mendesah dan mengerang kesedapan setiap kali aku tusukkan senjataku ke dalam pantatnya.

"Ohh.. Ohh.. Abangg.. Seedapnya bang.. Oohh.. Abang pelan sikit Nurool tak tahan.. Sakitt.. Oohh.." Begitulah keluhnya.

Apabila aku merasakan lubang pantatnya sudah semakin kembang aku tusukkan lebih dalam lagi hingga satu ketika kepala butuhku terasa seperti telah menembusi lapisan kulit, diikuti raungan daripada Nurool.

"Aduuhh.. Oohh.. Sakiit Bang aduhh." Nurool menahan kesakitan dalam kelazatan, aku lihat dia mengalirkan air mata barangkali memang sakit ketika aku mengoyakkan selaput daranya.

Apabila Nurool dan agak tenang aku terus tusukkan batang pelirku hingga santak kepangkal rahim. Nurool meraung lagi penuh kenikmatan, aku membiarkan batangku seketika di dalam untuk menikmati kemutan faraj Nurool yang amat kejap dan berturut-turut. Kemudian aku meneruskan dengan acara sorong tarik, aku menyorong dengan perlahan hingga santak dan menarik batang pelirku dengan pantas bertalu-talu. Punggung Nurool terangkat-angkat mengikut irama hayunanku menambahkan lagi kenikmatan persetubuhan. Nurool begitu terangsang hingga klimaks beberapa kali, dia meraung kesedapan sambil tangannya menarik narik rambutku.

"Ohh.. Ohh.. Ooohh.. Arghh.." Itu saja yang kedengaran dari mulut mungil Nurool yang pantatnya sedang aku kerjakan.

Setelah puas memantat dalam posisi menelentang aku menyuruh Nurool menungging. Ku ramas ramas punggungnya yang montok dan kubuka kangkangnya seluas-luas hingga tersembul farajnya. Kulihat farajnya sudah banjir dengan lendir lalu ku suakan mulutku menjilat cipapnya hingga ke dubur hingga hampir kering kukerjakan. Dalam posisi doggy style terus aku tusukkan seluruh batangku ke dalam lubang farajnya hingga santak kepangkal rahimnya. Aku menghayun dengan pantas dan bertalu-talu hingga menghasilkan bunyi berdecap-decup batang pelirku berlaga dengan pantat Nurool. Sambil menghayun batang pelirku ke dalam faraj tanganku sibuk menguli buah dadanya mulutku pula mengigit tengkuknya. Betul-betul 3 dalam 1. Punggung Nurool pula maju mundur mengikut hala tusukan, terkemut-kemut farajnya menahan asakan batangku. Badan kami berdua sudah lenjun bermandi peluh maklumlah bersenggama dalam kereta, buka tingkap sikit aja cukup-cukup untuk udara bernafas. Tiba-tiba pantat Nurool mengemut begitu kuat sekali dan meraung penuh ghairah mencapai klimaks yang entah keberapa.

Akibatnya kepala butuhku terangsang yang amat sangat, aku seperti tak dapat mengawal keadaan, nafasku kencang jantung berdegup pantas kepala butuhku pula berdenyut seperti nak terpancut. Nurool seperti mengerti keadaanku meminta aku pancut diluar farajnya.

"Abangg.. Buang kat luarr.. Oohh.. Pless.." Rayunya.

Dengan pantas aku mencabut pelirku dan cuba bertenang mengawal pernafasan supaya tidak terpancut dahulu sebab aku belum puas lagi menyetubuhi pantat Nurool. Lagi pula aku tak mahu memancurkan air maniku ke dalam pantat Nurool, buatnya dia mengandung naya aku. Jadi aku meminta nurool mengisap saja pelirku hingga memancutkan air mani.

Aku menyandar sementara Nurool membongkok mencapai pelirku. Dia cuba memasukkan keseluruhan batangku namun tak dapat sebab terlalu panjang. Nurool mengulom batangku dengan lahap sekali sambil tangannya melancapkan bahagian batang pelir yang tak muat dimulutnya. Jilatan dari lidah kasap nurool serta urutan jemarinya yang lembut ke atas batang pelirku amat menghairahkan sekali. Mataku terpejam menahan kesedapan oral seks sambil tanganku meramas ramas punggung Nurool yang pejal dan menonggek. Sesekali jariku mengusap lubang dubur dan hujung farajnya. Terangkat punggung Nurool bila jejariku menusuk nusuk lubang buntutnya.

Setelah hampir 10 minit batangku dikerjakan Nurool, aku sudah tak dapat nak menahan lagi kepala butuhku terasa berdenyut-denyut, uraturat pelirku terasa amat tegang diikuti rasa sensasi yang amat sangat hingga akhirnya aku memancutkan keseluruhan air mani ke dalam rongga halkum Nurool. Nurool awalya cuba mencabut mulutnya tapi tanganku lebih pantas menekan kepalanya hingga kesemua air maniku habis ditelannya.

Aku amat puas kerana dapat menyetubuhi pantat Nurool gadis pujaanku, walaupun aku terpaksa melakukannya

Pegawai Toko Sepatu

$
0
0
http://www.carrellistudio.com/wp-content/uploads/2011/03/sexy_heels_sexy_legs.jpg
Namaku Budi, umur 30 tahun, seorang suami dari 1 orang istri dan 1 orang anak yang baru berumur 2 tahun. Perkawinan kami sudah 3 tahun dan berjalan lancar2 aja semuanya. Aku bekerja di salah satu perusahaan swasta di palembang.

Pada pertengahan juli, aku ditugaskan ke lampung dan berada selama 1 minggu disana. Dari palembang naik kereta api Sriwijaya jurusan kertapati – tanjung karang. Berangkat dari palembang hari senin jam 21.00 dan sampai di lampung hari selasa sekitar jam 7 pagi. Dari stasiun KA langsung mencari hotel di kawasan Jl. Raden Intan, bandar lampung dan akhirnya berlabuhlah aku di hotel A.

Selama 2 hari di lampung sibuk dengan kerjaan dan tidak kepikiran untuk ekse, krn badan dah capek dengan kerjaan. Pada rabu malam, urusan kerjaan selesai sekitar jam 7 malam, sehingga ada waktu jalan-jalan di sekitar hotel. Kebetulan ada Carrefour, Pizza Hut, Gramedia dll. Pada akhirnya aku sampai juga di toko sepatu BATA, pas disamping TB. Gramedia.

Saat itu toko dah hampir tutup, krn dah hampir jam 9 malam. Ketika lagi asyik liat-liat sepatu dan sandal, datanglah salah satu pegawainya menghampiriku, yang belakangan kuketahui namanya Santi (sebut saja begitu – karena ini nama samaran). Anaknya tidak begitu tinggi, mungil, kulitnya sawo matang, toketnya juga gak begitu besar, proporsional aja.

‘selamat malam bapak’ , sapa pegawai itu dengan ramah

‘malam juga mbak’ balasku

‘ada yang bisa saya bantu pak ?’ tawarnya dengan senyum

‘saya hanya mau liat-liat aja mbak, sapa tau ada yang cocok’ jawabku

‘silahkan dipilih pak sandalnya, karena sekarang juga lagi ada diskon’

‘oh ya ? ada diskon ya ? kebetulan saya gak punya sandal mbak, kemana-mana pake sepatu. Ini aja pake sandal hotel’ kataku sambil menunjukkan sandal hotel A yang aku pakai.

‘ooo..nginap di hotel A ya pak ? memangnya bapak dari mana?’ tanyanya

‘iya mbak..Aku memang menginap di hotel A, gak jauh dari sini. Aku dari palembang, baru sampe lampung kemarin pagi. Biasa…ada kerjaan’ jawabku

‘udah mau tutup ya mbak ?’ tanyaku selanjutnya, krn kulihat beberapa pegawai yang lain mulai memasukkan keranjang sepatu ke dalam toko.

‘iya pak, kita tutup jam 9 malam, tapi kalo masih ada pembeli, kita tetap layani’ jawabnya. Saat itu memang aku liat masih ada sekitar 5 pembeli lagi yang lagi meliat dan mencoba-coba sepatu dan sandal.

‘mbak udah lama kerja disini ?’ tanyaku sok akrab

‘sekitar 7 bulan pak’ jawabnya

‘asli lampung ?

‘iya pak, saya asli lampung’ jawabnya lagi

‘rumahnya jauh dari sini?’ tanyaku lagi, krn setelah diliat2, neh anak lama2 lumayan juga neh buat nemenin aku di hotel hehehehehe

‘gak terlalu jauh kok pak, sekitar 20 menit dari sini’ jelasnya

‘umurnya berapa mbak?’ selidikku

’22 tahun pak’ jawabnya pendek

‘kalau pulang kerja malam gini, pulangnya naik apa?’

‘kadang naik motor sendiri, kadang dijemput sama adek tapi kadang juga dianter sama temen sini pak kalo shiftnya sama. Kalo malam ini dijemput sama adek’ jelasnya

‘gak dijemput pacar?’

‘pacar saya kerja di luar kota pak'

‘oooooo…..’ gumamku sambil manggut-manggut sambil tetap mencoba sandal yang mau aku beli.

‘aku ambil yang ini aja mbak’ kataku kemudian sambil menyerahkan sandal yang aku pilih ke dia.

‘ Cuma beli satu aja pak ??’ tanya dia

‘lhoo…itu kan aku beli dua, kiri satu kanan juga satu. Jadi jumlahnya dua. Iya kan ?’ candaku. dan diapun tertawa.

‘ahhh…bapak bisa aja. Kalau sepatunya gak sekalian pak?’

‘sepatunya besok aja deh, lagian kan tokonya mau tutup. Besok aja aku kesini lagi buat liat-liat sepatunya sekalian ketemu ama mbak lagi’ godaku

‘bener ya pak, besok saya tunggu lho’

‘oh ya…nama mbak sapa ? tanyaku sambil melihat dia

‘saya santi pak’

‘kalo aku budi’ jawabku sambil berjalan ke kasir dan mambayar sandal yang aku beli.

Setelah itu aku pamit sama dia dan kembali ke hotel sambil membawa hasil
belanjaanku malam itu. Setelah jalan beberapa langkah, aku baru sadar kalo belum meminta nomer hp santi. Ahh…gobloknya aku. Tapi mau balik lagi gak enak dan aku liat tokonya juga dah mau ditutup pintu besinya.
Akhirnya malam itu aku dihotel sendiri lagi, buka laptop dan ol ke DS buat ngabsen hehehehehe…

Esoknya setelah urusan kelar, sekitar jam 7 malam aku balik lagi ke toko BATA itu, dan benar aja, santi juga ada disitu (ya iyalah..kan dia kerja disitu). Saat aku masuk toko, langsung disambut oleh santi.

‘selamat malam bapak’ sapa santi masih dengan ramah seperti kemarin malam

‘malam juga santi. Seperti yang aku bilang kemarin. Malam ini aku kesini lagi untuk liat-liat sepatu dan ketemu dengan kamu lagi’ jawabku setengah merayu

‘ahh…santi jadi malu pak’

‘lho…kenapa malu ? biasa aja lagi. Oh ya…jangan panggil pak dong. Kan umur kita juga gak beda jauh. Panggil aja budi’

‘iya mas budi’ jawabnya pendek

‘nahh…gitu kan lebih enak’

‘malam ini masih dijemput sama adek ya?’

‘gak mas…malam ini santi pulang sendiri, karena tadi bawa motor sendiri’

‘wah…malam-malam gini ati-ati cewek naik motor sendirian’

‘udah biasa kok mas, lagian emang gak ada yang nemenin kok mas’

‘aku sih mau nemenin kamu pulang naik motor, tp nanti siapa ya yang nganterin aku ke hotel lagi?’ candaku

‘iya mas. Eh…masih nginap di hotel A pak ?’

‘masih kok. Kenapa ? Mau mampir ?’ harapku

‘ahh..gak enak mas’ katanya kemudian

‘lho…gak enak sama siapa? Aku sendirian kok di hotel. Lagi pula kalo di hotel kan kita bisa ngobrol lebih banyak lagi. Iya kan ?? kataku menyakinkan dia

‘iya juga sih mas…’

‘ya udah…nanti pulang kerja aku tunggu kamu di hotel A ya, aku di kamar 303. Langsung naik saja. Aku di kamar dan gak kemana-mana kok’ kataku cepat, supaya dia gak bisa menolak lagi.

Lalu aku segera pilih sepatu yang pas, krn harganya juga lagi diskon dan segera aku bayar ke kasir dan segera balik ke hotel. Sebelum ke hotel aku ke apotik yang ada di sekitar hotel untuk beli kondom image.
Sesampainya di hotel masih jam setengah 9 malam, jadi masih sekitar setengah jam lagi santai baru pulang kerja. Ssegera aku persiapkan semuanya, mulai mandi lagi biar wangi kalo santi datang, lalu pake kaos dan celana pendek tanpa CD. Hihiihihi….

Sambil menunggu santi datang, aku liat tv sambil rebahan di kasur sambil membayangkan apa yang mau dilakukan kalo santi nanti datang. Pokoknya otongku harus merasakan hangatnya memek santi malam ini, krn dah beberapa hari ini gak muntahkan isinya.

Jam 9.15 malam, seseorang mengetuk pintu kamar. Aku berharap itu santi yang datang.
Benar saja, santi berdiri di depan pintu kamar hotelku. Dia sudah berganti baju, gak pake kaos merah BATA nya itu, tp udah pake kaos t-sirt biasa dan celana jeans birunya. Aku persilahkan dia masuk, dan duduk di pinggir tempat tidur, krn kursi yang ada aku letakkan tasku,sehingga dia tidak bisa duduk disitu. Emang dah sengaja di setting begitu. Hihihihi….

‘mau minum apa san? Cuma ada air putih, teh kotak dan pocari aja neh. Harap maklum ya.’

‘pocari aja deh’

‘capek ya san?’ tanyaku sambil menyerahkan pocari kaleng ke dia. ‘silahkan diminum san’ lanjutku

‘iya..makasih mas. Enak ya mas ini, hotelnya bagus, trus bisa chating dan internetan di kamar juga’ sambil melihat ke arah laptopku yang lagi buka mirc.

‘kamu mau online? Silahkan aja dipakai. Gratis kok !’

‘wahhh…mas ini ternyata doyan juga ya situs beginian ?’ katanya kemudian setelah melihat yang ada di laptopku

‘ahh..biasa aja kok san, buat mengisi kekosongan waktu’

Hehehehe…pancinganku berhasil. Karena selain buka mirc, ada window yang lagi buka DS dan saat itu lagi di forum cerita seru dan lagi di forum video amatiran. Kulihat dia sedang melihat preview video yang sedang aku download, lalu aku liat dia juga membaca cerita seru yang ada di DS.

‘kamu juga suka ya san dengan situs beginian ?’

‘Aku sih jarang internetan mas, jadi jarang buka situs beginian’

‘walaupun jarang buka,tapi pernah kan san?’

‘iya sih…pernahlah’

‘Trus ini download film apaan mas ?’ katanya sambi liat previewnya.

‘ahhh…film pendek kok. Kamu pernah kan liat film begituan ?’

‘ya pernah lah mas…kan aku gak kuper-kuper banget’

Asiikkkk…aku bersorak dalam hati, kayaknya malam ini aku bisa mengahangatkan kont0lku neh malam ini. Tanpa terasa kont0lku bereaksi dan mulai bangun sedikit2. Tapi supaya gak ketahuan, maka aku tutupin dengan bantal saja.

‘aku pinjam kamar mandinya ya mas’

‘silahkan san’

Pasti memeknya basah tuh… pikirku. Aku pun menggunakan kesempatan itu untuk membenarkan posisiku juniorku, agak gak terlalu keliatan sama santi. Tak lama kemudian santi keluar dari kamar mandi.

‘kalo mau mandi silahkan san…itu ada handuk satu lagi yang tidak aku pakai’ Tawarku.

‘makasih mas…nanti aja mandi dirumah’

‘ada air panasnya kok san, gak perlu takut kedinginan dan kalo dah mandi kan ntar dirumah gak perlu mandi lagi’ bujukku

‘gak usah mas’ tolaknya sambil dia duduk lagi di pinggir ranjang sambil kembeli meliat laptop yang td posisinya di cerita seru.

‘serius amat san…emang lagi liat apa sih?’ kataku sambil duduk di samping dia agak kebelakang

‘ini lho…cerita yang td’

‘awas san…kalo baca cerita itu, aku gak nangung resikonya lho ya…’candaku

‘ahhh…mas ini bisa saja’ katanya kemudian.

Tapi kalau aku liat santi duduknya sudah agak gelisah..hmmm..udah horny kali dia.
Tapi aku gak baru buru-buru, jadi aku tahan aja. Slowly man…

‘mau liat film yang di download td san ? video pendek seh, tapi ada banyak kok’

‘wahhh…koleksi mas banyak juga ya….’

Akhirnya aku maju sedikit untuk membuka folder tempat penyimpanan file-file videoku.
Akhirnya dibukalah video lokal yang berdurasi sekitar 12 menit. Lumayan hot permainannya, dan kayaknya santi udah horny tuh.

‘san….’ Panggilku pelan

‘hhmmm….’ Gumamnya sambil matanya tidak lepas dr layar laptop

‘serius amat ngeliatnya san… tidak ada jawaban lagi dari santi.

‘saaan….’ Panggilku sambil memegak pundaknya dari belakang dan aku usap-usap pundak sampai lehernya, aku maju lagi duduknya sehingga hampir berhimpitan dengan dia, tapi tetap kujaga agar kontolku yang dah bangun tidak terkena badannya. Kurasakan nafasnya juga mulai memburu, dan aku yakin dia udah terangsang hebat.

‘san…..aku horny lho liat film itu dan lebih horny lagi karena liat kamu disini’ akhirnya aku beranikan memeluk dia dari belakang, aku peluk di sekitar perutnya dan aku atur posisi dudukku agar kont0lku bisa menempel di pantatnya. Dan aku yakin dia merasakan itu, krn aku gak pakai CD. Aku ciumin dari belakang lehernya yang terbuka.

‘oohh….’ Desahnya sambil kepalanya mendongak ke atas. Aku ciumin terus leher samping dan telinganya, sambil tanganku tetap memeluk dan mengusap-usap perutnya dari belakang.

‘oohhh… mass…geli mas…’

Kuciumin terus leher dan telinganya bergantian, tidak ketinggalan tanganku naik ke dadanya dan kuremas-remas pelan toketnya dari luar baju.

‘aaahhh…geli masss…’

Merasa gak nyaman karena masih ada bh nya, maka tangankumasuk ke dalam bajunya dan ke belakang untuk membuka kaitan bh nya. Dan setelah kaitannya lepas, maka segera tangaku kembali menuju ke dadanya lagi untuk meremas-remas toketnya dan memilin putingnya yang dah tegang, tapi masih dengan kaos dan bh yang masih menempel di badannya.

‘aaaahhh…enak mas…’ sambill tanganya ke belakang menuju ke k0nt0lku dan diremas-remasnya dari luar. Akupun merasa keenakan setelah k0ntolku diremas dia. Dan semakin semangat aku mengusap-usap dan memilin putting susunya. Akhirnya aku angkat kaosnya dan aku lepaskan sekalian bh nya. Dan aku balikkan badan santi, sehingga sekarang nampaklah toket yang kenyal dan kencang ada di depanku.

Tanpa menungu lama, mulutku segera mengecup toketnya dan langsung menghisap putingnya. santi tambah keenakan dan desahannya tambah hot saja.

‘Oohhh…sssshhhh….enak masss’

Aku teruskan menghisap dan menggigit-gigit pelan putingnya. Dan nampaknya santi juga tidak mau diam, tangannya masuk ke dalam celana karetku dan langsung menangkap kont0lku yang sudah menegang dan mengeluarkan cairan licin di ujungnya. Di kocok-kocok pelan oleh tangan mungil santi. Enak bangetttt…

Sembari mulutku menghisap tetek santi, tanganku juga tidak tinggal diam, aku elus-elus punggung dan perutnya di sekitar pusar, sampai akhirnya aku lepaskan celana jeansnya. Santi diam saja, malah mengangkat pantatnya sehingga memudahkan ku untuk melepaskan celananya. Sementara celanaku sendiri udah di perolot santi dari tadi. Sehingga posisi sekarang adalah santi hanya mengenakan cd saja, dan aku hanya mengenakan kaos saja,.

‘Oohh…enak banget san kocokan kamu’ racauku setelah lepas dr teteknya.
Kuciumin bibirnya yg tipis itu. hmmm….lembut sekali bibirnya. santi tetap mengocok pelan k0ntolku dan tak lama kemudian dilepaskannya ciumannya dan kepalanya ke bawah. Wahh…kayaknya dia mau karaoke neh.. dan ternyata tebakanku benar, gak lama kemudian kuliat k0ntolku dimasukkan ke mulutnya yang mungil dan kurasakan kehangatan di k0ntolku. Dijilatinya lubang kecilku.

‘aaahhhh…..enak san. Nikmat banget. Oohh…

Mendengar desahannku, santi tambah semangat dalam blow job, dikeluar masukkan k0ntolku ke di mulutnya, dijilatin dan disedotnya lalu di ciumin sampe pangkalnya, dan buah zakarku pun tak luput dari ciuman dan sedotan mulutnya. Jago juga neh anak.

Gak lama kemudian aku merasakan gak kuat lagi neh kalo diteruskan seperti ini, maka aku tarik k0ntolku dari mulutnya, supaya jangan sampe muncrat maksudnya. Tapi santi tetap tidak mau melepaskannya.

‘ohhh…sann….udah san.. nanti aku muncrat lho..’

‘gak pa-pa mas, keluarin aja mas. Santi pengen mas keluar di mulut santti, nanti santi isep waktu keluar. Mau kan mas ?’
akhirnya aku biarkan aja dia teruskan pekerjaannya, sambil aku nikmati kuluman dan sedotannya. Memang enakkkk banget. Dan betul aja…gak lama kemudian aku rasa ada yang mau meledak dari dalam k0ntolku.

‘oohhh…san..aku gak kuat san…. Aku mau keluar…aahh…sssshhhh…’
Mendengar racauanku, santi tambah semangat dan tambah cepat dalammengulum k0ntolku, sehingga akhirnya ‘aaaaahhhhh……santiiii….’
Kutembakkan peluruku didalam mulut santi dan ada sekitar 8 tembakan bersarang disarang. Dan benar saja, ternyata yanti langsung menyedotnya. Uuhhh…ngilu men. Udah muncrat,pake disedot lagi. Akhirnya maniku ditelan abis oleh santi.. dan setelah yakin gak ada mani yang tersisa, yantipun melepaskan k0ntolku yang sudah tidak sekeras tadi.

‘sann…enak banget sedotan kamu, aku jadi kalah neh. Sekarang gantian ya san.. aku akan puasin kamu’ kataku setelah rebahan di ranjang.

‘gak usah mas… sudah malam mas, aku harus pulang…lagipula aku juga lagi dapat tamu kok’ katanya

What?? Tenyata benar…aku liat santi pake pembalut di balik cd nya itu. aku yang tadi dah keburu konak, sampai gak memperhatikan keberadaan pembalut itu. tapi yang penting aku dah bisa menyemprotkan maniku ke mulut dia. Dah ngerasa enak juga kok.

‘wahh..aku gak tau san kalo kamu lagi mens. Tp jujur aja, permainan kamu hot banget. Aku utang ya san sama kamu. Nanti aku akan puasin kamu. Mens kamu selesai kapan san ?’

‘Aku bersih hari senin mas, krn mensnya baru dapat kmrn sih. Makanya td ke kamar mandi buat ganti pembalut mas’

‘wahhh…kalo senin aku dah balik ke palembang san’

‘gak pa-pa kok mas’

‘hhmmm…kalo bulan depan gimana san ? karena aku ke lampung tiap bulan san. Boleh ya san?’ pintaku

‘iya mas..bulan depan liat aja nanti. Kalo mas datang ke lampung, datang aja ke tempat santi ya’

‘pasti san….dan ntar kamu nginep aja ya san sama aku’
‘Ehhh…boleh minta nomer hape kamu gak san ?’

‘Gak usah mas….ntar kalo mas ke lampung lagi, cari aja santi di BATA.’

Akhirnya kita bersih-bersih di kamar mandi. Dan setelah itu aku antar santi ke bawah, krn dia harus pulang. Dan akupun segera kembali ke kamar dengan perasaan bahagia. Dan kondom yang aku beli di apotik di dekat hotel akhirnya tidak jadi terpakai

ML Dengan Ibu Bos di Kantor

$
0
0
Sebuah kisah seks, cerita dewasa ML atau bercinta dengan bos atau atasan di ruang kerja sebuah kantor. Bos wanita yang bernama Ibu Susan yang memiliki tubuh indah dan bersih. Berikut ini adalah kisah lengkapnya!

Kehidupan itu ada pasang surutnya, ketika saya sedang jaya, saya mempunyai client yang lumayan banyak untuk ukuran AE pemula di sebuah advertising.

Dan dengan ketekunan saya, perusahaan tempat saya bekerja mengalami kemajuan pesat hingga mencapai Top 5 billing di semua stasiun TV. Dan kemudian bencana datang, Perusahaan tersebut bangkrut karena miss management.

Ditengah kesusahan datanglah tawaran dari Nancy, junior saya yang telah pindah ke Gokil Advertising, dan mengenalkan saya dengan Ibu Susan, pemilik perusahaan tersebut. Ibu Susan dipertengahan abad usianya, masih mempunyai tubuh yang terawat dengan baik, body-nya tidak kalah dengan gadis-gadis yang masih muda yang menjadi anak buahnya di Gokil Advertising.

ML Dengan Ibu Bos di Kantor
Karena prestasi kerja saya yang baik, kami sering mengadakan meeting after hours, dan progress kerja saya yang baik, membuat kami cukup akrab..tapi pada suatu malam ada kejadian yang benar-benar mengubah hidup saya! Begini anak-anak ceritanya..

Suatu malam, ketika karyawan lain telah pulang, Saya tengah memaparkan pendekatan saya terhadap satu perusahaan rokok terkemuka, dan kemudian tiba-tiba Ibu Susan berkata,
“Waduh, kog punggungku gatal ya?”
Saya masih berusaha menahan diri untuk tidak terlalu cepat menolongnya, takut nanti dianggap kurang ajar!
Semakin lama gatalnya sepertinya semakin bertambah,
“Tolong Dik Uki, bisa garuki punggung Ibu?”
Saya mengangguk dan berusaha membuang pikiran kotor saya, yang ingin sekali rasanya mengetahui lebih dalam bentuk tubuh boss yang cantik dan keturunan bangsawan ini..
Saya garuk pelan-pelan, tapi lebih tepatnya hanya mengusap-usap punggungnya saja, takut kalau Ibu Susan kesakitan.
“Dik Uki, agak keras dikit, masih gatal lho Dik”, pinta Ibu Susan.
Dan saya agak sedikit memantapkan tangan saya dipungungnya.
“Dik Uki, masih belum terasa, sebentar saya buka dulu blazer saya.”
Dia langsung membuka blazernya, sehingga tinggalblouse-nya yang putih dan transparan. Waduh semakin tidak tahan nih saya, karena kulit tengkuknya yang mulus dengan sedikit rambut lembut yang tergerai di tengkuknya (Dia kalau ke kantor selalu rambutnya disanggul di atas), semakin menambah feminin, dan semakin membikin saya langsung terangsang.

Saya menggaruknya tetap tidak mau keras dan masih cenderung mengusap atau membelai punggungnya, karena saya menikmati kehalusan kulit seorang bangsawan yang berada dibalik bajunya yang tipis. Saya usap seluruh punggungnya dengan pelan, ke atas dan ke bawah, ke kiri dan ke kanan, terkadang tangan saya, saya telusupkan di bawah ketiaknya, untuk menggapai payudara yang di depan.

Dia menengadahkan kepalanya, dan menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sambil suaranya mendesah,
“Uuhh enak Dik Uki.. enaakk..uuhh..”
Mendengar desahannya yang merangsang, rudalku langsung tegak bak tugu Monas.
Sekujur tubuhku mulai menggigil dan seperti dialiri setrum listrik yang halus merambat di sekujur tubuh dan terpusat di kemaluanku. Tenggorokanku terasa kering, dan susah bicara, karena nafsuku yang langsung menggebu.

Baru kali ini saya bisa menikmati tubuh seorang bangsawan yang bersih, terhormat dan sangat terjaga dari tangan laki-laki lain, selain suaminya.

Karena Dia duduk membelakangiku yang berdiri sambil memijit-mijit punggungnya, batang kemaluanku langsung kutempelkan di punggungnya yang lembut seperti sutera. Kugesek-gesekkan batang kemaluanku ke punggungnya dengan pelan. Dan Dia berkali-kali melenguh,
“Uughh, enachh Dik, enaak, terus Dik.”

Dia membimbing tanganku untuk mengusap dua gunung kembar yang kencang dan kenyal. Kuusap payudaranya dengan lembut, kucium tengkuknya dengan lembut, dan kugesekkan batang kemaluanku ke pungungnya dengan lembut.

Aku sangat tahu, kalau melayani tipe wanita seperti Dia ini harus dengan lembut dan dengan menggunakan perasaan.
Kucium tengkuknya dengan lembut, Dia sekali lagi menengadahkan kepalanya ke atas, matanya sambil terpejam, dan bibirnya yang tipis terbuka sedikit, dan mulutnya hanya bergumam, “Emm.” Aku tahu itu artinya dia sangat menikmati.

Tanganku, kuusapkan dengan lembut di sekeliling payudaranya, dan kulingkari masing-masing payudaranya dengan kedua tanganku, sengaja aku tidak sentuhkan tanganku ke pentilnya, untuk memberikan sensasi yang sangat halus dan perlahan.

Beberapa kali tanganku mengitari sekeliling payudaranya, kemudian perlahan-lahan tanganku kutarik untuk mengusap pipinya. Kutengadahkan wajahnya, dan kucium keningnya dengat lembut sekali. Aku bisa rasakan kelembutan nafasnya di wajahku, bibirnya yang tipis masih mengeluarkan gumaman yang lembut,

“Dik Uki.. emm.. eemm..”
Dengan perlahan aku membalikkan badan Dia ke arahku, dengan cara memutar kursinya, dan saya membimbing dia untuk berdiri dengan perlahan, kini aku dan Dia sudah berhadapan, sama-sama berdiri, dadaku menempel ke dadanya, dan aku bisa merasakan kekenyalan susunya, dan saya membayangkan betapa indahnya bukit kembarnya.

Tanganku kudekapkan ke pinggangnya, dan telapak tanganku kuusapkan ke pantatnya yang juga sangat indah dan kencang. Tangannya memegang pundakku dengan lembut, kepalanya sudah menengadah ke atas, dan tatapan matanya.. waduh, jernih dan indah menatap mataku tanpa berkedip. Kusentuh bibirnya dengan lembut, kuusapkan perlahan bibirku ke bibirnya. Dia memberikan reaksi dengan mengencangkan dekapannya ke pundakku dan dadanya ditempelkan lekat ke dadaku, tanganku kudekapkan semakin erat ke pantatnya dan agak kutarik ke atas pantatnya, sehingga kakinya agak diangkat ke atas. Waduh ciumannya sangat lembut, perlahan-lahan kuusapkan lidahku ke lidahnya, dia memberikan reaksi yang sama, menyapukan lidahnya ke seluruh mulutku. Tanganku mulai mengusap-usap punggungnya naik turun dengan lembut. Aku menikmati sekali kehalusan kulit punggungnya.
Setelah aku puas menciumi bibir, wajah dan pipinya, ciumanku perlahan-lahan kuarahkan ke lehernya. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, matanya masih terpejam menikmati, nafasnya agak memburu, dan mulutnya masih bergumam,
“Mmm.. uhh..”
Ciumanku mulai bergeser ke bawah, ke belahan dadanya. Kancing blousenya yang di depan dengan mudah kubuka satu persatu, sehingga tersingkap sudah BH hitam yang menyangga dua buah payudaranya yang padat, bulat, kenyal, bersih dan ranum. Kuciumi lehernya dengan sangat lembut, ke pundaknya, bergesar turun ke sebelah atas payudara yang tidak ditutup BH. Dia semakin menengadahkan kepalanya, punggungnya juga semakin melengkung ke belakang, kedua tangannya memegang kepala saya dan sedikit meremas rambut saya, tandanya semakin menikmati gaya permainanku.
Kedua tanganku memegangi dibawah kedua ketiaknya, biar Dia tidak terjerembab ke belakang, tapi bibirku masih mengusap daerah leher dan di atas payudara.
Aku sengaja memperlama untuk menyentuh payudaranya, apalagi pentilnya.
“Diik..Ukii.. uugghh.. sstt”, sambil mulutnya berdesis kenikmatan.
Blousenya yang masih menempel di pundaknya perlahan-lahan kulepaskan, sehingga pemandangan kemulusan dan kemolekan tubuh Dia terpampang jelas di hadapanku, dan terkena sinar lampu down light kekuningan yang berada di langit-langit tepat di atas kami berdua, menambah romantisnya suasana malam itu yang tidak akan pernah kulupakan. Sekali lagi tanganku kugunakan meremas sebelah pinggir dari payudaranya, dan tampak bahwa payudaranya sudah mulai mengeras.
Tanganku mengusap punggungnya dengan perlahan sambil membuka tali BH yang ada di punggungnya. “Click” sekali jentik langsung terbuka pengait BH-nya. Dengan pelan kuturunkan tali BH yang ada di pundaknya, akhirnya BH-nya kulepas.
Woow, terlihat pemandangan indah sekali, dua gunung kembar yang kuning dan bersih dengan puncaknya yang kecil yang sudah berdiri tegak. Aku sudah sangat terangsang tapi aku tidak boleh gegabah. Kuusap payudaranya dari sebelah bawah dengan tangan kananku, tangan kiriku masih mendekap punggungnya untuk menjaga agar Dia tidak terjatuh, dan kucium payudaranya, berkeliling mengitari pentilnya, dan tangan kananku masih mengusap-usap sebelah luar payudara, tapi dengan gaya agak memeras. Kedua tangan Dia memegang erat pundakku tanda sudah semakin gemes, untuk dicium pentilnya.
Karena aku sudah merasa waktunya tepat, maka dengan lembut kukulum pentilnya.
Dan reaksinya,
“Aaaughh, uuhh..ss.. uuhh”,
Dia melenguh-lenguh dan mendesis-desis keenakan, seakan-akan yang dinantikannya telah tiba.
Meskipun kondisinya sangat terangsang, tapi lenguhan itu tetap lembut dan terdengar lirih. Kukulum pentilnya, kugesek-gesek pentilnya dengan lidahku, dan kugigit lembut pentilnya, tanganku tetap meremas-remas lembut payudaranya.
Setelah aku puas mempermainkan pentilnya kiri dan kanan bergantian, kulepaskan bibirku dari susunya, dan kugeserkan mulutku ke bawah ke seputar perutnya yang datar dan mengeluarkan aroma parfum yang lembut dan semerbak.
Ketika mulutku terlepas dari susunya, Dia kelihatan menghela napas lega dan baru bisa bernafas dengan tenang. Aku menciumi perutnya dengan agak sedikit jongkok. Kucium pusarnya, dan kujilati pusarnya dengan lidahku. Dia menggelinjang kegelian. Karena terlalu lama berdiri atau karena sudah sangat terangsang, Dia sudah tidak kuat berdiri dan dia bergeser ke belakang duduk di meja kerjanya. Aku berdiri dengan kedua lututku dan aku tetap jilati pusarnya dan perutnya. Dia menggelinjang kegelian, dan mengusap-usap rambut kepalaku dengan tidak beraturan, terkadang meremas, menjambak dan mengusap rambutku. Sehingga rambutku sangat kacau.
Puas dengan permainan perut, Dia kurebahkan di meja kerjanya. Untungya meja kerja Dia cukup besar. Kupelorotkan rok bawahannya, sekaligus dengan CD-nya. Sekarang tampak di hadapanku seorang putri yang kuning, bersih, dengan kaki dan betis yang aduhai indah, terbujur pasrah di hadapanku.
Kunikmati tubuh Dia sebentar, karena selama ini aku hanya bisa membayangkan keindahan tubuhnya, tanpa berharap untuk dapat memandangnya. Tapi ternyata malam ini apa yang kudapatkan jauh dari yang kubayangkan. Seorang wanita dengan tubuh montok dan kuning mulus, dengan kaki dan betis ramping. Dua buah dada yang tidak terlalu besar, tapi bulat, padat dan kencang, sehingga cocok dengan kesan payudara seorang putri. Bentuk lengan dan bahu yang padat bulat dan berisi.
Dia telentang di atas meja di hadapanku, aku masih berdiri. Aku mencium pipinya sekali lagi dengan lembut, kuusap payudaranya dengan lembut. Kedua tangan Dia merangkul leherku dengan erat. Kedua kakinya bergerak-gerak dengan halus pertanda sangat terangsang. Perlahan-lahan tanganku kugerakan dari susunya turun ke perutnya. Kuusap sebentar perutnya dan bergerak turun ke bawah mengusap pahanya. Paha yang selama ini hanya bisa kupandang. Aku usap pahanya naik turun dengan tetap mulut kami masih saling memagut.
Erangan-erangan kecil keluar dari mulut Dia,
“Ugh.. ugh.. emm.. emm..”
Tanganku bergerak dari sekitar pahanya terus mengusap sekitar bibir kemaluannya.
Dengan perlahan kedua kaki Dia mengembang, memberi kesempatan tanganku untuk mengelus kemaluannya. Tetapi kemaluannya belum kuelus, hanya kedua selangkangan saja yang aku belai dengan kedua jari telunjuk dan jari manis bersama-sama. Kuelus selangkangannya naik turun, dan Dia menambah kecepatan gerakan kakinya. Dengan pelan Dia mengangkat pantatnya, sehingga kemaluannya juga ikut naik. Aku tahu ini pertanda agar aku dapat segera mengelus kemaluannya. Kuusap pelan dan dengan jarak sentuhan yang kubuat serenggang mungkin antara bibir kemaluannya dan telapak tanganku, membuat gelinjang Dia menaikkan kemaluannya untuk menyentuh tanganku semakin tinggi.
Kubelai rambut kemaluannya yang lembut, tipis dan tertata rapi. Setelah puas memainkan sekitar kemaluannya, dan liang kemaluan Dia sudah semakin terbuka dan semakin basah. Kusentuh klitorisnya dengan sedikit ujung dari jari tengahku dengan lembut dan.. “Uuhhgh”, lenguhan Susan kenikmatan.
Gerakan kakinya sudah semakin tidak teratur. Tiba-tiba tanganku dijepit dengan kedua pahanya.
“Diik Ukii.. aakkuu.. nggakk.. taahh..”
Kemudian tangannya menarik punggungku sebagai bertanda agar aku segera menaiki tubuhnya. Kutarik kedua kakinya ke arah pinggir meja, sehingga kedua kakinya terjuntai, kemudian Dia membuka kedua selangkangannya dengan tidak sabar. Aku sempat memandangi kemaluannya, dan seakan liang kemaluannya merah seperti bibir gadis yang memakai lipstik yang sedang merengek.
Kugesekkan batang kemaluanku pelan-pelan ke bibir kemaluannya, dan Dia mengerang lagi,
“Uugghh.. uughhg..”
Kumasukkan dengan pelan batang kemaluanku ke liang kemaluannya. Belum sampai habis masuk semua, kutarik kembali dan kumasukkan kembali. Dengan gesekan-gesekan yang pelan tersebut membuat erangan Dia semakin tidak beraturan. Untuk melayani tipe seperti Dia ini, kugunakan gaya gesekan 5:1, artinya lima kali keluar masuk setengah batang kemaluan, baru sekali masuk seluruh batang kemaluan. Dan pada saat masuk yang seluruh batang kemaluan, erangan
Dia semakin hebat. Dengan gaya lembut dan 5:1 ini kami bisa saling menikmati.
“Uuugghh.. acchh.. Diikk.. Ukii.. ucchh.. sstt.. uhh..”
Erangan erangan yang tidak beraturan tetapi artinya hanya satu yaitu Enak.
Sambil kugenjot pelan batang kemaluanku, kedua tanganku dengan leluasa meremas kedua susunya, yang bergerak-gerak naik turun tergantung sodokanku.
Kadang-kadang tanganku mengusap wajah dan pipinya, kadang-kadang mengusap perutnya.
Setelah cukup lama aku melakukan genjotan 5:1, tiba tiba kedua paha Ibu Susan diangkat dan dililitkan ke pinggangku. Kedua tangannya mendekap diriku, mulutnya sedikit menganga dan mendesis..
“Diikk..Uuu..Ki.. saa..yaa saampaaii.. uuhhff.”
Kupegangi pinggangnya untuk menekan liang kemaluannya ke batang kemaluanku. Setelah Dia selesai mengejang dan nafasnya tersengal-sengal, aku mulai lagi dengan genjotan, tetap dengan gaya 5:1.
Dia melenguh, “Uuff.. uff.. uuff.. Dik Uki beluumm yaa. Ayo donk.. uff.. uff jangan ditahaan.. uuff.. ugh..”
“Sebentar Bu!” kataku.
“Dik.. uhff, ceepetan dikit.. Dik.. ughf.. uhfgg.. aa.. ku mau uhgf uff uff.. keeluar.. laa.. ggii..”
“Sebentar Bu, aku juga sudah.. mma.. uu.. saammpai..”
Tiba-tiba ada aliran listrik menjalar dari ubun-ubun turun ke arah kemaluanku dan semakin-lama semakin mengencang. Batang kemaluanku seakan balon yang ditiup dan mau pecah.
“Aachghh.. accghh.. Buu.. Sussann.. aku mmau keluarr..”
Dia memegang erat tubuhku dan
“Crret.. crrett..” keluar semua cairan yang ada di seluruh tubuhku dan “Aaachh..”
Kami berdua terkulai lemas dengan badan penuh keringat dan nafas terengah-engah.
“Dik Uki, makasih ya Dik, kamu telah memberi saluran yang selama ini tersumbat.”
Aku sangat puas malam itu, karena aku tidak dapat membayangkan, ternyata aku bisa menikmati tubuh seorang wanita terhormat, yang selama ini orang luar sangat menghormatinya, tapi ternyata malam ini dia begitu pasrah menyerahkan tubuhnya kepadaku.
Jam telah menujukkan pukul 22.00 ketika permainan kami usai, dan kami berdua segera masuk ke toilet untuk membersihkan dan merapikan badan kami masing-masing.
Dan sebelum pulang aku mendapat tugas baru dari Dia, yaitu membantu membersihkan cairan yang membasahi meja kerja Dia, dan membantu merapikannya. Sambil merapikan mejanya aku berbisik ke telinga Dia,
“Bu meja ini dirapikan ya.. karena besok malam mau dipakai lagi”,
Dia hanya tersenyum dan mencubit mesra lenganku.
Hal tersebut kuulangi setiap ada kesempatan, baik di kantor ataupun di hotel, tapi rahasia tersebut tidak terbongkar dan kami saling menjaga rahasia.
Dan kalau pagi hari, Dia kembali memerankan perannya sebagai atasan yang berwibawa, profesional, tetapi kalau malam, melenguh-lenguh dan menggelinjang-gelinjang di bawah selangkanganku.

Cerita Bokep Kuperkosa Gadis Cantik Tukang Mansturbasi

$
0
0

image
Cerita Bokep Kuperkosa Gadis Cantik Tukang Mansturbasi - Cerita Sex ini berawal ketika aku mengetahui sebuah rahasia tentang tetanggku yang begitu sex si dan menggoda. Namaku Bambam si anak pungut (cerita pemerkosaan). Nama-ku Bambam, semenjak berumur empat tahun aku diangkat anak oleh keluarga keturunan Chinese karena ibuku yang adalah pembantu keluarga mereka meninggal akibat kebocoran gas, sedangkan ayahku yang tidak bertanggung jawab telah pergi meninggalkannya sejak aku di kandungan ibuku, bahkan melihat wajahnya pun aku tidak pernah.

Cerita Bokep Kuperkosa Gadis Cantik Tukang Mansturbasi - Keluarga ibuku di kampung terlalu miskin sampai mengurus keluarga mereka pun sulit sehingga keberatan menerimaku. Untunglah keluarga majikan ibuku cukup baik dengan mengangkatku sebagai anaknya, mereka sangat menyayangiku namun semenjak kelahiran anak perempuan mereka perlahan namun pasti perhatian dan kasih sayang mereka kepadaku mulai berkurang, nama anak perempuan mereka Feby, perhatian mereka yang berlebih kepada Feby membuat Feby tumbuh menjadi seorang gadis yang tinggi hati. Cerita dewasa terbaru hanya ada di Sini

Cerita Bokep Kuperkosa Gadis Cantik Tukang Mansturbasi - Jika ada masalah orang tuaku selalu memenangkan Feby dan menyalahkanku. Oleh karena Orang tua angkatku sibuk berbisnis mereka tidak memperhatikan perkembangan Feby yang semakin hari semakin buruk dan walaupun aku berusia lebih tua dibandingkan usia Feby tetapi Feby tidak memandang sebelah mata kepadaku. Hal ini terus berlanjut sampai Feby berusia 15 tahun dan aku berusia 18 tahunan, Feby duduk di kelas 3 SMP sedangkan aku duduk dikelas 3 SMU.

Feby kini tumbuh menjadi seorang gadis yang benar benar cantik dan bodynya benar benar membuat jantung-ku selalu berdetak dengan kencang. Sedangkan aku sendiri tidak ada bedanya dengan pembantu seperti kedua orang tua kandungku.

Cerita Bokep Kuperkosa Gadis Cantik Tukang Mansturbasi - Hari itu benar benar cerah dan aku mendengar langkah Feby yang baru pulang sekolah , seperti biasanya Feby melepas sepatunya dengan sembarangan dan juga kaus kakinya dengan sembarangan dilemparkan entah kemana “Heh!!! Bambam beresin tuh , aku mau isitirahat dibelakang jangan berani ganggu!!!” Feby membentakku Aku dengan tenang membereskan sepatu dan kaus kaki Feby , semula jika Feby melakukan hal seperti itu aku selalu kesal namun kini aku tidak merasa kesal lagi kepada Feby, karena aku mengetahui rahasia Feby , bahkan Orang tua Feby tidak mengetahui rahasia ini.


Aku tahu bahwa sebentar lagi Feby akan mempertontonkan sesuatu yang bisa membuatku terhibur dengan perlakuannya yang memang benar benar kasar. Rahasia kecil Feby : gadis itu suka membaca majalah dewasa yang entah didapatkannya dari mana dan hal ini cuma aku saja yang tahu ! tapi ini cuma rahasia kecil masih ada rahasia yang lebih besar. Rahasia ini rahasia istimewa dengan pemeran utama wanitanya Feby , Feby lebih asik dan wah ketimbang pemain Film Blue.

Setelah selesai membereskan sepatu Feby aku cepat cepat menyelinap kebelakang, dan aku segera mengambil tempat biasa dibalik pohon besar yang ada dikebun belakang rumah itu.


Aku menanti dengan sabar dan aku melihat pemeran utama wanita sudah mulai kelihatan, Feby kulihat memeriksa keadaan sekeliling dan aku menggeser posisi-ku sehingga tidak kelihatan oleh Feby, setelah yakin aman kulihat Feby duduk dengan santai dibangku kebun sambil membuka sebuah majalah kesukaannya , sambil duduk Feby semakin mengangkangkan pahanya , hal ini tentu saja membuat mataku melotot melihat isi rok seragam feby dan kini Wow Feby membuka kancing bajunya satu persatu sehingga mataku semakin terbuka lebar melihat tingkah laku Feby yang semakin membuatku terangsang , Feby mulai meremas remas buah dadanya sendiri , tiba tiba aku-pun berpikir mungkin hal ini yang membuat buah dada dan body Feby semakin menggiurkan.


Aksi Feby semakin meningkat ia menarik kain segitiganya dan gilanya tangan Feby mulai mengusap ngusap dengan lembut daerah kemaluannya dan aku mendengar Feby mendesah desah dengan hebat “Ahh…hhhhsshh!” Feby mengeliat geliat perlahan dan tubuh Feby tampak mengejang dengan kencang selanjutnya terkulai lemas, aku melihat sesuatu meleleh dari milik Feby. Aku bertanya – tanya kenapa Feby enggak menyuruhku untuk membersihkan cairan putih kental yang pasti terasa enak dimulut-ku, kalau aku disuruh Feby aku pasti bersedia membersihkan daerah vagina Feby dengan lidahku sampai benar benar bersih.


Setelah selesai Feby dengan tenang bangkit dan merapikan pakaiannya, kemudian ia berlalu menuju kamarnya yang terletak dilantai dua. Rahasia Feby yang satu ini yang paling asik dan paling ku sukai, bisa dibilang aku adalah satu – satunya orang yang mengetahui peristiwa hebat yang sudah dilakukan oleh Feby. Terus terang semenjak aku sering mengintip Feby aku sering masturbasi dengan membayangkan sedang melakukan hal – hal yang mengasikkan bersama dengan Feby…duhhhh Febyy!!!!!!Pikiranku selalu ngeres jika mendengar nama itu disebut ! Ahhh.


Hari itu sepertinya hujan akan turun dengan lebat, untungnya aku sudah sampai dirumah terlebih dahulu, mata-ku memandang tidak tenang , bisa – bisa batal dehh pertunjukan hari ini, walaupun batal cuma sehari tapi aku merasa was – was. Hujan mulai turun disertai bunyi petir bersambutan , aku mendengar suara orang berlari – lari “Brengsekkk Bambam!!!” Aku mendengar Feby berteriak memanggil namaku “Ambilinn handuk cepetttttt….!!!!” Feby memerintahkan-ku mengambil air , aku menuruti keinginannya.


Feby tampak cemberut dan seperti biasanya melempar sepatunya dimana – mana “Huuuuhhh hujannn brengsekkkk…. Bambam cepeeett!!! Dasar” Feby dengan kasar merebut handuk yang kuambilkan. Aku melihat Feby tampak tidak tenang menunggu hujan berhenti dan ia sering menengok kebun dibelakang rumah , aku sudah tahu Feby pasti sudah enggak sabar untuk mengeluarkan sesuatu dari dalam isi rok SMPnya. Agak lama juga hujan baru berhenti dan aku melihat wajah Feby tampak senang melihat hujan sudah berhenti “Hehh bambang kamu jangan berani mengganggu-ku, aku mau istirahat dikebun belakang Ngertiiiii!!! Awass kalau kamu menggangu”Feby membentakku.


Aku melihat Feby berlalu kekamarnya dan dengan tergesa gesa aku segera mengambil posisi mengintai karena hujan lebat maka tanah ditempatku mengintai menjadi becek dan licin tentu saja hal ini membuatku semakin berhati – hati, tidak berapa lama aku melihat Feby , dengan santai ini duduk dibangku kebun dan mengeluarkan majalahnya, Aku melihat Feby mulai bergerak dengan erotis sambil meremas – remas buah dadanya sendiri.


Aku sudah tidak sabar ingin melihat yang lebih Syurrr!!!.. tapi entah kenapa kali ini Feby cuma meremas – remas buah dadanya dengan gerakan yang erotis, Aku menunggu cukup lama sambil ngos – ngosan melihat gerakan – gerakan Feby dan akhirnya setelah lama sekali aku menunggu….. Aku melihat Feby mulai membuka kancing bajunya satu persatu dan menyibakkan Rok Seragam SMPnya keatas… Glek aku menelan ludah menyaksikan Pemandangan yang selalu kutunggu – tunggu bila Feby pulang sekolah , Uhh…rupanya Feby sudah siap melakukan sesuatu, Wow…mataku sampai melotot melihat Feby mulai mengelus – ngelus bagian kemaluannya yang masih tertutup kain segitiga berwarna putih dengan lembut disertai erangan erangan yang benar benar membuatku terangsang berat , Feby semakin mengangkang dan tiba – tiba “Pleset… Blukkkk…” Aku terpeleset.

“Aaaawww!!” Feby menjerit karena kaget ia segera merapikan pakaiannya yang terbuka disana – sini. “Bambammmmmmm!!!! Brengsekkk daasarrr anak punguttt!!!”Feby memaki diriku yang tediam dan “Plakkkkk… Plakkkkkkkkk”Feby menamparku sehingga aku terjatuh ditanah yang berlumpur tidak puas sampai disitu Feby meludahi wajahku “Cuhhhhhhh… dasar monyet ngak tau diriii…” kemudian Feby dengan kesal berlalu meninggalkanku.


Perlahan – lahan aku bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, pakaianku kotor oleh Lumpur ,dikamar mandi sambil melamun aku membasuh diriku sampai benar – benar bersih, aku memikirkan kata – kata Feby yang sangat menyakiti hatiku , amarahku membara sepanas lahar gunung berapi, selain itu entah kenapa kemaluanku semakin panjang dan tegang karena selalu mengingat pemandangan yang benar-benar menggairahkan.

Entah apa yang kupikirkan , aku keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat dan naik kelantai dua menuju kamar Feby. Aku melihat Feby sedang memejamkan matanya sambil bermalas – malasan diatas ranjang, pintu kamar Feby terbuka lebar , dengan perlahan aku mendekati kamar Feby dan dengan hati – hati aku menutup dan mengunci pintu kamar Feby “Klikkk”Suara kunci terdengar dengan cukup jelas, Feby terbangun karena mendengar kunci “Ahh…..” ia terkejut melihatku berdiri dengan telanjang bulat namun itu Cuma sesaat selanjutnya ia marah besar “Hehhh…. Bambamm kamu ngapainnn… keluarr!!!!!! Dasar kacung rendahan!” Feby menghampiriku dan hendak menamparku “Aduh…. Brengsekkkkkk!!!!”Feby meringis ketika aku menangkis tamparannya rupanya ia kesakitan.

Aku tersenyum menangkap tangan Feby yang berusaha menamparku lagi kemudian aku bertarung dengannya , Feby mencakar – cakar sampai tubuhku terluka dimana – mana terutama dibagian pundak dan dadaku namun akhirnya aku menang karena Feby kini berhasil kutaklukkan dan kuikat kedua tangannya pada pinggiran ranjang dengan seutas kain yang kusobek dari kelambu di kamar Feby.

“Bambam lepasinnnnn…kurang ajar Bambam” Feby meronta – ronta “Hehhhh dasar tuliii… denger ngakk!!!!”Feby meronta dengan sekuat tenaga namun aku dengan tenang berlutut dipinggiran ranjang dekat kaki Feby , mataku menjelajahi tubuh Feby tanganku terjulur mengelus kaki Feby “Aduhhh Hehhhh dasar ngak tahu diri… jangan kurang ajar kamu…. Anak pungut!!!!”Feby menendang tanganku dengan kakinya. Biarpun ditendang hal itu tidak membuatku jera aku kembali berusaha menjamah kaki Feby sambil kini menyibakkan rok seragam.

Mataku melotot melihat kemulusan paha Feby wahhh!…Feby berusaha menendang lagi kali ini aku menangkap pergelangan kaki kirinyanya, karena kaki kirinya tertangkap Feby menendanggkan kaki kanannya , tapi itu semuanya sia – sia aku dengan mudah menangkap kaki Kanan Feby. Kedua tanganku mengangkangkan Kaki Feby dan mulutku menciumi paha dan kaki Feby yang masih meronta – ronta dan berteriak teriak memaki diriku.

Wangi tubuh Feby semakin membuatku bernafsu, aku kini menerkam tubuh Feby sambil mebukai kancing baju seragamnya satu persatu “Awww!!”Feby menjerit ketika kutindih tubuhnya , Feby meronta – ronta dan berteriak teriak berusaha melakukan perlawanan , aku semakin kuat memeluk pinggang Feby yang ramping sambil membenamkan wajahku pada bagian tengah buah dadanya yang sudah terbuka , nafasku memburu , mengendus ngendus harumnya bagian buah dada Feby , mulutku mulai menciumi kesana kemari. Dengan kasar tanganku menarik kedua cup penutup dada Feby sehingga buah dadanya tersembul dengan bebas “Awww… kuranggg ajar bambammmmmmm.. kamuuuu hehhhh brengsekk Setann”Feby terus meronta – ronta. Mataku sampai berkunang kunang melihat buah dada Feby yang halus , putih dan harum dihadapan wajahku, tanpa buang waktu aku langsung menyantap buah dada Feby bahkan sesekali aku menggigit dengan gemas buah dada Feby yang menjerit kesakitan “Aduhhhhh aww sakit aaakkhh!” Feby menjerit dan memakiku tapi aku tidak peduli aku terus melumat sambil sesekali menggigit puting susu Feby yang berwarna kemerahan, puting susu Feby sudah tegak dan juga bulatan dada Feby sudah semakin kencang tanda kalau Feby mulai terangsang namun Feby masih melakukan perlawanan.

Kepalaku semakin turun dan kini berada di hadapan kemaluan Feby yang masih terbungkus kain segitiga putih. Aku menghirup dalam dalam aroma kain itu yang terasa membangkitkan birahiku, lama sekali aku menghirup hirup wanginya daerah kemaluan Feby yang aromanya lembut , aku mulai bosan dan ingin melihat penghuni kain segitiga Feby dengan sejelas jelasnya maka kedua tanganku berusaha menyentakkan kain itu kebawah

“Ahhh…jangan! Bajingan kau!” Feby semakin kuat meronta ronta. Dalam hati aku kagum juga dengan tenaga Feby, untungnya aku mengikat kedua tangannya. Wow jantungku berdetak dengan kencang melihat permukaan kemaluan Feby yang masih botak (seharusnya Cewe SMP kelas tiga sudah ada bulu jembutnya tapi punya Feby belum tumbuh!!!!).

Aku menjilat bibir Vagina Feby , Feby berontak dan terus berontak, aku yang merasa terganggu kini mengikat kedua kaki Feby keatas , aku mengikat kedua kaki Feby pada tangan Feby sehingga kini ia benar – benar merupakan mangsa yang empuk, aku kembali mendekati bagian Vagina Feby tanganku mencengkram pinggulnya dan menjilati vagina Feby dengan kasar.. sambil berkali – kali aku menghisap kuat – kuat lubang vagina Feby semakin kuat aku menghisap semakin kuat Feby mengerang dan “Bammbam Brenggg sekkk…. Lepasiinnnnn… Arhhhhhhhh….”Tubuh Feby tiba tiba bergetar dengan kuat…. “Cret…… Crot….. Crott”Air kental itu keluar dan meleleh dari sela sela Vagina Feby , Feby terkulai lemas, tenaganya juga mulai banyak berkurang, keringat mengucur dengan deras dari tubuhnya.

Aku menjilati vagina Feby sampai kering dan bersih, setelah itu aku menciumi pangkal paha Feby dan mengelus ngelus paha Feby yang terasa lembut dan mengasikkan. Dalam pikiran-ku mendadak terlintas sesuatu. Aku ingat waktu aku menonton Film Blue aku melihat pemain pria memasukkan penisnya kedalam anus pemain wanita dan akupun berencana melakukan hal itu maka Aku mulai menggunakan telunjukku menekan – nekan anus Feby, Anus Feby mendadak berkerut ketika kusentuh dan hal ini membuatku tersenyum menyaksikan anus Feby yang berkali kali berkerut, aku semakin senang mempermainkan anus Feby dan kini aku menekan kuat kuat jari telunjukku pada tengah tengah anus Feby

“Aoww…. Aduh jangannnn sakit heggghhh”Feby mulai menangis terisak isak , aku terus menekan jari telunjukku kuat – kuat, kini jari telunjukku dengan pasti mulai masuk semakin dalam dan dalam dan Feby semakin terisak-isak. Aku mulai mengeluar masukkan jari telunjukku kedalam anus Feby kini aku memasukkan dua jariku mengocok ngocok anus Feby “Aduhhhh….duhhhhh Aouuuh”Feby meringis – ringis, Aku kini menggeser tubuhku dan mendekatkan kepala kemaluanku pada lubang anus Feby dengan paksa aku mendobrak lubang anus Feby “Bam jangannnn Aduhh aaggggghh…ampun!”

Feby mengerang sambil memejamkan matanya rapat – rapat ketika kepala kemaluanku membongkar liang Anus Feby, tapi Ehhhhhh… Feby jadi agak anehhh waktu aku tusuk semakin dalam dengan penisku, lidah Feby sedikit menjulur keluar.. dan wajah Feby menjadi semakin sensual. Aku benar-benar bernafsu, aku semakin lama semakin kuat mengeluar masukkan penisku kedalam anusnya, apalagi kini Feby enggak menangis lagi malah ia memandangiku dengan tatapan matanya yang sayu dan juga lidahnya yang secara tidak sengaja menjadi terjulur – julur ketika kusodok sodok dengan kuat liang anusnya.

Tanganku meremas remas buah dadanya feby sambil terus mengocok – ngocok dan tidak berapa lama “Unggghhhh…. Mmm.. Crottt…crott!” Feby terkapar kembali. Aku biarkan Feby beristirahat sebentar kemudian aku mencabut penisku dari dalam anusnya kini aku mengarahkannya pada liang vagina Feby “Ahhh… jangannn Bam …jangan…ampun… ngakkkk mau” Feby kembali menangis dengan tiba tiba. “Udah coba aja dulu… pasti kamu suka koq”Aku menjawab dengan santai sambil menggesek gesekkan kepala kemaluanku pada lubang vagina Feby.

Aku mulai menekan dengan kuat namun kepala kemaluanku malah terpeleset karena daerah vagina Feby terlalu licin tapi aku tidak putus asa aku terus menekan – nekan, setelah mencoba sebanyak 5 kali akhirnya kepala kemaluanku mulai dapat menyelam kedalam jepitan bibir vagina Feby “Bambam jangan… ahhh jangannn enggakk!!!!!!”Feby benar – benar ketakutan dan ia menjerit jerit.

Jeritan Feby malah membuatku semakin mendorongkan penisku sampai terasa ada sesuatu didalam vagina Feby yang menahal lajunya kepala kemaluanku. Hmmmmm…. Aku yakin inilah dinding pusaka milik Feby yang cuma ada satu satunya didunia dan enggak bisa digantikan atau diperbaiki, aku mengambil ancang – ancang dan “Jrebbb… Jrebb”sekuat tenaga aku menghentak-hentakkankan penisku berusaha menjebol dinding pusaka itu dan berhasil! Sementara Feby menangis dengan kencang sampai terisak – isak Aku tetap memompa penisku sambil menciumi Feby. Uhhhh…nikmatnya…dan aku semakin kencang memompa – mompa liang vagina Feby, lama kelamaan tangisan Feby berubah menjadi erangan dan kemudian menjadi desahan desahan dan rintihan. Mata Feby yang masih basah memandangiku yang masih terus memompanya dengan kuat sehingga tubuh Feby tersentak – sentak diatas ranjang, Feby memandangiku dengan tatapan matanya sayu dan kurasakan sinar mata Feby menjadi lembut.

Aku balas memandanginya mata Feby yang terpejam pejam ketika kusentak-sentakkan penisku dengan kuat dan “Serrrrrr…. Crot.. Achhh” Feby menggelepar dalam terkaman nafsu birahiku. Aku menarik keluar penisku dari dalam vagina Feby, Aku melihat ada cairan meleleh keluar ketika aku mencabut penisku dan itu adalah cairan kenikmatan Feby yang tercampur dengan merahnya darah keperawanan Feby. Penisku tampak masih segar bugar dan terasa tegang maka aku kali ini kembali menusukkan kepala penisku pada liang anus Feby, basahnya penisku oleh air mani Feby yang licin mempermudah kepala penisku untuk kembali menyelinap pada liang anus Feby “Unggghh…” Feby mengeluh ketika kusentakkan kepala penisku , aku semakin menekan penisku kedalam dan mengunjungi kembali lubang anus Feby.

Air Mani Feby yang menempel pada penisku seakan akan menjadi pelumas sehingga aku merasakan pergesekan antara lubang anus Feby yang sempit terasa semakin mengasikkan dan akupun semakin cepat memacu penisku maju mundur menggesek liang anus Feby.

“Hhhh… nnnhhhhh… ngggghh”Suara Feby benar benar mengasikkan untuk didengar ketika aku memompa – mompa semakin kuat dan cepat, aku mencengkram pinggul Feby dan terus mempercepat kocokanku, mataku melihat buah dada Feby bergerak dalam irama yang mengasikkan apalagi tubuh Feby kini berkeringat sehingga air keringat membuat kulitnya yang putih dan mulus bagaikan mengkilap , benar – benar pemadangan yang sedap dipandang oleh mata.

Lama kelamaan aku merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar tapi aku tetap bertahan aku tidak rela jika hanya keluar sendirian maka sambil terus menyentak – nyentakkan penisku menyodomi Feby aku menggosok – gosok klitoris Feby dengan agak kuat. “Ouch… Nggggg… Mhhhhh”Feby tidak dapat menahan seranganku.

“Sert…cret…crot……”tidak berapa lama aku juga memuntahkan sesuatu yang terasa sangat enak dan nikmatnya dari dalam penisku didalam anus Feby. Aku memeluk kuat kuat tubuh Feby yang masih terengah – engah karena kecapaian. Benar – benar luar biasa kenikmatan yang bisa kunikmati dari tubuh Feby, perlahan – lahan nafas kami berdua berubah menjadi tenang, dengan santai aku mencabut penisku dari dalam liang anus Feby.

Aku tersenyum melihat Feby yang memandangiku dengan tatapan matanya yang tampak kecapaian, aku bangkit dari atas tubuh Feby dan keluar dari dalam kamar Feby, dari dalam kulkas aku mengambil sebotol air dingin dan dengan lahap aku meneguk air dingin yang menyegarkan, setelah beristirahat sebentar aku kembali kekamar Feby, aku melihat Feby yang mengeliat – geliat pertamanya sihhh aku curiga Feby hendak melepaskan diri namun Feby hanya mengeliatkan tubuhnya.

Hmm…mungkinkah Feby merasa pegal karena kuikat? he he hehehe…. Aku mendekati Feby kembali lalu aku menyodorkan botol minuman kedekat mulutnya dan Feby meminum habis tanpa sisa setetespun. Aku kini membaringkan tubuhku disisi Feby tanganku bergerak melepaskan ikatan pada kaki Feby dan Feby mengeliat – geliatkan tubuhnya , aku membantu memijat mijat bagian pinggul Feby yang pasti terasa sangat pegal, terutama pinggul bagian belakang, mataku melirik vagina Feby, rupanya Feby baru menyadari kalau sedari tadi ia mengangkang sehingga mataku dapat menikmati keindahan Vagina Feby yang mengasikkan makanya ia langsung merapatkan kedua paha serapat mungkin dan berusaha menggeser posisi pinggul seakan – akan hendak menyembunyikan wilayah terpenting pada tubuhnya.

Aku merasakan penisku kembali tegang kini tanganku meraba – raba ketiak Feby dan mulai mendekatkan mulutku pada ketiak Feby yang terbuka lebar karena kedua tangan Feby kuikat keatas, aku menjilati ketiak Feby sampai Feby mengeluh dan merintih – rintih kegelian aku berusaha untuk membangkitkan gairah Feby , Duhhhh ketiak Feby harum dan terasa lembut dilidahku, akupun tidak segan – segan lagi menghisap – hisap ketiak Feby dengan agak kasar, sambil menghisap – hisap, tanganku mulai membelai – belai buah dada Feby, kuremas buah dada Feby dengan lembut , Feby semakin sering merintih – rintih, Aku melihat Feby terpejam – pejam dan mulutnya setengah terbuka sehingga menambah cantik wajahnya aku mulai menggeluti tubuh Feby tanganku melingkar memeluk pinggang Feby dan yang satu lagi memeluk punggung Feby.

Aku mendekatkan wajahku pada wajah Feby dan langsung mencium bibirnya yang agak terbuka, aku mengisap dengan lembut namun semakin lama hisapanku semakin kuat dan membara “Hmm…Mmmhh”suara mulut Feby tersumpal mulutku yang sedang asik menghisap dan mengait – ngait lidah Feby, Feby agak meronta dan nafasnya semakin memburu rupanya Feby mulai kehabisan nafas tapi aku malah semakin kuat memeluk tubuh Feby dan semakin kuat menghisap mulutnya aku ingin menghisap dan membersihkan mulut Feby yang sering dipakai untuk memakiku. Lama juga aku bertarung mulut dengan Feby aku akhirnya melepaskan mulutku dari mulut Feby,

“Ahh…Hhh…hhhhhhh”Aku melihat Feby menarik nafasnya panjang – panjang , mata Feby memandangiku dengan tatapannya yang sayu.Aku melepaskan tangannya sebelah kiri dan kemudian yang sebelah kanan, tubuh Feby mengeliat dalam pelukanku , aku memijat mijat bagian pundak Feby yang pasti terasa pegal, Aku merasa senang berhasil menjinakkan Feby yang semula begitu garang melakukan perlawanan, tangannya yang sering dipakai menampar wajahku kini terkulai lemah tanpa tenaga , mulutnya yang sering memakiku kini merintih rintih dan terasa sangat merdu ditelingaku.Aku mulai mempermainkan buah dada Feby yang terasa semakin mengeras dan semakin kenyal, jari tanganku juga semakin sering menarik – narik perlahan puting susu Feby kemudian kulanjutkan aksiku meremas – remas buah dada Feby dengan telapak tanganku berada dibagian bawah buah dadanya yang lembut.

Tanganku kemudian meraba bagian kemaluan Feby dan ternyata Feby sudah basah, aku lalu menggeser posisiku. Aku berlutut diatas ranjang, kedua tanganku menarik kedua kaki Feby dalam posisi mengangkang dan menaruhnya dipundakku sebelah kiri dan sebelah kanan, aku mengeser posisiku sehingga kini kepala kemaluanku berada dihadapan bibir vagina Feby, aku menggesek – gesekkan kepala penisku sampai terasa geli karena licinnya bibir vagina Feby, aku menekan memasukkan kepala penisku dan bibir vagina Feby tanpa banyak komentar langsung menelan kepala penisku , aku memegangi kedua kaki Feby dan menghentakkan penisku kuat kuat “Ahhhhhhhhhhhhhh…. “Feby menjerit kecil ketika aku menyentakkan penisku kedalam vaginanya selanjutnya aku memacu penisku dengan cepat dan kuat.

“Engggggg… Unghhhh Ahh!”tangan Feby menahan perutku dan aku berhenti sambil memandanginya , selanjutnya aku kembali menghajar vagina Feby habis – habisan sampai Feby menjerit – jerit kecil menahan seranganku yang semakin hebat , tangan Feby menggapai – gapai mencari pegangan dan meraih guling sambil memeluk guling itu kuat – kuat, aku terus melakukan serangan serangan dan melesatkan penisku dengan kuat – kuat memanah lubang vagina Feby yang semakin lama semakin terasa mengasikkan untuk dipanah dan “Crottt…. Crrttt….. crrtttt&#82#8221;aku melihat Mata Feby terpejam rapat disertai tubuhnya yang menggelepar merasakan rasa nikmat, aku membiarkan Feby menikmati rasa nikmat itu sampai tuntas, kemudian aku menurunkan kedua kaki Feby , tanganku menarik guling yang sedang dipeluk oleh Feby dan melemparkan guling itu kelantai selanjutnya aku menjatuhkan tubuhku dan memeluk punggung Feby dan menghentak – hentakkan penisku, kaki Feby yang biasanya dipakai untuk menendang tulang keringku kini menjepit tubuhku yang semakin kuat menghentak – hentakkan, kedua tangannya yang tadinya dipakai memeluk guling kini dipakainya untuk memelukku , agak lama aku merasakan pelukan Feby semakin kuat dan kedua kakinya semakin kencang menjepit tubuhku , aku mendengar dengar suara – suara yang merdu keluar dari mulutnya “Engghhh Owwhhh crottttttt…. Crrt”Aku merasakan pelukan Feby yang semula kencang kini melemah, aku terus menghentak – hentak dengan kuat karena aku merasakan sesuatu akan keluar dari penisku dan “Crrt.. Croottt”kini gantian aku yang memeluk kuat – kuat tubuh Feby, nafasku tersengal-sengal bergabung dengan nafas Feby yang juga memburu dengan kencang dan kuat bagaikan sedang habis berlari.

Hari itu aku tertidur sambil menindih tubuh Feby dan rasanya sangat menyenangkan, keesokan harinya aku bangun lebih dahulu dari Feby yang memang pemalas, Aduhhh!!!!! Begitu turun dari ranjang rasanya kedua kakiku lemas, dengkulku terasa akan lepas dari sendirnya, tiba- tiba aku teringat hari ini hari Rabu , biasanya orang tua angkatku pulang, aku langsung bangkit dan memakaikan pakaian tidur untuk Feby yang masih tertidur, setelah beres kini giliranku yang pakai baju….namun aku mendengar suara mobil dari kejauhan dan itu suara mobil orang tua angkatku!!! aku panik dan berlari menuju kamarku dalam keadaan telanjang bulat.

Hari Rabu itu Feby mendadak demam , aku dimarahi karena tidak menjaga Feby dengan baik, aku disuruh menunggu rumah sedangkan orang tua angkatku mengantar Feby ke dokter. Feby diberi izin untuk beristirahat dirumah oleh dokter sedangkan orang tua angkatku dengan penuh perhatian merawat Feby sampai demam Feby sembuh selama tiga hari. Pada hari yang keempat kondisi Feby berangsur membaik tapi ia masih harus istirahat, kedua orang tua angkatku harus segera pergi lagi menyelesaikan urusan bisnisnya dan kembali mempercayakan anak gadisnya padaku.

Dengan girang aku memasuki ke kamar tidurnya, kubuka perlahan-lahan pintu itu. Feby masih tertidur, aku berdiri di pinggir ranjang mengguncang tubuhnya. Ia membuka-matanya perlahan-lahan lalu matanya membelakak kaget, wajahnya ketakutan sambil menggeleng-geleng kepalanya melihat diriku yang berdiri di sampingnya sambil menyeringai jahat.

“Tidakkkk!!!” jeritnya.

Aduh Ayah

$
0
0
Aku adalah anak tunggal. Ibuku adalah seorang wanita yang disiplin dan agak keras sedangkan ayahku kebalikannya bahkan bisa dikatakan bahwa ayah di bawah bendera ibu. Bisa dikatakan ibulah yang lebih mengatur segala-galanya dalam keluarga. Namun, walaupun ibu keras, di luar rumah aku termasuk cewek bandel dan sering tukar-tukar pacar, tentunya tanpa sepengetahuan ibuku. Tapi suatu saat, pada saat aku duduk di kelas 2 SMA, ibuku pergi mengunjungi nenek yang sakit di kampung. Dia akan tinggal di sana selama 2 minggu. Hatiku bersorak. Aku akan bisa bebas di rumah. Tak akan ada yang memaksa-maksa untuk belajar. Aku juga bebas pulang sore. Kalau Ayah, yah.. dia selalu kerja sampai hampir malam.

Pulang sekolah, aku mengajak pacarku, Anton, ke rumah. Aku sudah beberapa kali mengadakan hubungan kelamin dengannya. Tetapi hubungan tersebut tidak pernah betul-betul nikmat. Selalu dilakukan buru-buru sehingga aku tidak pernah orgasme. Aku penasaran, bagaimana sih nikmatnya orgasme?

Singkat cerita, aku dan Anton sudah berada di ruang tengah. Kami merasa bebas. Jam masih menunjukkan angka 3:00 sedangkan ayah selalu pulang pukul enam lewat. So, cukup waktu untuk memuaskan berahi. Kami duduk di sofa. Anton dengan segera melumat bibirku. Kurasakan hangatnya bibirnya. "Ah.." kurangkul tanganku ke lehernya. Ciumannya semakin dalam. Kini lidahnya yang mempermainkan lidahku. Tangannya pun mulai bermain di kedua bukitku. Aku benar-benar terangsang. Aku sudah bisa merasakan bahwa vaginaku sudah mulai basah. Segera kujulurkan tanganku ke perut bawahnya. Aku merasakan bahwa daerah itu sudah bengkak dan keras. Kucoba membuka resleting celananya tapi agak susah. Dengan segera Anton membukakannya untukku. Bagai tak ingin membuang waktu, secara bersamaan, aku pun membuka kemeja sekolahku sekaligus BH-ku tapi tanpa mengalihkan perhatianku pada Anton. Kulihat segera sesudah CD Anton lepas, senjatanya sudah tegang, siap berperang.

Kami berpelukan lagi. Kali ini, tanganku bebas memegang burungnya. Tidak begitu besar, tapi cukup keras dan berdiri dengan tegangnya. Kuelus-elus sejenak. Kedua telurnya yang dibungkus kulit yang sangat lembut, sungguh menimbulkan sensasi tersendiri saat kuraba dengan lembut. Penisnya kemerah-merahan, dengan kepala seperti topi baja. Di ujungnya berlubang. Kukuakkan lubang kecil itu, lalu kujulurkan ujung lidahku ke dalam. Anton melenguh. Expresi wajahnya membuatku semakin bergairah. "Ah.." kumasukkan saja batang itu ke mulutku. Anton melepaskan celana dalamku lalu mempermainkan vaginaku dengan jarinya. Terasa sentuhan jarinya diantara kedua bibir kemaluanku. Dikilik-kiliknya klitorisku. Aku makin bernafsu. Kuhisap batangnya. Kujilati kepala penisnya, sambil tanganku mempermainkan telurnya dengan lembut. Kadang kugigit kulit telurnya dengan lembut.

"Nit, pindah di lantai saja yuk, lebih bebas!"
Tanpa menunggu jawabanku, dia sudah menggendongku dan membaringkanku di lantai berkarpet tebal dan bersih. Dibukanya rok abu-abuku, yang tinggal satu-satunya melekat di tubuhku, demikian juga kemejanya. Sekarang aku dan dia betul-betul bugil. Aku makin menyukai suasana ini. Kutunggu, apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Ternyata Anton naik ke atas tubuhku dengan posisi terbalik, 69. Dikangkangkannya pahaku. Selanjutnya yang kurasakan adalah jilatan-jilatan lidahnya yang panas di permukaan vaginaku. Bukan itu saja, klitorisku dihisapnya, sesekali lidahnya ditenggelamkannya ke lubangku. Sementara batangnya tetap kuhisap. Aku sudah tidak tahan lagi.

"Ton, ayo masukin saja."
"Sebentar lagi Nitt."
"Ah.. aku nggak tahan lagi, aku mau batangmu, please!"
Anton memutar haluan. Digosok-gosokannya kepala penisnya sebentar lalu.. "Bless.." batang itu masuk dengan mantap. Tak perlu diolesi ludah untuk memperlancar, vaginaku sudah banjir. Amboy, nikmat sekali. Disodok-sodok, maju mundur.. maju mundur. Aku tidak tinggal diam. Kugoyang-goyang juga pantatku. Kadang kakiku kulingkarkan ke pinggangnya.

Tiba-tiba, "Ah.. aku keluar.." Dicabutnya penisnya dan spermanya berceceran di atas perutku.
"Shit! Sama saja, aku belum puas, dia sudah muntah," rungutku dalam hati.
Tapi aku berpikir, "Ah, tak mengapa, babak kedua pasti ada."
Dugaanku meleset. Anton berpakaian.
"Nit, sorry yah.. aku baru ingat. Hari ini rupanya aku harus latihan band, udah agak telat nih," dia berpakaian dengan buru-buru. Aku betul-betul kecewa.
"Kurang ajar anak ini. Dasar egois, emangnya aku lonte, cuman memuaskan kamu saja."
Aku betul-betul kecewa dan berjanji dalam hati tak akan mau main lagi dengannya. Karena kesal, kubiarkan dia pergi. Aku berbaring saja di sofa, tanpa mempedulikan kepergiannya, bahkan aku berbaring dengan membelakanginya, wajahku kuarahkan ke sandaran sofa.

Kemudian aku mendengar suara langkah mendekat.
"Ngapain lagi si kurang ajar ini kembali," pikirku. Tapi aku memasang gaya cuek. Kurasakan pundakku dicolek. Aku tetap cuek.
"Nita!"
Oh.. ini bukan suara Anton. Aku bagai disambar petir. Aku masih telanjang bulat.
"Ayah!" aku sungguh-sungguh ketakutan, malu, cemas, pokoknya hampir mati.
"Dasar bedebah, rupanya kamu sudah biasa main begituan yah. Jangan membantah. Ayah lihat kamu bersetubuh dengan lelaki itu. Biar kamu tahu, ini harus dilaporkan sama ibumu."
Aku makin ketakutan, kupeluk lutut ayahku, "Yah.. jangan Yah, aku mau dihukum apa saja, asal jangan diberitahu sama orang lain terutama Mama," aku menangis memohon.

Tiba-tiba, ayah mengangkatku ke sofa. Kulihat wajahnya makin melembut.
"Nit, Ayah tahu kamu tidak puas barusan. Waktu Ayah masuk, Ayah dengar suara-suara desahan aneh, jadi Ayah jalan pelan-pelan saja, dan Ayah lihat dari balik pintu, kamu sedang dientoti lelaki itu, jadi Ayah intip aja sampai siap mainnya."
Aku diam aja tak menyahut.
"Nit, kalau kamu mau Ayah puasin, maka rahasiamu tak akan terbongkar."
"Sungguh?"
Ayah tak menjawab, tapi mulutnya sudah mencium susuku. Dijilatinya permukaan payudaraku, digigitnya pelan-pelan putingku. Sementara tangannya sudah menjelajahi bagian bawahku yang masih basah. Ayah segera membuka bajunya. Langsung seluruhnya. Aku terkejut. Kulihat penis ayahku jauh lebih besar, jauh lebih panjang dari penis si Anton. Tak tahu aku berapa ukurannya, yang jelas panjang, besar, mendongak, keras, hitam, berurat, berbulu lebat. Bahkan antara pusat dan kemaluannya juga berbulu halus. Beda benar dengan Anton. Melihat ini saja aku sudah bergetar.

Kemudian Aku didudukkannya di sofa. Pahaku dibukanya lebar-lebar. Dia berlutut di hadapanku lalu kepalanya berada diantara kedua pangkal pahaku. Tiba-tiba lidah hangat sudah menggesek ke dalam vaginaku. Aduh, lidah ayahku menjilati vaginaku. Dia menjilat lebih lihai, lebih lembut. Jilatannya dari bawah ke atas berulang-ulang. Kadang hanya klitorisku saja yang dijilatinya. Dihisapinya, bahkan digigit-gigit kecil. Dijilati lagi. Dijilati lagi. "Oh.. oh.. enak, Yah di situ Yah, enak, nikmat Yah," tanpa sadar, aku tidak malu lagi mendesah jorok begitu di hadapan ayahku. Ayah "memakan" vaginaku cukup lama. Tiba-tiba, aku merasakan nikmat yang sangat dahsyat, yang tak pernah kumiliki sebelumnya.

"Oh.. begini rupanya orgasme, nikmatnya," aku tiba-tiba merasa lemas. Ayah mungkin tahu kalau aku sudah orgasme, maka dihentikannya menjilat lubang kewanitaanku. Kini dia berdiri, tepat di hadapan hidungku, penisnya yang besar itu menengadah. Dengan posisi, ayah berdiri dan aku duduk di sofa, kumasukkan batang ayahku ke mulutku. Kuhisap, kujilat dan kugigit pelan. Kusedot dan kuhisap lagi. Begitu kulakukan berulang-ulang. Ayah ikut menggoyangkan pantatnya, sehingga batangnya terkadang masuk terlalu dalam, sehingga bisa kurasakan kepala penisnya menyentuh kerongkonganku. Aku kembali sangat bergairah merasakan keras dan besarnya batang itu di dalam mulutku. Aku ingin segera ayah memasuki lubangku, tapi aku malu memintanya. Lubangku sudah betul-betul ingin "menelan" batang yang besar dan panjang.

Tiba-tiba ayah menyeruhku berdiri.
"Mau main berdiri ini," pikirku.
Rupanya tidak. Ayah berbaring di sofa dan mengangkatku ke atasnya.
"Masukkan Nit!" ujar Ayah.
Kuraih batang itu lalu kuarahkan ke vaginaku. Ah.. sedikit sakit dan agak susah masuknya, tapi ayah menyodokkan pantatnya ke depan.
"Aduh pelan-pelan, Ayah."
Lalu berhenti sejenak, tapi batang itu sudah tenggelam setengah akibat sodokan ayah tadi. Kugoyang perlahan. Dengan perlahan pula batang itu semakin masuk dan semakin masuk. Ajaibnya semakin masuk, semakin nikmat. Lubang vaginaku betul-betul terasa penuh. Nikmat rasanya. Karena dikuasai nafsu, rasa maluku sudah hilang. Kusetubuhi ayahku dengan rakus. Ekspresi ayahku makin menambah nafsuku. Remasan tangan ayahku di kedua payudaraku semakin menimbulkan rasa nikmat. Kogoyang pantatku dengan irama keras dan cepat.

Tiba-tiba, aku mau orgasme, tapi ayah berkata, "Stop! Kita ganti posisi. Kamu nungging dulu."
"Mau apa ini?" pikirku.
Tiba-tiba kurasakan gesekan kepala penis di permukaan lubangku kemudian.. "Bless.." batang itu masuk ke lubangku. Yang begini belum pernah kurasakan. Anton tak pernah memperlakukanku begini, begitu juga Muklis, lelaki yang mengambil perawanku. Tapi yang begini ini rasanya selangit. Tak terkatakan nikmatnya. Hujaman-hujaman batang itu terasa menggesek seluruh liang kewanitaanku, bahkan hantaman kepala penis itupun terasa membentur dasar vaginaku, yang membuatku merasa semakin nikmat. Kurasakan sodokan ayah makin keras dan makin cepat. Perasaan yang kudapat pun makin lama makin nikmat. Makin nikmat, makin nikmat, dan makin nikmat.

Tiba-tiba, "Auh..oh.. oh..!" kenikmatan itu meladak. Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Hentakan ayah makin cepat saja, tiba-tiba kudengar desahan panjangnya. Seiring dengan itu dicabutnya penisnya dari lubang vaginaku. Dengan gerakan cepat, ayah sudah berada di depanku. Disodorkannya batangnya ke mulutku. Dengan cepat kutangkap, kukulum dan kumaju-mundurkan mulutku dengan cepat. Tiba-tiba kurasakan semburan sperma panas di dalam mulutku. Aku tak peduli. Terus kuhisap dan kuhisap. Sebagian sperma tertelan olehku, sebagian lagi kukeluarkan, lalu jatuh dan meleleh memenuhi daguku. Ayah memelukku dan menciumku, "Nit, kapan-kapan, kalau nggak ada Mama, kita main lagi yah." Aku tak menjawab. Sebagai jawaban, aku menggelayut dalam pelukan ayahku. Yang jelas aku pasti mau. Dengan pacarku aku tak pernah merasakan orgasme. Dengan ayah, sekali main orgasme dua kali. Siapa yang mau menolak?

Sesudah itu asal ada kesempatan, kami melakukannya lagi. Sementara mama masih sering marah, dengan nada tinggi, berusaha mengajarkan disiplin. Biasanya aku diam saja, pura-pura patuh. Padahal suaminya, yang menjadi ayahku itu, sering kugeluti dan kunikmati. Beginilah kisah permainanku dengan ayahku yang pendiam, tetapi sangat pintar di atas ranjang.

Anak Kost Cantik Doyan Exe

$
0
0
image
Walaupun bulan ini penuh dengan kesibukanku, aku termasuk orang yang sangat susah untuk dapat mengontrol keinginan seks atas wanita. Pengalaman ini kualami beberapa hari sebelum bulan-bulan sibukku yang lalu di tempat kost. Di tempat kost kami berlima dan hanya ada satusatunya cewek di kost ini, namanya Mayang. Aku heran ibu kost menerima anak perempuan di kost ini. Oh, rupanya Mayang bekerja di dekat kost sini.
Mayang cukup cantik dan kelihatan sudah matang dengan usianya yang relatif sangat muda, tingginya kira-kira 160 cm. Yang membuatku bergelora adalah tubuhnya yang putih dan kedua buah dadanya yang cukup besar.Ahh, kapan aku bisa mendapatkannya, pikirku. Menikmati tubuhnya, menancapkan penisku ke vaginanya dan menikmati gelora kegadisannya.
Perlu pembaca ketahui, umurku sudah 35 tahun. Belum menikah tapi sudah punya pacar yang jauh di luar kota. Soal hubungan seks, aku baru pernah dua kali melakukannya dengan wanita. Pertama dengan Mbak Anik, teman sekantorku dan dengan Esther. Dengan pacarku, aku belum pernah melakukannya. Swear..! Beneran.
Kami berlima di kost ini kamarnya terpisah dari rumah induk ibu kost, sehingga aku dapat menikmati gerak-gerik Mayang dari kamarku yang hanya berjarak tidak sampai 10 meter. Yang gila dan memuncak adalah aku selalu melakukan masturbasi minimal dua hari sekali. Aku paling suka melakukannya di tempat terbuka. Kadang sambil lari pagi, aku mencari tempat untuk melampiaskan imajinasi seksku.
Sambil memanggil nama Mayang, crot crot crot.., muncratlah spermaku, enak dan lega walau masih punya mimpi dan keinginan menikmati tubuh Mayang. Aku juga suka melakukan masturbasi di rumah, di luar kamar di tengah malam atau pagi-pagi sekali sebelum semuanya bangun. Aku keluar kamar dan di bawah terang lampu neon atau terang bulan, kutelanjangi diriku dan mengocok penisku, menyebut-nyebut nama Mayang sebagai imajinasi senggamaku. Bahkan, aku pernah melakukan masturbasi di depan kamar Mayang, kumuntahkan spermaku menetesi pintu kamarnya. Lega rasanya setelah melakukan itu.
Mayang kuamati memang terlihat seperti agak binal. Suka pulang agak malam diantar cowok yang cukup altletis, sepertinya pacarnya. Bahkan beberapa kali kulihat suka pulang pagi-pagi, dan itu adalah pengamatanku sampai kejadian yang menimpaku beberapa hari sebelum bulan itu.
Seperti biasanya, aku melakukan masturbasi di luar kamarku. Hari sudah larut hampir jam satu dini hari. Aku melepas kaos dan celana pendek, lalu celana dalamku. Aku telanjang dengan Tangan kiri memegang tiang dan tangan kanan mengocok penisku sambil kusebut nama Mayang. Tapi tiba-tiba aku terhenti mengocok penisku, karena memang Mayang entah tiba-tiba tengah malam itu baru pulang.
Dia memandangiku dari kejauhan, melihat diriku telanjang dan tidak dengan cepat-cepat membuka kamarnya. Sepertinya kutangkap dia tidak grogi melihatku, tidak juga kutangkap keterkejutannya melihatku. Aku yang terkejut.
Setelah dia masuk kamar, dengan cuek kulanjutkan masturbasiku dan tetap menyebut nama Mayang. Yang kurasakan adalah seolah aku menikmati tubuhnya, bersenggama dengannya, sementara aku tidak tahu apa yang dipikirkannya tentangku di kamarnya. Malam itu aku tidur dengan membawa kekalutan dan keinginan yang lebih dalam.
Paginya, ketika aku bangun, sempat kusapa dia.
“Met pagi..” kataku sambil mataku mencoba menangkap arti lain di matanya. Kami hanya bertatapan.
Ketika makan pagi sebelum berangkat kantor juga begitu.
“Kok semalam sampai larut sih..?” tanyaku.
“Kok tak juga diantar seperti biasanya..?” tanyaku lagi sebelum dia menjawab.
“Iya Mas, aku lembur di kantor, temenku sampai pintu gerbang saja semalam.” jawabnya sambil tetap menunduk dan makan pagi.
“Semalam nggak terkejut ya melihatku..?” aku mencoba menyelidiki.
Wajahnya memerah dan tersenyum. Wahh.., serasa jantungku copot melihat dan menikmati senyum Mayang pagi ini yang berbeda. Aku rasanya dapat tanda-tanda nih, sombongnya hatiku.
Rumah kost kami memang tertutup oleh pagar tinggi tetangga sekeliling. Kamarku berada di pojok dekat gudang, lalu di samping gudang ada halaman kecil kira-kira 30 meter persegi, tempat terbuka dan tempat untuk menjemur pakaian. Tanah ibu kostku in cukup luas, kira-kira hampir 50 X 100 m. Ada banyak pohon di samping rumah, di samping belakang juga. Di depan kamarku ada pohon mangga besar yang cukup rindang.
Rasanya nasib baik berpihak padaku. Sejak saat itu, kalau aku berpapasan dengan Mayang atau berbicara, aku dapat menangkap gejolak nafsu di dadanya juga. Kami makin akrab. Ketika kami berbelanja kebutuhan Puasa di supermarket, kukatakan terus terang saja kalau aku sangat menginginkannya. Mayang diam saja dan memerah lagi, dapat kulihat walau tertunduk.
Aku mengajaknya menikmati malam Minggu tengah malam kalau dia mau. Aku akan menunggu di halaman dekat kamarku, kebetulan semua teman-teman kostku pulang kampung. Yang satu ke Solo, istrinya di sana, tiap Sabtu pasti pulang. Yang satunya pulang ke Temanggung, persiapan Puasa di rumah.
Aku harus siapkan semuanya. Kusiapkan tempat tidurku dengan sprei baru dan sarung bantal baru. Aku mulai menata halaman samping, tapi tidak begitu ketahuan. Ahh, aku ingin menikmati tubuh Mayang di halaman, di meja, di rumput dan di kamarku ini. Betapa menggairahkan, seolah aku sudah mendapat jawaban pasti.
Sabtu malam, malam semakin larut. Aku tidur seperti biasanya. Juga semua keluarga ibu kost. Aku memang sudah nekat kalau seandainya ketahuan. Aku sudah tutupi dengan beberapa pakaian yang sengaja kucuci Sabtu sore dan kuletakkan di depan kamarku sebagai penghalang pandangan. Tidak lupa, aku sudah menelan beberapa obat kuat/perangsang seperti yang diiklankan.
Tengah malam hampir jam setengah satu aku keluar. Tidak kulihat Mayang mau menanggapi. Kamarnya tetap saja gelap. Seperti biasa, aku mulai melepasi bajuku sampai telanjang, tangan kiriku memegangi tiang jemuran dan tangan kananku mengocok penisku. Sambil kusebut nama Mayang, kupejamkan mataku, kubayangkan sedang menikmati tubuh Mayang. Sungguh mujur aku waktu itu. Di tengah imajinasiku, dengan tidak kuketahui kedatangannya, Mayang telah ada di belakangku.
Tanpa malu dan sungkan dipeluknya aku, sementara tanganku masih terus mengocok penisku.
Diciuminya punggungku, sesekali digigitnya, lalu tangannya meraih penisku yang menegang kuat.
“Mayang.. Mayang.. achh.. achh.. nikmatnya..!” desahku menikmati sensasi di sekujur penisku dan tubuhku yang terangkat tergelincang karena kocokan tangan Mayang.
“Uhh.. achh.. Mayang, Mayang.. ohhh.. aku mau keluar.. ohh..” desahku lagi sambil tetap berdiri.
Kemudian kulihat Mayang bergerak ke depanku dan berlutut, lalu dimasukkannya penisku ke mulutnya.
“Oohhh Mayang… Uhh Mayangii.., Saarrii… Nikmat sekali..!” desahku ketika mulutnya mengulumi penisku kuat-kuat.
Akhirnya aku tidak dapat menahannya lagi, crott.. crot.. crot.., spemaku memenuhi mulut Mayang, membasai penisku dan ditelannya. Ahh anak ini sudah punya pengalaman rupanya, pikirku.
Lalu Mayang berdiri dengan mulut yang masih menyisakan spermaku, aku memeluknya dan menciuminya. Ahh.., kesampaian benar cita-citaku menikmati tubuhnya yang putih, lembut, sintal dan buah dadanya yang menantang.
Kulumati bibirnya, kusapu wajahnya dengan mulutku. Kulihat dia memakai daster yang cukup tipis. BH dan celana dalamnya kelihatan menerawang jelas. Sambil terus kuciumi Mayang, tanganku berkeliaran merayapi punggung, dada dan pantatnya. Ahh.. aku ingin menyetubuhi dari belakang karena sepertinya pantatnya sangat bagus. Aku segera melepaskan tali telami dasternya di atas pundak, kubiarkan jatuh di rumput.
Ahh.., betapa manis pemandangan yang kulihat. Tubuh sintal Mayang yang hanya dibalut dengan BH dan celana dalam. Wahhh.., membuat penisku mengeras lagi. Kulumati lagi bibirnya, aku menelusuri lehernya.
“Ehh.., ehhh..!” desis Mayang menikmati cumbuanku.
“Ehh.., ehhh..!” sesekali dengan nada agak tinggi ketika tanganku menggapai daerah-daerah sensitifnya.
Kemudian kepalanya mendongak dan buah dadanya kuciumi dari atas. O my God, betapa masih padat dan montok buah dada anak ini. Aku mau menikmatinya dan membuatnya mendesis-desis malam ini. Tanganku yang nakal segera saja melepas kancing BH-nya, kubuang melewati jendela kamarku, entah jatuh di mana, mungkin di meja atau di mana, aku tidak tahu. Uhhh.., aku segera memandangi buah dada yang indah dan montok ini. Wah luar biasa, kuputari kedua bukitnya. Aku tetap berdiri. bergantian kukulumi puting susunya. Ahh.., menggairahkan.
Terkadang dia mendesis, terlebih kalau tangan kananku atau kiriku juga bermain di putingnya, sementara mulutku menguluminya juga. Tubuhnya melonjak-lonjak, sehingga pelukan tangan kanan atau kiriku seolah mau lepas. Mayang menegang, menggelinjang-gelinjang dalam pelukanku. Lalu aku kembali ke atas, kutelusuri lehernya dan mulutku berdiam di sana. Tanganku sekarang meraih celana dalamnya, kutarik ke bawah dan kubantu melepas dari kakinya. Jadilah kami berdua telanjang bulat.
Kutangkap kedua tangan Mayang dan kuajak menjauh sepanjang tangan, kami berpandangan penuh nafsu di awal bulan ini. Kami sama-sama melihat dan menjelajahi dengan mata tubuh kami masing-masing dan kami sudah saling lupa jarak usia di antara kami. Penisku menempel lagi di tubuhnya, enak rasanya. Aku memutar tubuhnya, kusandarkan di dadaku dan tangannya memeluk leherku.
Kemudian kuremasi buah dadanya dengan tangan kiriku, tangan kananku menjangkau vaginanya. Kulihat taman kecil dengan rumput hitam cukup lebat di sana, lalu kuraba, kucoba sibakkan sedikit selakangannya. Mayang tergelincang dan menggeliat-geliat ketika tanganku berhasil menjangkau klitorisnya. Seolah dia berputar pada leherku, mulutnya kubiarkan menganga menikmati sentuhan di klitorisnya sampai terasa semakin basah.
Kubimbing Mayang mendekati meja kecil yang kusiapkan di samping gudang. Kusuruh dia membungkuk. Dari belakang, kuremasi kedua buah dadanya. Kulepas dan kuciumi punggungnya hingga turun ke pantatnya. Selangkangannya semakin membuka saja seiring rabaanku.
Setelah itu aku turun ke bawah selakangannya, dan dengan penuh nafsu kujilati vaginanya.
Mulutku menjangkau lagi daerah sensitif di vaginanya sampai hampir-hampir kepalaku terjepit.
“Oohh.., ehh.., aku nggak tahan lagi.., masukkan..!” pintanya.
Malam itu, pembaca dapat bayangkan, aku akhirnya dapat memasukkan penisku dari belakang. Kumasukkan penisku sampai terisi penuh liang senggamanya. Saat penetrasi pertama aku terdiam sebelum kemudian kugenjot dan menikmati sensasi orgasme. Aku tidak perduli apakah ada yang mendengarkan desahan kami berdua di halaman belakang. Aku hanya terus menyodok dan menggenjot sampai kami berdua terpuaskan dalam gairah kami masing-masing.
Aku berhasil memuntahkan spermaku ke vaginanya, sementara aku mendapatkan sensasi jepitan vagina yang hebat ketika datang orgasmenya. Aku dibuatnya puas dengan kenyataan imajinasiku malam Minggu itu. Sabtu malam atau minggu dini hari yang benar-benar hebat. Aku bersenggama dengan Mayang dalam bebrapa posisi. Terakhir, sebelum posisi konvensioal, aku melakukan lagi posisi 69 di tempat tidur.
Ahh Mayang, dia berada dalam pelukanku sampai Minggu pagi jam 8 dan masih tertidur di kamarku. Aku bangun duluan dan agak sedikit kesiangan. Ketika melihat ke luar kamar, ohh tidak ada apa-apa. Kulihat kedua cucu ibu kostku sedang bermain di halaman. Mereka tidak mengetahui di tempat mereka bermain itu telah menjadi bagian sejarah seks hidupku dan Mayang.

Kisah kehidupan Seks David

$
0
0
image
Peristiwa ini terjadi ketika David berumur 36 tahun. David adalah seorang ayah yang memiliki 3 orang anak, David bekerja di bidang medis, dan kini tinggal di Jakarta Selatan. Wajahnya lumayan tampan, sedangkan istri David berkulit hitam manis dengan tinggi tubuhnya sekitar 165 cm, rambut lurus dan halus. Kehidupan seks David selama ini sangat normal, bahkan David termasuk laki - laki yang memiliki selera berhubungan seks yang tinggi. Tidak hanya sekarang, bahkan sejak David berusia 17 tahun pada saat dirinya tumbuh dewasa.
Disuatu malam yang dingin, David sengaja menghabiskan waktu untuk bermesraan bersama istrinya, mereka berdua duduk bersama dengan posisi istri berada di pangkuan,
David menyentuh rambutnya dan tangannya bergerak ke leher istrinya, istri melenguh, tangannya mencari dan mencoba meraih penis yang sudah tegang keluar celananya. Tangan kanan david kemudian bergerak turun dari leher ke arah pinggul, istrinya bergeser turun dari pangkuannya, menarik pahanya, otomatis dasternya terangkat. kamu tahu apa?, Ternyata istrinya tidak menggunakan CD.

Bahkan dengan istri, David harus mendapatkan kepuasan, tetapi sebagai laki - laki normal, David juga memiliki fantasi melakukan hubungan seks dengan wanita lain. David akan sangat bersemangat dengan seorang perempuan yang kurus, tinggi, ramping dan memiliki payudara yang tidak terlalu besar, Itulah gambaran perempuan yang menjadi idaman David. Menjelang Hari Valentine, David teringat kejadian 5 tahun yang lalu, dan David mencoba untuk menuangkan dalam sebuah tulisan:

Antara 1997 - 1998 aku diberi tugas belajar di Surabaya. Kota Surabaya sangat tidak asing bagiku karena di sanalah aku dilahirkan dan dibesarkan. Aku memutuskan untuk tinggal di asrama karena aku tidak ingin merepotkan kerabatku, toh juga hanya enam bulan?. Setelah sampai di asrama aku langsung berusaha menata pakaian - pakaianku ke almari dan buku - buku yang aku bawa terlihat masih sangat berantakan, sungguh aku memerlukan semangat pendorong untuk melakukan pekerjaan yang melelahkan ini. Akhirnya aku pun melakukan masturbasi. Dalam pikiranku, "Aku tidak bisa seperti ini terus.. aku memerlukan seseorang yang dapat memenuhi nafsu dan gairahku".

Keesokan harinya aku berusaha mencari teman - teman lamaku yang dulu ada di kota ini, satu - persatu mereka aku telepon. Singkatnya, ternyata aku telah kehilangan kontak dengan mereka, nomor - nomor ponsel mereka sudah tidak aktif. Hanya ada satu yang masih aktif, dia adalah Hani, usianya lebih tua dariku, Hani sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Dulu kami pernah dekat, sering bersama saat belajar kelompok.

Hani keturunan chinese, cukup tinggi untuk seorang wanita, berkulit putih dan berdada rata. Awalnya kita berdua hanya melakukan telepon satu sama lain, berdiskusi, makan dan pergi bersama, sampai suatu hari ( pada pertengahan Februari ) dia menelponku sambil menangis tersedu - sedu dan dia mengatakan ingin bertemu denganku.

"Mas, bisa gak kita bertemu, aku ingin cerita".
" Bisa, baiklah kita bertemu di tempat biasa".
Dengan Lancer th 83'an aku pergi menemuinya, setelah bertemu Hani mengajakku pergi kerumahnya. "Ak tidak bisa melakukan ini, aku tidak ingin membuat suasana keruh bersama suamimu", ucapku kepada Hani. "Tidak apa - apa, ayo pergi bersamaku", ucap Hani. Dalam perjalanan kami berbicara macam - macam mulai ilmiah, politik, sampai hal - hal yang kotor.

"Mas, kapan kamu akan pergi ke Jakarta?" Dia bertanya ( jadwal aku untuk pulang ke rumah setiap bulan ).
"Minggu depan, emang knapa?" Tanyaku kembali.
"Tidak apa - apa sih, pengin nanya aja".
'Masak sih cuma pengin nanya saja, .... .... Pengin yang lain - lain kan, pengin nyoba?', jawabku.
'Hehehehe dasar ngeress aja yang ada dipikiran mas..

Setelah sampai ke tempat tujuan, di sebuah rumah yang tidak aku ketahui, Hani membuka pintu.
"Ini rumah siapa ????? Serambi kotor... penuh debu, kaya beberapa hari tidak disapu, kebangetan deh.' Tanyaku heran.
Ini rumah orang tuaku, kemarin abis dikontrakin, seminggu sekali aku kesini dan membersihkannya", jawabnya sambil masuk ke rumah gak terawat tersebut.

"Sebentar ya, aku mau masukin mobil dan segera kembali lagi..."
Dalam pikiranku, "Meskipun teras penuh debu kotor, namun rumah ini gak pengap... .... Cukup nyaman, furniturnya juga masih bagus,".
Hani mempersilahkanku duduk, sementara dia menyaapu teras depan rumah tersebut.
"Anggap aja rumah sendiri mas, gak usah sungkan... .. Aku mau bersih - bersih bentar,' katanya.

"Iya, ini rasanya udah kayak dirumah sendiri bersama istri sendiri," kataku sedikit menggodanya.
"Terserah deh, eh aku mau mandi dulu?" ucap Hani. Otakku dipenuhi pikiran ngeres, ngebayangin lekukan payudara Hani yang terlihat jelas dibalik baju transparan yang dikenakannya sehingga putingya terlihat sedikit menyembul.


Ngomong - ngomong ada apa memintaku datang ke tempat ini? Apakah kamu punya masalah yang serius, masalah apa itu?" Aku bertanya lebih lanjut tanpa basa - basi, ia pindah tempat duduk kesebelahku "Masalah keluarga mas...", Katanya.
"Apakah itu tentang seks?" Aku bercanda dengannya.
"Ah kamu tetep aja kaya dulu mas, sableng, dan tidak jauh dari yang gitu - gituan"... ... Tapi ada benernya sih ... .. Meskipun tidak secara langsung," jawabnya.

Kemudian Hani bercerita panjang lebar, intinya adalah rasa tidak puas, sikap otoriter suaminya dan selalu disalahkan ketika ada ketidaksepakatan dengan pada suatu masalah.
"Aku bener - bener sudah capek, Mas Sony suamiku selalu berpihak sama ibunya, ketika aku mencoba menjawab persoalan dengan mertua, justru mertuaku mengomel habis - habisan". Terisak ia mengakhiri kisahnya.
Ketika aku memegang tangannya, dia hanya terdiam, kemudian berkata lembut "Bolehkah aku bersandar di dada kamu mas?". Aku mengangguk dan cepat - cepat meraih dan membelai lembut rambut sebahunya. Aku mencium keningnya dengan lembut, Hani mendongak dan berbisik pelan "Mas, aku membutuhkan dukungan, kasih sayang dan belaian mesra."

Pada saat itu aku merasa hanyut dengan situasi yang diciptakannya, sehingga tanpa merasa canggung aku mencium matanya, kemudian hidungnya, Hani menngeliat sehingga bibir kami bertemu. Hani berdiri dan berkata pelan sambil memelukku, "pegang erat - erat, aku milikmu sekarang".
Dengan lembut aku mencium bibirnya lagi. Kami berpelukan seperti sepasang kekasih yang baru bertemu setelah berpisah lama dengan segunung kerinduan. Setelah itu kami berdua kembali duduk.

Dengan posisi Hani duduk di pangkuan, aku terus menyentuh rambutnya dan bergerak tanganku di lehernya, Hani melenguh, tangannya mencari dan mencoba meraih penis yang sudah tegang keluar celanaku. Tangan kananku kemudian bergerak dari leher ke arah pinggul, Hani bergeser turun dari pangkuanku, menarik pahanya, otomatis dasternya terangkat. Kamu tahu apa?, Ternyata Hani tidak menggunakan CD.

"Aku sudah enggak tahan mas, ... ... ... .. lakukan sekarang bisiknya. Segera aku menjilati merah muda mecky indah dengan sedikit rambut namun panjang - panjang, aku basahin dan sibakkan bulu - bulu halus dengan lidahku sambil sesekali menyentuh klitorisnya .
'Ahhh, mas ... ... ... ... ... .... ... ... ... .. Aku ingin, kamu masukan sekarang '... ... ... ... ... ... .... Tangannya berusaha membuka celanaku dan memegang penisku.
"Tapi aku gak nyaman di sini" Ucapku sambil memandangi ruang - ruang disekitar ruang tamu ini.
"Ya udah, yuk kita pindah ruangan di dalam", katanya berdiri dan mengunci ruang tamu tempat kami melakukan pemanasan tadi.

"Siapa takut ... ..., Dia tersenyum dan berjalan sambil membuka daster tipisnya, aku mengikuti dari belakang, tubuhnya begitu indah ... ... .. halus seperti marmer.

Kami masuk ke sebuah kamar tidur berukuran 5 x 6 meter dan cukup mewah. Yang lebih istimewa adalah adanya cermin besar ( mungkin ukurannya 3 x 2, 5 meter ) di depan tempat tidur. Hani memelukku di depan cermin dan dengan cekatan membuka kemeja, celana dan CD ku. Begitu indah dan erotis, gerakan - gerakan yang kami lakukan terlihat pada cermin itu.

Segera penisku mencuat keras seolah-olah sukacita karena melihat kebebasan. Aku memenuhi semua haus akan hasrat ini, kami menggosok dan saling berciuman. Setelah beberapa saat menyentuh dan disentuh, tubuh Hani yang indah menggeliat di tempat tidur sedang menunggu untuk di eksekusi. Aku melanjutkan kegiatanku yang ditangguhkan sebelumnya, berharap bahwa dia akan Mengerti apa yang aku inginkan. Dia seperti mendengar apa yang sedang aku pikirkan, Hani pun segera berbalik dan memposisikan diri pada posisi 69 .... dia langsung mengulum penisku yang sedang menegang kencang, tanpa rasa ragu dan takut Hani berperang melawan penis ukuran diameter 2,5 sampai 3,5 cm dan panjang 15 - 18 cm.

Ahhh ... Aku mendesah menikmati kuluman dan hisapan lembut bubur Hani... ... ... "Kamu benar - benar sangat pintar memuskan lelaki Han, aku memujinya, sementara dia masih tetap sibuk menghisap penisku.

Kemudian Hani membasahi meckynya sendiri dengan air liurnya, Hani terlihat sangat antusiasme.
Ohh, mas ... ... ... ... ... ... ... .. ayo ... ... .... ia bangkit dan jongkok di atas miniatur monasku ... ....
Dicapai dan diarahkan penisku ke lubang senggamanya, kemudian ia menggoyangnya naik dan turun dan menggigit dengan bibir meckynya. Aku memegang payudara mungil dan meremasnya dengan perlahan, kemudian setelah 3 menit, Hani ingin aku mendekap erat tubuhnya ... Hani tampaknya telah mencapai orgasme ketika ia menunggangiku ... ... ..

Aku membalikkan tubuh dengan posisi penis masih tertanam. Hani membantu membuka lebar - lebar gerbang surgawinya.dengan diangkat kedua pahanya ke atas. Aku mundur penisku ke depan, dengan irama kocokan 5 dalam X 1 ringan akhirnya berhasil ditembus lebih maksimal, "Mas .... , Mmmmhhh, Lebih ... ... ... .... Keras ... ...., Dia mengoceh gak karuan ... ... ....
"Ini sudah sampai aku berkata, '... .. Hany tertawa ... .. sehingga otot - otot vaginanya berdenyut berpartisipasi ritme tertawanya ... .... ,

Aku mendorong tubuh Hani ke ujung tempat tidur, dan menekan penisku semakin dalam. Hani berteriak histeris menikmati gaya permainanku, tangannya menarik - narik pinggulku seakan menikmati penisku yang sedang bergoyang mengganyang lubang kemaluannya ... ....
Aku mau sampai Han... ... .... dia tidak sempat mengatakan bahwa aku jangan mengeluarkan sperma ke dalam rahimnya ... ... ... .. Hani juga tampaknya telah mencapai orgasme untuk kedua kalinya.

Kami bercanda dan mengobrol di tempat tidur setelah pertempuran melelahkan sebelumnya dapat diselesaikan dengan penuh gairah.
"Kamu sudah kebangetan deh Han?".. "Maaf mas, aku tidak bisa menahan tertawa ketika kamu mengatakan aku sudah mau sampai"
"Hehehehe emangnya sudah sampai mana, sampai pasar?", katanya. Udah ah, yok mandi bareng - bareng, katanya sambil menciumku manja.

Setelah peristiwa itu, kami semakin sering bertemu dan ML di tempat - tempat dimanapun asal memungkinkan, sampai aku menyelesaikan tugas belajar yang aku jalani.

Cerita Sex Dewasa | Hadiah Kedewasaan Dari Mbak Yuni

$
0
0


image

Cerita Sex Dewasa | Hadiah Kedewasaan Dari Mbak Yuni - Mbak Yuni adalah anak tetangga nenekku di desa daerah Cilacap yang ikut dengan keluargaku di Kota Semarang sejak SMP. Waktu SD ia sekolah di desa, setelah itu ia diajak keluargaku di kota untuk melanjutkan sekolah sekaligus membantu keluargaku terutama merawat aku. Kami sangat akrab bahkan di juga sering ngeloni aku. Mbak Yuni ikut dengan keluargaku sampai dia lulus SMA atau aku kelas 2 SD dan dia kembali ke desa. Namanya juga anak kecil, jadi aku belum ada perasaan apa-apa terhadapnya.

Setelah itu kami jarang bertemu, paling-paling hanya setahun satu atau dua kali. Tiga tahun kemudian ia menikah dan waktu aku kelas dua SMP aku harus pindah luar Jawa ke Kota Makassar mengikuti ayah yang dipindah tugas. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi. Kami hanya berhubungan lewat surat dan kabarnya ia sekarang telah memiliki seorang anak. pada waktu aku lulus SMA aku pulang ke rumah nenek dan berniat mencari tempat kuliah di Kota Yogya.

Sesampai di rumah nenek aku tahu bahwa Mbak Yuni sudah punya rumah sendiri dan tinggal bersama suaminya di desa seberang. Setelah dua hari di rumah nenek aku berniat mengunjungi rumah Mbak Yuni. Setelah diberi tahu arah rumahnya (sekitar 1 km) aku pergi kira-kira jam tiga sore dan berniat menginap. Dari sinilah cerita ini berawal.

Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, akhirnya aku sampai di rumah yang ciri-cirinya sama dengan yang dikatakan nenek. Sejenak kuamati kelihatannya sepi, lalu aku coba mengetok pintu rumahnya.

"Ya sebentar.." terdengar sahutan wanita dari dalam.

Tak lama kemudian keluar seorang wanita dan aku masih kenal wajah itu walau lama tidak bertemu. Mbak Yuni terlihat manis dan kulitnya masih putih seperti dulu. Dia sepertinya tidak mengenaliku.

"Cari siapa ya? tanya Mbak Yuni".
"Anda Mbak Yuni kan?" aku balik bertanya.
"Iya benar, anda siapa ya dan ada keperluan apa?" Mbak Yuni kembali bertanya dengan raut muka yang berusaha mengingat-ingat.
"Masih inget sama aku nggak Mbak? Aku Aris Mbak, masak lupa sama aku", kataku.
"Kamu Aris anaknya Pak Tono?" kata Mbak Yuni setengah nggak percaya.
"Ya ampun Ris, aku nggak ngenalin kamu lagi. Berapa tahun coba kita nggak bertemu." Kata Mbak Yuni sambil memeluk tubuhku dan menciumi wajahku.

Aku kaget setengah mati, baru kali ini aku diciumi seorang wanita. Aku rasakan buah dadanya menekan dadaku. Ada perasaan lain muncul waktu itu.

"Kamu kapan datangnya, dengan siapa" kata Mbak Yuni sambil melepas pelukannya.
"Saya datang dua hari lalu, saya hanya sendiri." kataku.
"Eh iya ayo masuk, sampai lupa, ayo duduk." Katanya sambil menggeret tanganku.

Kami kemudian duduk di ruang tamu sambil mengobrol sana-sini, maklum lama nggak tetemu. Mbak Yuni duduk berhimpitan denganku. Tentu saja buah dadanya menempel di lenganku. Aku sedikit terangsang karena hal ini, tapi aku coba menghilangkan pikiran ini karena Mbak Yuni sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri.

"Eh iya sampai lupa buatin kamu minum, kamu pasti haus, sebentar ya.." kata Mbak Yuni ditengah pembicaraan.

Tak lama kemudian ia datang, "Ayo ini diminum", kata Mbak Yuni.

"Kok sepi, pada kemana Mbak?" Tanyaku.
"Oh kebetulan Mas Heri (suaminya Mbak Yuni) pergi kerumah orang tuanya, ada keperluan, rencananya besok pulangya dan si Dani (anaknya Mbak Yuni) ikut" jawab Mbak Yuni.
"Belum punya Adik Mbak dan Mbak Yuni kok nggak ikut?" tanyaku lagi.
"Belum Ris padahal udah pengen lho.. tapi memang dapatnya lama mungkin ya, kayak si Dani dulu. Mbak Yuni ngurusi rumah jadi nggak bisa ikut" katanya.
"Eh kamu nginep disini kan? Mbak masih kangen lho sama kamu" katanya lagi.
"Iya Mbak, tadi sudah pamit kok" kataku.
"Kamu mandi dulu sana, ntar keburu dingin" kata Mbak Yuni.

Lalu aku pergi mandi di belakang rumah dan setelah selesai aku lihat-lihat kolam ikan di belakang rumah dan kulihat Mbak Yuni gantian mandi. Kurang lebih lima belas menit, Mbak Yuni selesai mandi dan aku terkejut karena ia hanya mengenakan handuk yang dililitkan di tubuhnya. Aku pastikan ia tidak memakai BH dan mungkin CD juga karena tidak aku lihat tali BH menggantung di pundaknya.

"Sayang Ris ikannya masih kecil, belum bisa buat lauk" kata Mbak Yuni sambil melangkah ke arahku lalu kami ngobrol sebentar tentang kolam ikannya.

Kulihat buah dadanya sedikit menyembul dari balutan handuknya dan ditambah bau harum tubuhnya membuatku terangsang. Tak lama kemudian ia pamit mau ganti baju. Mataku tak lepas memperhatikan tubuh Mbak Yuni dari belakang. Kulitnya benar-benar putih. Sepasang pahanya putih mulus terlihat jelas bikin burungku berdiri. Ingin rasanya aku lepas handuknya lalu meremas, menjilat buah dadanya, dan menusuk-nusuk selangkangannya dengan burungku seperti dalam bokep yang sering aku lihat. Sejenak aku berkhayal lalu kucoba menghilangkan khayalan itu.

Haripun berganti petang, udara dingin pegunungan mulai terasa. Setelah makan malam kami nonton teve sambil ngobrol banyak hal, sampai tak terasa sudah pukul sembilan.

"Ris nanti kamu tidur sama aku ya, Mbak kangen lho ngeloni kamu" kata Mbak Yuni.
"Apa Mbak?" Kataku terkejut.
"Iya.. Kamu nanti tidur sama aku saja. Inget nggak dulu waktu kecil aku sering ngeloni kamu" katanya.
"Iya Mbak aku inget" jawabku.
"Nah ayo tidur, Mbak udah ngantuk nih" kata Mbak Yuni sambil beranjak melangkah ke kamar tidur dan aku mengikutinya dari belakang, pikiranku berangan-angan ngeres. Sampai dikamar tidur aku masih ragu untuk naik ke ranjang.
"Ayo jadi tidur nggak?" tanya Mbak Yuni.

Lalu aku naik dan tiduran disampingnya. Aku deg-degan. Kami masih ngobrol sampai jam 10 malam.

"Tidur ya.. Mbak udah ngantuk banget" kata Mbak Yuni.
"Iya Mbak" kataku walaupun sebenarnya aku belum ngantuk karena pikiranku semakin ngeres saja terbayang-bayang pemandangan menggairahkan sore tadi, apalagi kini Mbak Yuni terbaring di sampingku, kurasakan burungku mengeras.

Aku melirik ke arah Mbak Yuni dan kulihat ia telah tertidur lelap. Dadaku semakin berdebar kencang tak tahu apa yang harus aku lakukan. Ingin aku onani karena sudah tidak tahan, ingin juga aku memeluk Mbak Yuni dan menikmati tubuhnya, tapi itu tidak mungkin pikirku. Aku berusaha menghilangkan pikiran kotor itu, tapi tetap tak bisa sampai jam 11 malam. Lalu aku putus kan untuk melihat paha Mbak Yuni sambil aku onani karena bingung dan udah tidak tahan lagi.

Dengan dada berdebar-debar aku buka selimut yang menutupi kakinya, kemudian dengan pelan-pelan aku singkapkan roknya hingga celana dalam hitamnya kelihatan, dan terlihatlah sepasang paha putih mulus didepanku beitu dekat dan jelas. Semula aku hanya ingin melihatnya saja sambil berkhayal dan melakukan onani, tetapi aku penasaran ingin merasakan bagaimana meraba paha seorang perempuan tapi aku takut kalau dia terbangun. Kurasakan burungku melonjak-lonjak seakan ingin melihat apa yang membuatnya terbangun. Karena sudah dikuasai nafsu akhirnya aku nekad, kapan lagi kalau tidak sekarang pikirku.

Dengan hati-hati aku mulai meraba paha Mbak Yuni dari atas lutut lalu keatas, terasa halus sekali dan kulakukan beberapa kali. Karena semakin penasaran aku coba meraba celana dalamnya, tetapi tiba-tiba Mbak Yuni terbangun.

"Aris! Apa yang kamu lakukan!" kata Mbak Yuni dengan terkejut.

Ia lalu menutupi pahanya dengan rok dan selimutnya lalu duduk sambil menampar pipiku. Terasa sakit sekali.

"Kamu kok berani berbuat kurang ajar pada Mbak Yuni. Siapa yang ngajari kamu?" kata Mbak Yuni dengan marah.

Aku hanya bisa diam dan menunduk takut. Burungku yang tadinya begitu perkasa aku rasakan langsung mengecil seakan hilang.

"Tak kusangka kamu bisa melakukan hal itu padaku. Awas nanti kulaporkan kamu ke nenek dan bapakmu" kata Mbak Yuni.
"Ja.. jangan Mbak" kataku ketakutan.
"Mbak Yuni kan juga salah" kataku lagi membela diri.
"Apa maksudmu?" tanya Mbak Yuni.

"Mbak Yuni masih menganggap saya anak kecil, padahal saya kan udah besar Mbak, sudah lebih dari 17 tahun. Tapi Mbak Yuni masih memperlakukan aku seperti waktu aku masih kecil, pakai ngeloni aku segala. Trus tadi sore juga, habis mandi Mbak Yuni hanya memakai handuk saja didepanku. Saya kan lelaki normal Mbak" jelasku.

Kulihat Mbak Yuni hanya diam saja, lalu aku berniat keluar dari kamar.

"Mbak.. permisi, biar saya tidur saja di kamar sebelah" kataku sambil turun dari ranjang dan berjalan keluar.

Mbak Yuni hanya diam saja. Sampai di kamar sebelah aku rebahkan tubuhku dan mengutuki diriku yang berbuat bodoh dan membayangkan apa yang akan terjadi besok. Kurang lebih 15 menit kemudian kudengar pintu kamarku diketuk.

"Ris.. kamu masih bangun? Mbak boleh masuk nggak?" Terdengar suara Mbak Yuni dari luar.
"Ya Mbak, silakan" kataku sambil berpikir mau apa dia.

Mbak Yuni masuk kamarku lalu kami duduk di tepi ranjang. Aku lihat wajahnya sudah tidak marah lagi.

"Ris.. Maafkan Mbak ya telah nampar kamu" katanya.
"Seharusnya saya yang minta maaf telah kurang ajar sama Mbak Yuni" kataku.
"Nggak Ris, kamu nggak salah, setelah Mbak pikir, apa yang kamu katakan tadi benar. Karena lama nggak bertemu, Mbak masih saja menganggap kamu seorang anak kecil seperti dulu aku ngasuh kamu. Mbak tidak menyadari bahwa kamu sekarang sudah besar" kata Mbak Yuni.

Aku hanya diam dalam hatiku merasa lega Mbak Yuni tidak marah lagi.

"Ris, kamu bener mau sama Mbak?" tanya Mbak Yuni.
"Maksud Mbak?" kataku terkejut sambil memandangi wajahnya yang terlihat bagitu manis.
"Iya.. Mbak kan udah nggak muda lagi, masa' sih kamu masih tertarik sama aku?" katanya lagi.

Aku hanya diam, takut salah ngomong dan membuatnya marah lagi.

"Maksud Mbak.., kalau kamu bener mau sama Mbak, aku rela kok melakukannya dengan kamu" katanya lagi.

Mendengar hal itu aku tambah terkejut, seakan nggak percaya.

"Apa Mbak" kataku terkejut.
"Bukan apa-apa Ris, kamu jangan berpikiran enggak-enggak sama Mbak. Ini hanya untuk meyakinkan Mbak bahwa kamu telah dewasa dan lain kali tidak menganggap kamu anak kecil lagi" kata Mbak Yuni

Lagi-lagi aku hanya diam, seakan nggak percaya. Ingin aku mengatakan iya, tapi takut dan malu. Mau menolak tapi aku pikir kapan lagi kesempatan seperti ini yang selama ini hanya bisa aku bayangkan.

"Gimana Ris? Tapi sekali aja ya.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berdua" kata Mbak Yuni.
Aku hanya mengangguk kecil tanda bahwa aku mau.
"Kamu pasti belum pernah kan?" kata Mbak Yuni.
"Belum Mbak, tapi pernah lihat di film" kataku.
"Kalau begitu aku nggak perlu ngajari kamu lagi" kata Mbak Yuni.

Mbak Yuni lalu mencopot bajunya dan terlihatlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus BH hitam, aku diam sambil memperhatikan, birahiku mulai naik. Lalu Mbak Yuni mencopot roknya dan paha mulus yang aku gerayangi tadi terlihat. Tangannya diarahkan ke belakang pundak dan BH itupun terlepas, sepasang buah dada berukuran sedang terlihat sangat indah dipadu dengan puting susunya yang mencuat kedepan. Mbak Yuni lalu mencopot CD hitamnya dan kini ia telah telanjang bulat. Penisku terasa tegang karena baru pertama kali ini aku melihat wanita telanjang langsung dihadapanku. Ia naik ke atas ranjang dan merebahkan badannya terlentang. Aku begitu takjub, bayangkan ada seorang wanita telanjang dan pasrah berbaring di ranjang tepat dihadapanku. Aku tertegun dan ragu untuk melakukannya.

"Ayo Ris.. apa yang kamu tunggu, Mbak udak siap kok, jangan takut, nanti Mbak bantu" kata Mbak Yuni.

Segera aku melepaskan semua pakaianku karena sebenarnya aku sudah tidak tahan lagi. Kulihat Mbak Yuni memperhatikan burungku yang berdenyut-denyut, aku lalu naik ke atas ranjang. Karena sudah tidak sabar, langsung saja aku memulainya. Langsung saja aku kecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, aku pikir mungkin suaminya tidak pernah melakukannya, tapi tidak aku hiraukan, terus aku lumat bibirnya. Sementara itu kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lalu aku elus-elus dan remas buah dadanya sambil sesekali memelintir puting susunya.

"Ooh.. Ris.. apa yang kau lakukan.. ergh.. sshh.." Mbak Yuni mulai mendesah tanda birahinya mulai naik, sesekali kurasakan ia menelan ludahnya yang mulai mengental. Setelah puas dengan bibirnya, kini mulutku kuarahkan ke bawah, aku ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada. Sejenak aku pandangi buah dada yang kini tepat berada di hadapanku, ooh sungguh indahnya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah lelaki. Langsung aku jilati mulai dari bawah lalu ke arah putingnya, sedangkan buah dada kanannya tetap kuremas-remas sehingga tambah kenyal dan mengeras.
"Emmh oh aarghh" Mbak Yuni mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.

Kulirik wajahnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit bibir bawahnya. Kini jariku kuarahkan ke selangkangannya. Disana kurasakan ada rumput yang tumbuh di sekeliling memeknya. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu sudah sangat basah, tanda bahwa ia sudah benar-benar terangsang. Kupermainkan jari-jariku sambil mencari klentitnya. Kugerakkan jari-jariku keluar masuk di dalam lubang yang semakin licin tersebut.

"Aargghh.. eemhh.. Ris kam.. mu ngapainn oohh.." kata Mbak Yuni meracau tak karuan, kakinya menjejak-jejak sprei dan badannya mengeliat-geliat. Tak kupedulikan kata-katanya. Tubuh Mbak Yuni semakin mengelinjang dikuasai nafsu birahi. Kuarasakan tubuh Mbak Yuni menegang dan kulihat wajahnya memerah bercucuran keringat, aku pikir dia sudah mau klimaks. Kupercepat gerakan jariku didalam memeknya.
"Ohh.. arghh.. oohh.." kata Mbak Yuni dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba..
"Oohh aahh.." Mbak Yuni mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya bergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi memeknya.
"Ohh.. ohh.. emhh.." Mbak Yuni masih mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.
"Ris apa yang kamu lakukan kok Mbak bisa kayak gini" tanya Mbak Yuni.
"Kenapa emangnya Mbak? Kataku.
"Baru kali ini aku merasakan nikmat seperti ini, luar biasa" kata Mbak Yuni.

Ia lalu bercerita bahwa selama bersama suaminya ia tidak pernah mendapatkan kepuasan, karena mereka hanya sebentar saja bercumbu dan dalam bercinta suaminya cepat selesai.

"Mbak sekarang giliranku" kubisikkan ditelinganya, Mbak Yuni mengangguk kecil.

Aku mulai mencumbunya lagi. Kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya yang kulumat, lalu buah dadanya yang aku nikmati, tak lupa jari-jariku kupermainkan di dalam memeknya.

"Aarghh.. emhh.. ooh.." terdengar Mbak Yuni mulai mendesah-desah lagi tanda ia telah terangsang.

Setelah aku rasa cukup, aku ingin segera merasakan bagaimana rasanya menusukkan burungku ke dalam memeknya. Aku mensejajarkan tubuhku diatas tubuhnya dan Mbak Yuni tahu, ia lalu mengangkangkan pahanya dan kuarahkan burungku ke memeknya. Setelah sampai didepannya aku ragu untuk melakukannya.

"Ayo Ris jangan takut, masukin aja" kata Mbak Yuni.

Perlahan-lahan aku masukkan burungku sambil kunikmati, bless terasa nikmat saat itu. Burungku mudah saja memasuki memeknya karena sudah sangat basah dan licin. Kini mulai kugerakkan pinggulku naik turun perlahan-lahan. Ohh nikmatnya.

"Lebih cepat Ris arghh.. emhh" kata Mbak Yuni terputus-putus dengan mata merem-melek.

Aku percepat gerakanku dan terdengar suara berkecipak dari memeknya.

"Iya.. begitu.. aahh.. ter.. rrus.. arghh.." Mbak Yuni berkata tak karuan.

Keringat kami bercucuran deras sekali. Kulihat wajahnya semakin memerah.

"Ris, Mbak mau.. enak lagi.. oohh.. ahh.. aahh.. ahh.." kata Mbak Yuni sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar dan kurasakan memeknya dipenuhi cairan hangat menyiram penisku.

Remasan dinding memeknya begitu kuat, akupun percepat gerakanku dan.. croott.. akupun mencapai klimaks aahh.., kubiarkan air maniku keluar di dalam memeknya. Kurasakan nikmat yang luar biasa, berkali-kali lebih nikmat dibandingkan ketika aku onani. Aku peluk tubuhnya erat-erat sambil mengecup puting susunya menikmati kenikmatan sex yang sesungguhnya yang baru aku rasakan pertama kali dalam hidupku. Setelah cukup kumenikmatinya aku cabut burungku dan merebahkan badanku disampinya.

"Mbak Yuni, terima kasih ya.." kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.
"Mbak juga Ris.. baru kali ini Mbak merasakan kepuasan seperti ini, kamu hebat" kata Mbak Yuni lalu mengecup bibirku.

Kami berdua lalu tidur karena kecapaian.

Kira-kira jam 3 pagi aku terbangun dan merasa haus sekali, aku ingin mencari minum. Ketika aku baru mau turun dari ranjang, Mbak Yuni juga terbangun.

"Kamu mau kemana Ris.." katanya.
"Aku mau cari minum, aku haus. Mbak Yuni mau?" Kataku.

Ia hanya mengangguk kecil. Aku ambil selimut untuk menutupi anuku lalu aku ke dapur dan kuambil sebotol air putih.

"Ini Mbak minumnya" kataku sambil kusodorkan segelas air putih.

Aku duduk di tepi ranjang sambil memandangi Mbak Yuni yang tubuhnya ditutupi selimut meminum air yang kuberikan.

"Ada apa Ris, kok kamu memandangi Mbak" katanya.
"Ah nggak Papa. Mbak cantik" kataku sedikit merayu.
"Ah kamu Ris, bisa aja, Mbak kan udah tua Ris" kata Mbak Yuni.
"Bener kok, Mbak malah makin cantik sekarang" kataku sambil kukecup bibirnya.
"Ris.. boleh nggak Mbak minta sesuatu" kata Mbak Yuni.
"Minta apa Mbak?" tanyaku penasaran.
"Mau nggak kamu kalau.." kata Mbak Yuni terhenti.
"Kalau apa Mbak?" kataku penuh tanda tanya.
"Kalau.. kalau kamu emm.. melakukannya lagi" kata Mbak Yuni dengan malu-malu sambil menunduk, terlihat pipinya memerah.
"Lho.. katanya tadi, sekali aja ya Ris.., tapi sekarang kok?" kataku menggodanya.
"Ah kamu, kan tadi Mbak nggak ngira bakal kayak gini" katanya manja sambil mencubit lenganku.
"Dengan senang hati aku akan melayani Mbak Yuni" kataku.

Sebenarnya aku baru mau mengajaknya lagi, e.. malah dia duluan. Ternyata Mbak Yuni juga ketagihan. Memang benar jika seorang wanita pernah merasa puas, dia sendiri yang akan meminta. Kami mulai bercumbu lagi, kali ini aku ingin menikmati dengan dengan sepuas hatiku. Ingin kunikmati setiap inci tubuhnya, karena kini aku tahu Mbak Yuni juga sangat ingin. Seperti tadi, pertama-tama bibirnya yang kunikmati. Dengan penuh kelembutan aku melumat-lumat bibir Mbak Yuni.

Aku makin berani, kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku. Mbak Yuni pun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kami saling beradu, membuatku semakin betah saja berlama-lama menikmati bibirnya. Tanganku juga seperti tadi, beroperasi di dadanya, kuremas-remas dadanya yang kenyal mulai dari lembah hingga ke puncaknya lalu aku pelintir putingnya sehingga membuatnya menggeliat dan mengelinjang. Dua bukit kembar itupun semakin mengeras. Ia menggigit bibirku ketika kupelintir putingnya.

Aku sudah puas dengan bibirnya, kini mulutku mengulum dan melumat buah dadanya. Dengan sigap lidahku menari-nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap meremas-remas buah dadanya yang kanan. Kulihat mata Mbak Yuni sangat redup, dan ia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya mengeluarkan desahan erotis.

"Oohh.. arghh.. en.. ennak Ris.. emhh.." kata Mbak Yuni mendesah-desah.

Tiba-tiba tangannya memegang tanganku yang sedang meremas-remas dadanya dan menyeretnya ke selangkangannya. Aku paham apa yang diinginkannya, rupanya ia ingin aku segera mempermainkan memeknya. Jari-jarikupun segera bergerilya di memeknya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan kuelus-elus klentitnya membuatnya semakin menggelinjang tak karuan.

"Ya.. terruss.. aarggghh.. emmhh.. enak.. oohh.." mulut Mbak Yuni meracau.

Setiap kali Mbak Yuni terasa mau mencapai klimaks, aku hentikan jariku menusuk memeknya, setelah dia agak tenang, aku permainkan lagi memeknya, kulakukan beberapa kali.

"Emhh Ris.. ayo dong jangan begitu.. kau jahat oohh.." kata Mbak Yuni memohon.

Mendengarnya membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tidak akan membuatnya klimaks dengan jariku tetapi dengan mulutku, aku benar-benar ingin mencoba semua yang pernah aku lihat di bokep.

Segera aku arahkan mulutku ke selangkangannya. Kusibakkan rumput-rumpuat hitam yang disekeliling memeknya dan terlihatlah memeknya yang merah dan mengkilap basah, sungguh indah karena baru kali ini melihatnya. Aku agak ragu untuk melakukannya, tetapi rasa penasaranku seperti apa sih rasanya menjilati memek lebih besar. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan keluar masuk.

"Ris.. apa yang kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh.." kata Mbak Yuni.

Ia terkejut aku menggunakan mulutku untuk menjilati memeknya, tapi aku tidak pedulikan kata-katanya. Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia mendesah panjang dan tubuhnya menggeliat tak karuan dan tak lama kemudian tubuhnya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkeram sprei dan mulutku di penuhi cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.

"Ohmm.. emhh.. ennak Ris.. aahh.." kata Mbak Yuni ketika ia klimaks.

Setelah Mbak Yuni selesai menikmati kenikmatan yang diperolehnya, aku kembali mencumbunya lagi karena aku juga ingin mencapai kepuasan.

"Gantian Mbak diatas ya sekarang" kataku.
"Gimana Ris aku nggak ngerti" kata Mbak Yuni.

Daripada aku menjelaskan, langsung aku praktekkan. Aku tidur telentang dan Mbak Yuni aku suruh melangkah diatas burungku, tampaknya ia mulai mengerti. Tangannya memegang burungku yang tegang hebat lalu perlahan-lahan pinggangnya diturunkan dan memeknya diarahkan ke burungku dan dalam sekejap bless burungku hilang ditelan memeknya. Mbak Yuni lalu mulai melakukan gerakan naik turun, ia angkat pinggangnya dan ketika sampai di kepala penisku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi ia kini mulai mempercepat gerakannya.

Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat kearahku. Mulutnya mendesis-desih. Sungguh sangat sexy wajah wanita yang sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha untuk mencapai puncak kenikmatan. Wajah Mbak Yuni terlihat sangat cantik seperti itu apalagi ditambah rambut sebahunya yang terlihat acak-acakan terombang ambing gerakan kepalanya. Buah dadanya pun terguncang-guncang, lalu tanganku meremas-remasnya. Desahannya tambah keras ketika jari-jariku memelintir puting susunya.

"Oh emhh yaah.. ohh.." itulah kata-kata yang keluar dari mulut Mbak Yuni.
"Aku nggak kuat lagi Ris.." kata Mbak Yuni sambil berhenti menggerakkan badannya, aku tahu ia segera mencapai klimaks.

Kurebahkan badannya dan aku segera memompa memeknya dan tak lama kemudian Mbak Yuni mencapai klimaks. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan Mbak Yuni menikmati kenikmatan yang diperolehnya. Setelah itu aku cabut penisku dan kusuruh Mbak Yuni menungging lalu kumasukkan burungku dari belakang. Mbak Yuni terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yang aku lakukan kepadanya. Ia hanya bisa mendesah kenikmatan.

Setelah puas dengan posisi ini, aku suruh Mbak Yuni rebahan lagi dan aku masukkan lagi burungku dan memompa memeknya lagi karena aku sudah ingin sekali mengakhirinya. Beberapa saat kemudian Mbak Yuni ingin klimaks lagi, wajahnya memerah, tubuhnya menggelinjang kesana kemari.

"Ahh.. oh.. Mbak mau enak lagi Ris.. arrghh ahh.." kata Mbak Yuni.
"Tunggu Mbak, ki kita bareng aku juga hampir" kataku.
"Mbak udah nggak tahan Ris.. ahh.." kata Mbak Yuni sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. Cairan hangat menyiram burungku dan kurasakan dinding memeknya seakan-akan menyedot penisku begitu kuat dan akhirnya akupun tidak kuat dan croott.. akupun mencapai klimaks, oh my god nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat menikmati kenikmatan yang baru saja kami raih.

Ingin download Film sex terbaru, film hot, film 18+ terbaru langsung saja KLIK DISINI

Dosa Seorang Istri

$
0
0
Pengalaman-pengalaman saya ini dimulai pada akhir tahun lalu, yang juga merupakan perkenalan pertama saya dengan sebuah Website cerita cerita dewasa.

Sebelum kejadian-kejadian tersebut, saya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik dan tanpa cacat (menurut saya lho). Umur saya 42 tahun. Saya memiliki dua orang anak keduanya laki-laki. Anak saya terbesar Tony berumur 15 tahun di kelas tiga SMP, sedangkan sikecil Sandy masih berusia 4 tahun. Suami saya bekerja di suatu instansi pemerintah dan kami hidup normal dan bahagia. Saya sendiri seorang sarjana dari perguruan tinggi ternama di negara ini tetapi memilih tidak bekerja. Saya taat beragama dan mengenakan jilbab hingga sekarang. Tetapi sejak kejadian-kejadian ini, saya merasa sebagai wanita berdosa yang tidak lagi mampu menghindari dosa bersetubuh dengan laki-laki yang bukan suami sendiri. Membayangkan kejadian-kejadian tersebut saya selalu ingin menangis tetapi pada saat yang sama saya juga didera oleh nafsu birahi membara yang tidak mampu saya atasi.


Kejadiannya adalah sebagai berikut. Saat itu sore hari sekitar jam tiga dan saya baru saja bangun tidur dan Sandy masih tertidur di sebelah saya. Sedangkan suami saya masih bekerja di kantor nya. Dari dalam kamar saya dapat mendengar suara komputer yang dimainkan anak saya Tony di ruang tengah yang berbatasan langsung dengan kamar tidur saya. Kami berlangganan internet (saya sering juga browsing di internet dan mahir menggunakan komputer) dan sedangkan Tony sering sekali menggunakan komputer, tetapi saya tidak tahu persis apa yang dimainkan. Saya kira dia hanya main game saja. Pintu kamar saya agak terbuka.

Saya bermaksud untuk keluar dari kamar, tetapi ketika saya menarik pintu, apa yang terlihat membuat saya tertegun dan mengurungkan niat tersebut. Apa yang terlihat dari balik pintu membuat hati saya betul-betul terguncang. Walau agak kurang jelas, saya masih dapat melihat di layar komputer tampak sosok wanita kulit putih telanjang tanpa busana dengan posisi terlentang dan kaki terbuka dengan kemaluan yang tampak jelas. Saya menjadi kesal karena Tony yang masih anak-anak melihat hal-hal yang sangat terlarang tersebut. Tetapi yang kemudian membuat saya shock adalah setelah saya menyadari bahwa Tony sedang mengurut-urut penisnya. Dari dalam kamar saya dapat melihat resleting celana Tony terbuka dan celananya agak turun. Tony sedang duduk melihat layar sambil mengusap-usap penisnya yang tampak berdiri tegang dan kaku.

Sejak dia disunat lima tahun yang lalu saya, hampir tidak pernah lagi melihat anak saya itu telanjang. Tony sudah dapat mengurus dirinya sendiri. Tinggi Tony sekitar 158 cm dan sudah hampir sama dengan tinggi saya yang sekitar 162 cm. Samar-samar saya dapat melihat rambut kemaluannya yang tampaknya masih sedikit. Saya betul-betul tercengang melihat semua ini. Kemaluannya memang tidak berukuran besar tetapi melihat demikian kakunya batang anak ini membuat saya tanpa sadar berdebar. Batang kemaluannya tampak berwarna coklat kemerahan dengan urat-urat yang menonjol kebiruan. Samar-samar saya dapat mendengar napasnya yang terengah. Tony sama sekali tidak menyadari bahwa saya sudah bangun dan melihat kelakuannya dari balik pintu.

Kejadian Tony membelai-belai kemaluannya ini berlangsung terus selama lebih kurang empat-lima menit lamanya. Yang mengagetkan adalah reaksi kewanitaan tubuh saya, ternyata jantung saya terasa berdebar keras menyaksikan batang kemaluan yang demikian kaku dan berwarna semakin merah, terutama bagian kepalanya. Pandangan saya beralih-alih dari kemaluan wanita telanjang di layar komputer ke batang anak saya sendiri yang terus diusap-usapnya. Gerakan tangannya semakin cepat dan mencengkeram bagian kemaluannya dengan muka yang tampak tegang memandangi layar monitor. Kepala batang yang mengeras itu tampak diremas-remasnya. Astaga .., dari lubang di kemaluannya berleleran keluar cairan bening. Cairan kental bening tersebut diusap-usap oleh jari Tony dan dioles-oleskan ke seluruh kemaluannya. Kini ia juga menekan-nekan dan meremas kantung pelir dan dimainkannya bolanya. Kemaluan itu kini tampak basah dan berkilap. Napas Tony terdengar sangat keras tetapi tertahan-tahan. Saya merasa napsu birahi saya muncul, tubuh saya mulai gemetar dan darah mengalir di dalam tubuh dengan deras. Napas sayapun mulai tak teratur dan saya berusaha agar napas saya tak terdengar oleh Tony.

Apa yang saya lihat selanjutnya membuat saya sangat tergetar. Tubuh Tony tampak mengejang dengan kakinya agak terangkat lurus kaku, sementara tangannya mencengkeram batang kemaluan itu sekuat-kuatnya.

“Eeegh, heeggh .”, Tony mengerang agak keras, dan ya ampun …, yang tidak saya sangka-sangka akhirnya terjadi juga. Dari lubang di kepala batang kemaluannya terpancar cairan putih kental. Tony yang saya anggap anak kecil itu memuncratkan air mani. Cairan kental itu memuncrat beberapa kali. Sebagian jatuh ke perutnya tetapi ada juga yang ke lantai dan malah sampai ke keyboard komputer. Tangan Tony mencengkeram kontol yang memerah itu dan menariknya sekuatnya ke pangkal batang. Ohhh .., kontol itu tampak kaku, tegang, urat-urat menonjol keluar, mani muncrat keatas. Melihat air mani muncrat seperti itu segera saja saya merasakan lonjakan birahi yang luar biasa di sekujur tubuh saya. Memek saya terasa menjadi basah dan napas saya menjadi tersengal sengal

Saya berusaha mengendalikan diri dari rangsangan birahi sebisa-bisanya, ada semacam perasaan tidak enak dan bersalah yang tumbuh menyaksikan anak saya dan terutama atas reaksi tubuh saya seperti ini. Tony masih terus mengurut-urut batang kontolnya dan air mani yang tersisa tampak mengalir sedikit-sedikit dari lubang kencing di kepala kontolnya. Tony melumuri permukaan kontolnya dengan air mani tadi dan terus menggosok-gosok kontolnya. Kini kontol itu tampak diselimuti oleh mani berwarna keputihan. Samar-samar saya dapat mencium bau mani yang bertumpahan karena jarak saya dengan Tony sebetulnya sangat dekat hanya dua meteran.
Tony tampak mulai tenang dan napasnya semakin teratur. Kontol yang berleleran air mani mulai mengendur. Ia menghela napas panjang dan tampak lega terpuaskan. Kontol itu sekarang tampak terkulai kecil dan lemah berwarna kecoklatan, sangat berbeda dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Tony kemudian berdiri dan menuju ke kamar mandi. Ia masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.

Seolah-olah ada yang menuntun, saya berjingkat menuju komputer tanpa menimbulkan bunyi. Saya memandang lekat ke layar komputer, mengagumi tubuh wanita muda berkulit putih (orang Barat) yang telah mengundang nafsu anak saya. Tanpa sadar saya menghela napas melihat kemaluannya. Rambut jembutnya berwarna kecoklatan tampak tertata seperti pernah dicukur. Sesuatu yang tidak pernah saya lakukan pada rambut kemaluan saya dan tak pernah terpikirkan untuk melakukannya. Pandangan saya beralih ke tetesan-tetesan mani yang tampak di dekat keyboard. Saya mengusap mani tersebut dengan jari dan entah mengapa saya mencium dan menjilati jari tangan saya yang berleleran dengan mani. Rasanya asin dan baunya terasa lekat, tetapi nafsu birahi saya terbangkit lagi. Saya tidak ingin Tony curiga. Dari layar komputer saya melihat address internetnya adalah www.*****.com (tidak perlu saya sebutkan) dan saya catat saja di dalam hati. Saya berjingkat masuk kamar dan membaringkan tubuh. Tak lama saya dengar Tony kembali ke komputernya dan saya kira ia sedang membersihkan sisa-sisa mani yang tadi ia muncratkan. Kemudian saya dengar ia bermain game (kedengaran dari bunyi nya). Lima belas menit kemudian saya pura-pura baru saja terbangun dan keluar dari kamar. Sikap Tony tampak agak canggung tetapi saya kira ia yakin bahwa kejadian tadi tidak saya ketahui. Saya sendiri bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.

Sejak saat itu saya merasa ada perubahan luar biasa pada diri saya. Sebelumnya saya melakukan hubungan sex dengan suami hanyalah sebagai suatu hal yang rutin saja. Kejadian Tony melakukan onani didepan computer membuat saya menemukan sesuatu yang baru dalam hal soal sex. Sesuatu yang menggairahkan, nafsu birahi yang menggelegak, tetapi sekaligus perasaan dosa, karena ini dibangkitkan oleh kejadian yang dilakukan anak saya sendiri. Apa yang dilakukan anak saya membuat saya shock, tetapi yang juga mengerikan adalah justru anak saya sendiri membangkitkan nafsu birahi saya yang menyala-nyala. Tony yang selalu saya anggap anak masih kecil dan tidak mungkin berhubungan dengan hal hal yang berbau sex dan porno. Selalu terbayang di mata saya wajah Tony dengan napas terengah engah dan muka tegang, kocokan tangannya, batang kontol yang berwarna kemerahan sangat tegang dengan urat yang menonjol. Air mani yang memuncrat-muncrat dari lubang kontolnya. Ya Tuhan .. , penis itu adalah milik anak saya.

Sejak kejadian itu saya sering terbayang penis Tony yang sedang memuncrat - muncratkan air maninya. Penis yang kaku itu tidak berukuran besar, menurut saya tidak terlalu panjang dan besar menurut usianya. Tetapi yang tidak dapat saya lupakan adalah warnanya yang kemerahan dengan urat-urat hijau kebiruan yang menonjol. Saat itu penis itu begitu tegang berdiri hampir menyentuh perutnya. Jika mengingat dan membayangkan kejadian itu, birahi saya mendidih, terasa ada cairan merembes keluar dari lubang kemaluan saya.

Hal lain yang memperparah keadaan adalah, sejak hari kejadian itu, saya mulai berkenalan dengan dunia baru yang tidak pernah saya datangi sebelumnya. Saya sudah biasa browsing di Yahoo ataupun yang lain. Tetapi sejak mengenal www.*****.com saya mulai mengarungi dunia lain di internet. Sehari sesudah kejadian Tony onani, saya mulai membuka-buka situs www.*****.com. Tentu saja itu saya lakukan pada saat tidak ada orang di rumah. Pembantu saya, setelah melakukan tugas didalam rumah, biasanya selalu mendekam dikamarnya. Tony belum pulang dari sekolahnya, sedangkan Suami saya masih di kantornya. Saya hanya berdua dengan Sandy yang biasanya lebih senang bermain di kamar tidur.

Saat itulah saya mulai mencoba-coba www.*****.com. Saya tidak menyangka ada suatu situs internet menyajikan cerita dan gambar pornografi yang seperti itu. Saya membuka - buka gambar wanita-wanita telanjang yang tampak tidak malu-malu memperagakan bagian kewanitaannya yang seharusnya ditutup rapat rapat. Mereka tampaknya menikmati apa yang mereka lakukan dengan mempertontonkan bagian tubuhnya yang terlarang.

Pada hari itu saya mulai juga menemukan situs-situs lain yang lebih porno. Ada sekitar 3 jam saya berpindah-pindah dan mempelajari dunia sexual penuh nafsu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Laki-laki dan perempuan bersetubuh dengan berbagai macam cara yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya dan yang tidak pernah saya praktekkan sebelumnya dengan suami. Ada perempuan yang menghisap penis berukuran sangat besar (kelihatannya lebih besar dari penis suami saya) hingga penis itu memuntahkan air maninya. Astaga, perempuan itu membiarkan mani itu muncrat sampai membasahi wajahnya, berleleran, dan bahkan meminumnya tanpa ada rasa jijik.

Sejak saat itu setiap hari saya menjelajahi internet. Saya mempelajari semua bentuk sex yang ada di situs-situs itu. Penis orang negro yang hitam legam dan panjang agak mengerikan bagi saya, tetapi juga membangkitkan birahi saya. Membayangkan penis hitam panjang itu menembus kemaluan wanita, panas dingin saya membayangkannya. Yang betul-betul baru buat saya adalah anal-sex. Saya meraba-raba dubur saya dan berpikir apakah tidak menyakitkan. Tetapi wanita-wanita dengan lubang dubur yang menganga dan tertembus penis itu tampaknya terlihat nikmat nikmat saja.

Tetapi yang paling membangkitkan birahi saya adalah persetubuhan orang Jepang. Mungkin karena mereka sama-sama orang Asia, jadi tampak lebih real dibandingkan dengan wanita kulit putih. Dan mungkin ada kesan surprise juga bagi saya, bahwa orang-orang Jepang yang tampak sopan itu dapat begitu bernafsu di dalam sex. Saya memang bukan orang keturunan Chinese, tetapi kulit saya cukup putih untuk ukuran orang Indonesia. Jadi saya melihat semacam ada kesamaan antara diri saya dengan wanita Jepang itu walau tentunya kulit saya tidak seputih mereka. Yang agak surprise adalah rambut kemaluan wanita wanita Jepang yang cenderung hitam lebat, tidak dicukur seperti kebanyakan orang kulit putih. Wanita Jepang juga memiliki kulit kemaluan, bibir-bibir memek yang berwarna gelap kecoklatan, mirip seperti kemaluan saya sendiri (Ya Allah, saya sampai menuliskan hal-hal seperti ini, ampun ya Allah).

Saya juga mendapatkan suatu situs (kalau tidak salah dari www.*****.com) di mana wanita-wanita muda Jepang mengisap penis hingga muncrat dan air mani yang sangat banyak berleleran di mukanya yang berkulit putih. Saya selalu panas dingin melihat itu, dan tanpa sadar saya membayangkan lagi penis kecil Tony yang tegang dan memuncratkan air maninya.

Kehidupan sex internet yang paling memabukkan saya adalah cerita-cerita nafsu di www.ceritadewasa****.com dan melebihi segala suguhan gambar sex yang ada. Saya sangat terangsang membaca cerita-cerita menakjubkan itu. Tidak saya sangka bahwa kehidupan sex orang-orang Indonesia dapat seliar dan juga seindah itu. Yang paling merangsang dan membuat saya agak histeris adalah cerita sex antara orang yang masih sedarah, seperti antara tante dengan keponakan, antara sepupu, saudara ipar, atau malah antara anak dan mertua. Mungkin ini karena perasaan saya terhadap Tony anak saya. Di situs lain, saya pernah membaca cerita sexual antara anak dengan ibunya. Saya sampai menangis membaca cerita itu, tetapi juga sekaligus merasakan birahi yang luar biasa. Ini tidak berarti bahwa saya berniat menyetubuhi anak saya sendiri, saya takut atas dosanya. Namun tidak dapat saya pungkiri, bahwa saya terkadang membayangkan kontol Tony yang sangat kaku itu masuk ke dalam memek saya. Saya selalu mohon ampun di tiap doa dan sembahyang, tetapi pada saat sama saya juga tak berdaya. Saya mulai membayangkan laki-laki dari keluarga dekat saya, ipar-ipar saya. Saya kira kejadian berikutnya yang akan saya ceritakan adalah takdir yang tidak dapat saya hindarkan. Saya begitu lemah dari godaan setan dan sangat menikmati apa yang saya perbuat.

Kejadian itu adalah pada sore hari sekitar jam setengah empat, beberapa minggu setelah kejadian saya memergoki Tony beronani, kalau tidak salah dua atau tiga hari menjelang bulan puasa Ramadhan. Saya baru saja selesai Ashar. Sebelumnya saya baru menutup internet, membaca cerita-cerita di www.ceritadewasa****.com. Dengan shalat saya merasa agak tenang. Pada saat shalat itu akan selesai, saya mendengar ada ketukan pintu, ada tamu. Apa boleh buat, si tamu harus menunggu saya selesai.

Sesudah selesai shalat saya intip dari dalam, ternyata dia adalah Budi. Ia adalah suami dari ipar (adik suami) saya. Saya sangat dekat dengan Dian, istri Budi. Saya juga mempunyai hubungan baik dengan Budi. Ia berumur kira-kira 36 tahun, berwajah tampan dengan kulit putih dan kuakui lebih tampan dari suami saya. Perawakannya tidak tinggi, hanya sekitar 164 cm, hampir sama dengan tinggi saya. Dia bekerja di instansi yang sama dengan suami saya (mungkin hasil kkn ya ?)

Melihat Budi di luar saya jadi agak terburu-buru. Biasanya saya menemui orang yang bukan suami dan anak (atau wanita) selalu dengan mengenakan pakaian wanita rapi dan tertutup rapat. Karena terburu-buru dan tanpa saya sadari, saya hanya mengenakan baju tidur berkain halus warna putih sebatas lutut berlengan pendek dengan kancing-kancing di depan. Untung saya masih sempat mengenakan secarik kain selendang warna hitam untuk menutup kepala, bukan jilbab, tetapi seperti selendang tradisional yang diselempangkan di kepala hanya untuk menutup rambut. Leher saya terbuka dan telinga saya terlihat jelas. Apa boleh buat saya tidak dapat membiarkan Budi menunggu saya didepan rumah terlalu lama.

Saya membuka pintu. Budi tersenyum melihat saya walaupun saya tahu dia agak heran melihat saya tidak berpakaian seperti biasanya.

“Apa kabar kak Win”, sapanya, “Saya membawakan titipan pakaian dari Dian, untuk Sandy “.

“Eh, ayo masuk Bud, baru dari kantor ya ?”, dan saya persilakan dia masuk.

Saya lalu mengambil barang yang dibawa Budi dan meletakkannya di meja makan. Meja makan terletak di ruang tengah tidak jauh dari meja komputer. Ruang tengah berhubungan langsung tanpa pembatas dengan ruang tamu di bagian depan dan dapur di bagian kiri. Dapur dapat terlihat jelas dari ruang tamu.
Sambil duduk di sofa ruang tamu, Budi mengatakan “Saya tadi ketemu kak Kamal di kantor katanya baru pulang jam enam nanti”. Kamal adalah suami saya. “Mana anak-anak, Win ?”, kata Budi lagi.

“Tony sedang main ke rumah teman dari siang tadi dan katanya mungkin baru pulang agak malam” kata saya.

Tiba-tiba saya menyadari bahwa kami hanya berdua saja. Terus terang, Budi dan Dian adalah kerabat yang paling saya sukai karena perangai mereka berdua yang sopan dan terbuka. Saya duduk di sofa di seberang agak ke samping dari kursi sofa yang diduduki Budi. Pada saat saya mulai duduk saya baru menyadari agak sulit untuk duduk dengan rapi dan tertutup dengan pakaian yang saya kenakan. Posisi alas duduk sofa cukup rendah sehingga pada saat duduk lutut terasa tinggi dibandingkan dengan pantat. Jadi bagian bawah paha saya agak terangkat sedikit dan agak sulit tertutup sempurna dengan pakaian seperti yang saya kenakan dan pada saat duduk ujung pakaian tertarik sedikit ke atas lutut. Budi tampak agak terkesiap melihat saya. Sekilas ia melirik ke lutut dan paha saya yang memang putih dan tidak pernah kena sinar matahari (saya selalu berpakaian muslim ke luar rumah). Saya agak malu dan canggung (saya kira Budi juga tampak agak canggung). Tetapi kami sudah bukan remaja lagi dan dapat menguasai diri.

“Apa kabar Dian, Bud”, tanya saya.

“Dian beberapa hari ini kurang sehat, kira-kira sudah semingguan lah”, kata Budi.

“Bagaimana Tony, Win ?, apa enggak ada pelajaran yang tertinggal ?”, Budi balik bertanya.

“Yah, si Tony sudah mulai oke koq dengan pelajarannya. Mudah-mudahan saja sih prestasinya terus-terusan bagus”, saya jawab.

Tiba-tiba Budi bilang ” Wah, kayak-kayaknya Tony semakin getol main komputernya yah Win, kan sudah hampir SMA”. Deg perasaan saya, semua pengalaman internet jadi terbayang kembali. Terutama terbayang pada Tony saat ia beronani di depan komputernya.

“Eh, kenapa kak Win, koq kaya seperti orang bingung sih ?”, Budi melihat perubahan sikap saya.

“Ah, tidak apa-apa kok. Tapi si Tony memang sering sekali main komputer.” kata saya. Saya mendadak merasakan keberduaan yang mendalam di ruangan itu. Saya merasa semakin canggung dan ada perasaan berdebar. Untuk menghindar dari perasaan itu saya menawarkan minum pada Budi, “Wah lupa, kamu mau minum apa Bud ?”.

“Kalau tidak merepotkan, saya minta kopi saja deh”, kata Budi. Saya tahu, Budi memang paling suka minum kopi.

Saya bangkit berdiri dari sofa. Tanpa saya sengaja, paha dan kaki saya sedikit terbuka pada saat saya bangun berdiri. Walaupun sekilas, saya melihat pandangan mata Budi melirik lagi ke paha saya, dan tampak agak gugup. Apakah dia sempat melihat bagian dalam paha saya, pikir saya di dalam hati.

“Tunggu sebentar ya..”, kata saya ke Budi. Sebelum membuat kopi untuk Budi, saya ke kamar tidur dulu untuk menengok Sandy. Sambil menuju ke kamar saya melirik sebentar ke arah Budi. Budi tampak tertunduk tetapi tampak ia mencuri pandang ke arah saya.

Saya tersadar bahwa penampilan pakaian saya yang tidak biasanya telah menarik perhatiannya. Terutama sekali mungkin karena posisi duduk saya tadi yang sedikit menyingkap bagian bawah pakaian saya. Saya yang terbiasa berpakaian muslim tertutup rapat, ternyata dengan pakaian seperti ini, yang sebenarnya masih terbilang sopan, telah mengganggu dan menggugah (sepertinya) perhatian Budi. Menyadari ini saya merasa berdebar-debar kembali, dan tubuh saya terasa seperti dialiri perasaan hangat.

Anak saya Sandy masih tertidur nyenyak dengan damainya. Tanpa sengaja saya melihat cermin lemari pakaian dan menyaksikan penampilan saya di kaca yang membuat saya terkesiap. Ternyata pakaian yang saya kenakan tidak dapat menyembunyikan pola pakaian dalam (bra dan celana dalam) yang saya kenakan. Celana dalam yang saya pakai terbuat dari bahan (agak tipis) berwarna putih sedangkan kutangnya berwarna hitam. Karena pakaian yang saya kenakan berwarna putih dan terbuat dari bahan yang agak halus maka celana dalam dan bh tadi tampak terbayang dari luar. Ya ampun ., saya tidak menyadari, dan tentunya Budi dapat melihat dengan leluasa. Saya menjadi merasa agak jengah. Tetapi entah mengapa ada perasaan lain yang muncul, saya merasa sexy dan ada perasaan puas bahwa Budi memperhatikan penampilan saya yang sudah cukup umur ini. Tubuh saya tampak masih ramping dengan kulit yang putih. Kecuali bagian perut saya tampak ada sedikit berlemak. Budi yang saya anggap sopan dan ramah itu ternyata memperhatikan tubuh dan penampilan saya yang sebetulnya sudah tidak muda lagi. Saya merasa nakal dan tiba-tiba perasaan birahi itu muncul sedikit demi sedikit. Bayang-bayang persetubuhan dan sex di internet melingkupi saya. Oh., bagaimana ini.. Aduh ., birahi ini, apa yang harus dilakukan.

Saya jadi tidak bisa berpikir lurus. Saya berusaha menenangkan diri tetapi tidak berhasil. Akhirnya saya putuskan, saya akan melakukan sedikit permainan, dan kita lihat saja apa nanti yang akan terjadi. Saya merasa jatuh ke dalam takdir. Dengan dada berdebar, perasaan malu, perasaan nakal, dan tangan agak gemetar, saya membuka kancing baju saya yang paling bawah. Bagian bawah dari baju saya sekarang tersibak hingga 15 cm di atas lutut. Mungkin bukan seberapa, tetapi bagi saya sudah lebih dari cukup untuk merasakan kenakalan birahi. Satu lagi kancing baju yang paling atas saya buka sehingga bagian atas yang mulai menggunduk dari susu saya mulai terlihat. Payudara saya tidak besar, berukuran sedang-sedang saja. Sambil berdebar-debar saya keluar kamar menuju dapur.

“Wah maaf ya Bud, agak lama, sekarang saya buat dulu kopinya.” kata saya. Saya dapat merasakan Budi memandang saya dengan perhatian yang lebih walaupun tetap sangat sopan. Ia tersenyum, tetapi lagi-lagi pandangannya menyambar bagian bawah tubuh saya. Saya tahu bahwa untuk setiap langkah saya, pakaian bawah saya tersibak, sehingga ia dapat melihat bagian paha saya yang mulai sangat memutih, kira-kira 20 cm di atas lutut. Saya merasa sangat sexy dan nakal, dibarengi dengan birahi. Saat itu saya tidak ingat lagi akan suami dan anak. Pikiran saya sudah mulai diselimuti oleh nafsu berahi.

Saya berpikir untuk menggoda Budi. Saya membuka lemari dapur dan membungkuk untuk mengambil tempat kopi dan gula. Saya sengaja membungkukkan pinggang ke depan dengan menjaga kaki tetap lurus. Baju saya bagian belakang tertarik ke atas sekitar 20 cm di atas lipatan lutut dan celana dalam tercetak pada baju karena ketatnya. Saya dapat merasakan Budi memandangi tubuh saya terutama pantat dan paha saya. Kepuasan melanda saya yang dapat menarik perhatian Budi. Saya merasa Budi selalu melirik-lirik saya ke dapur selama saya menyiapkan kopi.

Secangkir kopi yang masih panas saya bawa ke ruang tamu. Tepat di depan sofa ada meja pendek untuk meletakkan penganan kecil atau pun minuman. Saya berjongkok persis di seberang Budi untuk meletakkan kopi. Saya berjongkok dengan satu lutut di lantai sehingga posisi kaki agak terbuka. Samar-samar saya mendengar Budi mendesis. Sambil meletakkan kopi saya lirik dia, dan ternyata ia mencuri pandang ke arah paha-paha saya. Saya yakin ia dapat melihat nyaris ke pangkal paha saya yang tertutup celana dalam putih. Sambil berjongkok seperti itu saya ajak dia ngobrol.

“Ayo di minum kopinya Bud, nanti keburu dingin”, kata saya.

“Oh, ya, ya, terima kasih”, kata Budi sambil mengambil kopi yang memang masih panas, sambil kembali pandangannya menyambar ke arah bagian dalam paha saya.

“Apa tidak berbahaya terlalu banyak minum kopi, nanti ginjalnya kena”, tanya saya untuk mengisi pembicaraan.

“Memang sih, tetapi saya sudah kebiasaan”, kata Budi. Sekitar tiga menitan saya ngobrol dengan Budi membicarakan masalah kopi, sambil tetap menjaga posisi saya. Saya lihat Budi mulai gelisah dan mukanya agak pucat. Apakah ia terangsang, tanya saya dalam hati.

Saya kemudian bangkit dan duduk di sofa di tempat semula saya duduk. Saya duduk dengan menyilangkan kaki dan menumpangkan paha yang satu ke atas paha yang lain. Saya melihat lagi Budi sekilas melirik ke bagian tubuh saya .

“Hemmhhh ..”, saya mendengar Budi menghela napas. Bagian bawah baju saya tertarik jauh ke atas hingga setengah paha, dan saya yakin Budi dapat melihat paha saya yang terangkat (di atas paha yang lain) hingga dekat ke pantat saya.

Kami terdiam beberapa saat. Secara perlahan saya merasakan memek saya mulai berdenyut. Suasana ini membuat saya mulai terangsang. Pandangan saya tanpa terasa menyaksikan sesuatu yang mengguncang dada. Saya melihat mulai ada tonjolan di celana Budi di bagian dekat pangkal paha. Dada saya berdebar-debar dan darah terasa mendesir. Saya tidak sanggup mengalihkan pandangan saya dari paha Budi. Astaga, tonjolan itu semakin nyata dan membesar hingga tercetaklah bentuk seperti batang pipa. Oh., ukuran tonjolan itu membuat saya mengejang. Saya merasa malu tetapi juga dicengkeram perasaan birahi. Muka saya terasa memerah. Saya yakin Budi pasti menyaksikan saya memandangi tonjolan kontolnya.

Untuk memecahkan suasana diam saya berusaha mencari omongan. Sebelumnya saya agak menyandar pada sofa dan menurunkan kaki saya dari kaki yang lain. Sekarang saya duduk biasa dengan paha sejajar agak terbuka. Bagian bawah baju saya tertarik ke atas.

“Ehhheeehh”, terdengar desah Budi. Kini ia dapat melirik dan menyaksikan dengan leluasa kedua belah paha saya hingga bagian atas. Sebagai seorang ibu yang sudah beranak, paha saya cukup berisi dengan sedikit lemak dan berwarna putih. Budi seolah tidak dapat mengalihkan pandangannya dari paha saya. Ohhhh .., saya lihat tonjolan di celananya tampak berdenyut. Saya merasakan nafsu yang menggejolak dan pumya keinginan untuk meremas tonjolan itu.

“Eh .. Bud, kenapa kamu? Kamu kok kayaknya pucat lho”, astaga suara saya terdengar gemetar.

“Ah.., kak Win .., enggak … apa-apa kok”, suara Budi terputus-putus, wajahnya agak tersipu, merah dan tampak pucat.

“Itu kok ada tonjolan, memangnya kamu kenapa?”, kata saya sambil menggangukkan kepala ke tonjolan di celananya. Ahh, saya malu sekali waktu mengucapkan itu, tapi nafsu saya mengalahkan semua pikiran normal.

“Ehh.., euuuh., oh yahh ., ini lho, penampilan kak WIN beda sekali dengan biasanya” kata Budi jujur sambil terbata-bata. Saya paksakan diri untuk mengatakan

“Apa Budi tertarik . terangsang .. melihat kak Win?”.

“Ahh, saya nggak bisa bohong, penampilan kak Win .. eh . tidak biasanya. Kak Win mesti sudah bisa lihat kalau saya terangsang. Kita kan sudah bukan anak kecil lagi” kata Budi.

Tiba-tiba saja Budi berdiri dan duduk di sebelah saya. “Kak Win, . eh saya mohon mohon maaf, tapi saya tidak sanggup menahan perasaan. Kak Win jangan marah … ” begitu saja meluncur kata-kata itu dari Budi. Ia mengucapkan dengan sangat perasaan dan sopan. Saya terlongong-longong saja mendengar kata - katanya.

“Ahh .. Bud .”, hanya itu kata yang terucap dari mulut saya. Dengan beraninya Budi mulai memegang tangan kanan saya dan mengusap-usapnya dengan lembut. Diangkatnya tangan saya dan diciumi dengan lembut. Dan yang menggairahkan saya, jari-jari tangan saya dijilat dan dihisapnya. Saya terbuai dan terangsang oleh perbuatannya. Tiba-tiba saja diletakkannya tangan saya tepat di atas kontolnya yang menonjol. Tangan saya terasa mengejang menyentuh benda yang keras dan liat tersebut. Terasa kontol Budi bergerak-gerak menggeliat akibat sentuhan dan remasan tangan saya.

“Eehhmm.” Budi mendesah. Tanpa terasa saya mulai meremas-remas tonjolan itu, dan kontol batang Budi terasa semakin bergerak-gerak.

“Oooh kak Win, eeehhhmmm … ohhgg, nikmaat sekali .”, Budi mengerang.

“Eeehhh . jangan terlalu keras kak meremasnya, ahh .. diusap-usap saja, saya takut tidak kuat nahannya”, bisik Budi dengan suara gemetar.

Budi mulai membelai kepala saya dengan kedua tangannya. “Kak Win lehernya putih sekali”, katanya lagi. Saya merasa senang mendengar ucapannya. Dibelainya rambut saya dengan lembut sambil menatap muka saya. Saya bergetar memandang tatapannya dan tidak mampu melawan pandangannya. Budi mulai menciumi pipi saya. Dikecupnya kedua mata saya mesra. Digesek-gesekkannya hidungnya ke hidung saya ke bibir saya berlama-lama bergantian. Saat itu tidak hanya birahi yang melanda saya .. tetapi juga perasaan sayang yang muncul.

Ditempelkannya bibirnya ke bibir saya dan digesek-gesekkan. Rasa geli dan panas terasa menjalar merambat dari bibir saya ke seluruh tubuh dan bermuara ke daerah selangkangan. Saya benar-benar terbuai. Saya tidak lagi mengusap-usap kontolnya dari balik celana, tetapi kedua lengan saya sudah melingkari lehernya tanpa sadar. Mata saya terpejam erat-erat menikmati cumbuannya. Tiba-tiba terasa lidahnya menerobos masuk mulut saya dan dijulurkannya menyentuh ujung lidah saya. Dijilatinya lidah saya dengan lidahnya. “Eenggghh ..” Tanpa sadar saya menjulurkan lidah saya juga. Kini kami saling menjilat dan napas saya tersengal-sengal menikmati kelezatan rangsangan pada mulut saya. Air ludah saya yang mengalir dijilati oleh Budi. Seperti orang kehausan, ia menjilati lidah dan daerah bibir saya.

“Aaauungghh .. ooohhhh…”, saya mulai mengerang-erang. Napas Budi juga terdengar memburu, “Heeeghh… hhnghh”, ia mulai mendesah-desah. Muka kami sekarang berlepotan ludah, bau ludah tercium tetapi sangat saya nikmati. Dikenyot-kenyotnya lidah saya kini sambil menjelajahkan lidahnya di rongga mulut saya. Saya membuka mulut saya selebar-lebarnya untuk memudahkan Budi. Sekali-kali ia menghirup cairan ludah saya. Saya tidak menyangka, laki-laki yang sehari-hari tampak sopan ini sangat menggila di dalam sex. Dijilat-jilatnya juga leher saya. Sekali-kali leher saya digigit-gigit. Ohhh .., alangkah nikmatnya, saya sangat menikmati yang ia lakukan pada saya.

Tiba-tiba Budi menghentikan aktivitasnya, “Kak Win, pakaiannya saya buka yaahh”. Tanpa menunggu jawaban saya, ia mulai membuka kancing-kancing baju dari atas hingga ke bawah. Dilepaskannya baju saya. Sekarang saya tergolek bersandar di sofa hanya dengan BH dan celana dalam saja beralaskan baju yang sudah terlepas.

“Indah sekali badan kak Win. Putih sekali”, katanya. Diusap-usapnya perut saya.

“Ahh, kak Win sudah tua dan tidak langsing lagi kok Bud”, kata saya agak sedikit malu, karena perut saya sudah agak gemuk dan mulai membusung dengan adanya lemak-lemak. Tetapi Budi tampak tidak perduli. Diciumnya lembut perut saya dan dijilatnya sedikit pusar saya. Rasa geli dan nikmat menjalar dari pusar dan kembali bermuara di daerah kemaluan saya.

Budi mengalihkan perhatiannya ke susu saya. Diusap-usapnya susu saya dari balik BH. Perasaan geli tetapi nyaman terasa pada susu saya. Tanpa diminta saya buka BH saya. Kini kedua susu saya terpampang tanpa penutup. Bayu memandangi kedua gundukan di dada saya dengan muka serius. Susu saya tidaklah besar dan kini sudah agak menggantung dengan pentil berwarna coklat muda. Kemudian ia mulai membelai-belai kedua susu saya. Merinding nikmat terasa susu saya. Semakin lama belaiannya berubah menjadi pijitan-pijitan penuh nafsu. Kenikmatan terasa menerjang kedua susu saya. Saya mengerang-erang menahan rasa nikmat ini. Kini dijilatinya pentil susu yang sebelah kanan. Tidak puas dengan itu dikenyotnya pentil tadi dalam-dalam sambil meremas-remas susu. Saya tidak dapat menahan nikmat dan tanpa terasa tubuh saya menggeliat-geliat liar. Cairan terasa merembes keluar memek saya dan membasahi celana dalam yang saya kenakan. Kini Budi berpindah ke susu dan pentil saya yang sebelah kiri dan melakukan hal yang sama. Dikenyutnya pentil saya sambil digigit-gigit, dan diremas-remasnya pula kedua susu saya. Perasaan nikmat membakar susu saya dan semakin lama rasa nikmat itu menjalar ke lubang memek saya. Memek saya terasa basah kuyup oleh cairan yang keluar. Saya mengerang-erang dan mengaduh-aduh menahan nikmat, “Oooohh Buuuud..”.

Tangan Budi sekarang menjalar ke bagian celana dalam saya. “Ahhh, kak Win celananya sudah basah sekali”, kata Budi. “Enghh, iya Buud.., kak Win sudah sangat terangsang, ooohhh, nikmat sekali”, kata saya. Tepat di bagian depan memek saya, jari-jarinya membelai-belai bibir memek melalui celana dalam. Rasa geli bercampur nimat yang luar biasa menerjang memek saya. Saya tidak dapat menahan rasa nikmat ini, dan mengerang -erang, kemudian Budi menarik dan melepas celana saya. Kini saya tergeletak menyandar di sofa tanpa busana sama sekali.

“Ohh, indah sekali”, kata Budi. Diusap-usapnya rambut jembut saya yang hitam lebat.

“Lebat sekali kak, sangat merangsang”, kata Budi. Dibukanya kedua belah paha saya, dan didorong hingga lutut saya menempel di perut dan dada. Bibir-bibir memek saya kini terbuka lebar dan dapat saya rasakan lubang memek saya terbuka. Saya merasa ada cairan merembes keluar dari dalam lubang memek. Saya sudah sangat terangsang. Tiba-tiba saja Budi berlutut di lantai dan ohhhhh, diciumnya memek saya.

“Ahh, jangan Bud, malu…, di situ kan bau”, kata saya kagok.

“Bau nikmat kak”, kata Budi tidak perduli. Dijilatinya memek saya. Perasaan nikmat menyerbu daerah selangkangan saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa lagi dan hanya menikmati yang dia lakukan. Dijilatinya kelentit saya, dan sekali-sekali dijulurkannya lidahnya masuk ke lubang memek yang sudah sangat basah itu. Ujung lidah Budi keluar masuk lubang kenikmatan saya, kemudian berpindah ke kelentit, terus berganti-ganti. Tangan Budi meremas-remas susu saya dengan bernafsu. Slerp, slerp .., bunyi lidah dan mulutnya di memek saya. Kenikmatan semakin memuncak di memek saya, dan terasa menembus masuk hingga ke perut dan otak saya. Saya tidak mampu lagi menahannya. Kedua kaki saya mengejang-ngejang, saya menjepit kepala Budi dengan tangan dan saya tarik sekuat-kuatnya ke memek saya. Saya gosok-gosokkan mukanya ke memek saya. “Oooh, Buuud, kak Win keluar, ooooohhh …, nikmat sekali, oohhhh” saya menjerit dan mengerang tanpa saya tahan lagi.

Rasa nikmat yang tajam seolah menusuk-nusuk memek dan menjalar ke seluruh tubuh. Terpaan nikmat itu melanda, dan tubuh saya terasa mengejang beberapa saat. Sesudah kenikmatan itu lewat, tubuh saya terasa lemah tetapi lega dan ringan. Kaki saya terjuntai lemah. Budi sudah berdiri. Ia kini melepas seluruh bajunya. Celana panjang dipelorotkannya ke bawah dan dilepas bersama dengan celana dalamnya.

Oohhhhh, tampak pemandangan yang luar biasa. Budi ternyata memiliki kontol yang besar, tidak sesuai dengan badannya yang sedang-sedang ukurannya. Kontol itu berwarna coklat kemerahan. Suami saya bertubuh lebih besar dari Budi, tetapi kontol Budi ternyata luar biasa. Astaga, ia mengocok-kocok kontol itu yang berdiri kaku dan terlihat mengkedut - kedut. Kepala kontolnya tampak basah karena cairan dari lubang kencingnya. Tanpa saya sadari, tangan saya menjulur maju dan membelai kontol itu. Ogghhh besarnya, dan alangkah kerasnya. Saya remas kepalanya, oohhhh .. Keras sekali, saya peras-peras kepalanya. Budi mengejang-ngejang dan keluar cairan bening menetes-netes dari lubang di kepala kontolnya.

“Ahhhhh, jangan kak Win, saya nggak tahan, nanti saya muncrat keluar”, bisiknya sambil mengerang.

“Saya mau keluarkan di dalam memek kak Win saja, boleh yahhh Kak ?”, kata Budi lagi.

“Ahh, iya, Buud .., cepetan masukin ke memek kak Win, ayoohh”, kata saya. Kontol yang keras itu saya tarik dan tempelkan persis di depan lubang memek saya yang basah kuyup oleh cairan memek dan ludah Budi. Tidak sabar saya rangkul pantat Budi, saya jepit pula dengan kedua kaki saya, dan saya paksa tekan pinggulnya. Ahhhhh, lubang memek saya terasa terdesak oleh benda yang sangat besar, ohhhh dinding-dinding memek saya terasa meregang. Kenikmatan mendera memek saya kembali. Kontol itu terus masuk menembus sedalam-dalamnya. Dasar lubang memek saya sudah tercapai, tetapi kontol itu masih lebih panjang lagi. Belum pernah saya merasakan sensasi kenikmatan seperti ini. Saya hanya tergolek menikmati kebesaran kontol itu. Budi mulai meremas-remas susu saya dengan kedua tangannya. Tiba-tiba kontol itu mengenjot memek saya keluar masuk dengan cepatnya. Saya tidak mampu menahannya lagi, orgasme kembali melanda, sementara kontol itu tetap keluar masuk dipompa dengan cepat dan bertenaga oleh Budi.

“Aduuuhh, Buud, nikmat sekali.., aku nggak kuat lagi ..”. Saya merengek-rengek karena nikmatnya.
“Hheehhhheh, sebentar lagi saya keluaaaar kaak ..”, kata Budi. Kocokannya semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba terasa tubuhnya menegang. “Ahhhuuuggh, saya keluar kaaaak .”, erang Budi tertahan-tahan. Kontol Budi terbernam sedalam-dalamnya. Crut .. cruutt . crutt, saya merasakan ada cairan hangat menyemprot jauh di dalam memek saya seolah tanpa henti. Budi memeluk saya erat-erat sambil menyemprotkan cairan maninya didalam memekku. Mukanya tampak menegang menahan kenikmatan. Ada sekitar satu menit ia meregang nikmat sambil memeluk saya.

Sesudah itu Budi menghela napas panjang. “Saya tidak tahu apakah saya menyesal atau tidak, … tapi yang tadi sangat nikmat. Terima kasih kak Win”. Diciuminya muka saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa. Air mata saya menetes keluar. Saya sangat menyesali yang telah terjadi, tetapi saya juga menikmatinya sangat mendalam. Saat itu saya juga merasakan penyesalan Budi. Saya tahu ia sangat menyayangi Dian istrinya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur.

Sejak kejadian itu, kami hanya pernah mengulangi berzina satu kali. Itu kami lakukan kira-kira di minggu ketiga bulan puasa, pada malam hari. Yang kedua itu kami melakukannya juga dengan menggebu-gebu. Sejak itu kami tidak pernah melakukannya lagi hingga kini. Kami masih sering bertemu, dan berpandangan penuh arti. Tetapi kami tidak pernah sungguh-sungguh untuk mencari kesempatan melakukannya. Budi sangat sibuk dan saya harus mengurusi Ilham yang masih kecil.

Saya masih terus didera nafsu sex setiap hari. Saya masih terus bermain dengan internet dan menjelajahi dunia sex internet. Saya terus berusaha menekan birahi, tetapi saya merasa tidak mampu. Mungkin suatu saat saya nanti saya akan melakukannya lagi dengan Budi, dengan segala dosa yang menyertai.

Daun Berembun

$
0
0
Kejadian ini merupakan suatu sejarah kehidupan biruku beberapa tahun yang lalu, tepatnya 27 Maret 1993, hampir setahun setelah lulus SMA di Magelang dan sedang menunggu panggilan bekerja dari sebuah perusahaan penerbangan di Jakarta.

Pagi itu, aku bangun dengan penuh semangat, ada janji jalan-jalan bersama mantan adik kelasku di SMA **** (editted). Hari itu hari libur sekolah. Namanya Enno **** (editted), dia seorang penyiar remaja yang cukup dikenal di kota kecil itu, pada masa itu.
Dengan Astrea 800 warna merah kesayangan, kujemput dia sekitar pukul sembilan pagi. Saat kebetulan sampai di sana Enno memang baru menungguku. Sementara menunggu Enno mandi, aku ngobrol dengan mamanya. O iya, si Enno tinggal berdua dengan mamaknya (dia panggil ibunya emak)

Tak lama kemudian Enno selesai mandi, emaknya masuk ke ruang tengah. Ruang tamu cuma kita bedua, setelah Enno berganti baju, adegan French kiss mengalun begitu saja. Singkat cerita, kayaknya kok tidak nyaman kissing di ruang tamu, lalu kita sepakat untuk jalan-jalan saja.

Tepat pukul sepuluh, setelah sedikit berbasa-basi dengan mamanya, kita pergi menuju ke pinggiran kota. Sepanjang jalan kami sama-sama diam tak tahu mau ke mana. Kuarahkan sepeda motorku ke arah Borobudur, sebelum sampai ke kawasan candi, kubelokkan motorku ke arah kali Progo (melewati Mendut) menuju daerah Ancol salah satu tempat pacaran favorit di pinggiran kota Magelang. Dan di sana kissing kita teruskan lagi, maklum waktu itu status kita belum resmi pacaran, baru hobby sama lagu Slank Ameican style gitu.. Kita belum terpikir untuk melakukan hubungan badan yang terlalu jauh waktu itu. Namun, setiap hal pasti memiliki sebuah awal, dan hanya alamlah yang tahu dari mana sang awal itu berasal.

Tiba-tiba langit menjadi gelap (Padahal pagi tadi cerahnya bukan main). Nduk.., (begitu panggilan sayangku padanya) kayaknya mau ujan nih...
Gendhuk diam saja, Untuk beberapa saat dia memandangi mukaku yang kusut. Pandangannya agak meredup, lalu dia memelukku, satu kecupan mendarat di bibir tebalku, sesaat kemudian kulihat Gendhuk tersenyum penuh arti dan matanya seolah ingin mengatakan sesuatu. Meskipun tiada kata cinta yang terucap, aku hanya mengerti, apa arti senyumannya itu.

Tanpa banyak tanya, aku starter lagi motorku yang sejak tadi kuparkir di pinggiran sungai Progo, aku pacu seolah ingin berburu dengan hujan yang sewaktu-waktu mungkin tiba. Kupegang tangannya, kutarik agar dadanya lebih menempel di punggungku, terasa payudaranya yang mulai ranum itu menusuk lembut mata punggungku.

Setelah beberapa kilometer kuhentikan motor dan kusuruh dia duduk di depan. Kujalankan lagi motor pelan-pelan. Saat itu gerimis mulai turun. Sementara dari kejauhan, kota Magelang sangat gelap, mungkin sudah deras hujannya. Posisi duduk kami di motor sangat romantis, Aku duduk di belakang, tangan kananku memegang stang gas, tangan kiriku menggenggam erat tangan kanannya. Tangan kiri Gendhuk memegar stang kiri.

Sambil menyanyikan lagu Nothings Gonna Cahange, kusuruh tangan kanannya berpegangan pada speedometer. Sementara secara naluri, tangan kiriku mulai masuk ke sweaternya. Kucari dua gundukan itu, lalu kuremas-remas setelah kudapatkan.

Motor kami masih berjalan pelan menyusuri jalan Borobudur - Magelang. Kendaraan lain hanya terkadang lewat, suasana alam cukup mendukung keberadaan kami untuk berduaan saja.

Setelah beberapa menit, langit semakin menghitam, sementara Enno mulai menggeliat sembari mendesis-desis kecil. Saat tanganku berpindah ke arah celana jeans-nya, Enno tak melarangnya. Aku buka ritsluitingnya, kudorong sedikit duduknya sehingga posisinya agak kupangku, kumasukkan tangan kiriku ke dalam celananya, kumainkan jariku sedapat-dapatnya. Teman-teman, meski kejadiannya di atas motor, namun sensasi yang kami rasakan lumayanlah. Bulu-bulunya terasa halus di ujung jemariku dan sedikit ke bawah kemudian, jariku menyentuh kewanitaannya secara acak demikian juga klitorisnya. Sedikit desahan tersendat kurasakan di dadaku karena memang posisiku menempel ketat di belakangnya, sementara itu si ucok sudah tidak peduli terhadap cuaca yang lumayan dingin karena gerimis.

Lalu bagai tak sadar, tangan Enno merayap ke belakang, mencari-cari pusakaku. Aku tahu posisinya agak sulit buat dia, makanya aku membantu buka ritsluiting celanaku, kubimbing tangannya memasukinya. Dan apa yang kami rasakan pastilah bisa kalian bayangkan saudara-saudaraku..

Tak berapa lama kemudian, kami putuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah, kepalang tanggung, jam sudah menunjuk angka dua. Setelah ber-petting di motor, kuarahkan motor melaju menuju Muntilan. Karena arah Magelang - Muntilan adalah jalan utama, kami menghentikan aktifitas kami yang cukup melelahkan perasaan dan tenaga tersebut.

Kupacu sepeda motorku sampai di Blabag (sebelun Muntilan) kubelokkan stang ke kiri mendaki menuju arah gunung Merapi. Saat itu aku yakin, walau kubawa ke manapun dia tidak akan menolak. Benih cinta itu kami rasakan sedang berkembang saat itu. O Iya, sebelumnya kami sudah bertukar tempat duduk lagi sehingga aku di depan, sedangkan tangannya sudah tak mau lepas dari kepala kentangku, malah sekarang kedua tangannya telah masuk ke dalam. Motor tetap kupacu sekitar 40 Km/jam, kendaraan banyak berseliweran tapi kami sudah tak peduli. Enno masih melayang dengan kedua tangan di dalam celanaku dan tertutup oleh ujung sweaterku, sehingga orang sekilas akan mengira tangannya hanya memeluk pinggangku saja.

Sementara aku masih berjuang untuk tetap konsentrasi mengemudikan motor ke arah Kedung Kayang, suatu tempat sakral para sejoli mencari tempat pacaran. Kedung Kayang terletak di tepian gunung Merapi, berupa sebuah jurang yang dalam dengan panorama yang luar biasa indahnya. Teman-teman, sebenarnya aku tak tahu kenapa kita ke tempat itu, (bukannya ke hotel misalnya..) naluri membawa tanganku untuk menuju ka sana.

Sementara hujan akan segera mengucur..
Sampai di Kedung Kayang suasana sangatlah sepi. Tak satupun kendaraan terparkir di sana. Maklum mendung dan gerimis. Kami turun dari motor, sedikit berjalan ke arah sebuah tempat berteduh, berjalan beriringan tanpa satupun kata terucap, kepala kami terlalu sarat dengan apa yang baru saja kami lakukan. (sebagai info: saat itu adalah pertama kali melakukan petting, sebelumnya hanya French kiss aja..)

Gerimis mulai lenyap berganti hujan, kami telah cukup selamat berteduh, meski baju kami agak basah. Mata kami hanya saling beradu, cukup lama.. Kami tidak tahu mau berkata apa, tetapi kami juga tidak merasa menunggu apa-apa. Di beberapa detik berikutnya, tangan kami telah berpegangan. Kuusap pipinya dengan beribu kata di hati. Terasa ada gemuruh, entah di dalam dada, entah di luar sana geledek yang lewat.

Seiring dengan beriramanya hujan yang makin menderas, secara refleks kepala kami saling menyongsong, bibir kami saling berpagut.., lama dan mesra. Kedua tanganku memegangi kedua sisi rahangnya, lidah kami menari bersama. Kurasakan tangannya mulai naik merangkul leherku, semakin lama makin erat pegangannya. Kuturunkan bibir dowerku ke arah leher jenjangnya, kuciumi dengan nafsu yang sedikit kupendam sehingga tak meluap begitu saja.

Tiba-tiba kepalanya terdongak, dan kali itulah aku melihat seorang wanita menggelinjang.. indah sekali, tangannya yang mengejang menambah erat pelukan di leherku. Kuhentikan secara mendadak ciumanku di lehernya, sempat kulirik hujan telah turun dengan derasnya bagai kesetanan.

Enno sempat kaget saat kuhentikan ciumanku. Aku tersenyum, lalu dengan cepat kusambar lagi lehernya dengan nafsu yang tak dapat kutahan lagi. Kujilati lehernya, aku cupang pangkal lehernya.

Irama hujan seolah menabuhi apa yang kami lakukan. Desahan nafas kami sama-sama memburu bagaikan bernyanyi dengan alam Kedung Kayang yang angker keindahannya. Lalu dengan kasar kunaikkan t-shirtnya sampai ke lehernya, kupegang pantatnya dengan tangan kiriku kuremas-remas dengan gemas, dan tangan kananku menarik kutangnya ke atas searah t-shirt yang kuangkat tadi. Kutemukan dua gundukan indah yang lebih ranum dari Merapi yang usianya sudah seumur bumi. Kumainkan kedua putingnya bergantian, kugosok sejadi-jadinya hingga wajahnya merah merasakan kekasaranku.

Desahan-desahannya sudah tak kuhiraukan lagi (kelak aku meyadari bahwa cinta dan nafsu ternyata bagaikan Qobil dan Habil anak Adam dan Hawa). Kudorong tubuhnya ke arah tembok agar tak terlalu berat menyangga beban berat tubuhnya yang disesaki berahi itu. Kumajukan kaki kiriku ke arah selangkangannya, kutundukkan kepalaku dan kujilati puting susunya, kusedot-sedot dengan kekuatan penuh seperti dendam pada sang hujan kenapa baru sekarang aku dikenalkan dengan kenikmatan seperti ini. Kugesek-gesekkan kaki kiriku ke pangkal pahanya, matanya merem melek tak tahu sudah sampai di mana otaknya yang melayang. Aku masih tak perduli, sex is sex..

Kini badannya lemas tidak.., kakupun tidak, hanya kepasrahan saja yang kudapati di raut mukanya yang tak lagi manis itu dan tak lagi cantik itu karena mataku juga sudah khilaf.

Setelah beberapa cupanganku menghiasi sekitar putingnya, kini dengan satu tangan kuremas pantat, satu tangan lagi berkarya di ritsluitingnya. Kubuka celananya, masih dengan nafas yang memburu, kulorotkan celananya sampai dengkulnya, kumasukkan tangan kananku ke dalan CD-nya, bagai tanpa perasaan lagi kumainkan dengan ganas vaginanya, kusentil-sentil sekitar clitorisnya, dia melenguh di dunia tanpa akal. Kumasukkan jari tengahku ke arah lubang vaginanya, kumasukkan dengan ganas, kuputar-putar jari tengahku di dalam vaginanya yang sedamg ranum-ranumnya. Sambil kusedot dengan kuat susu kirinya, aku mainkan tangan kiriku di lubang pantatnya, masih terdengar jelas suaranya memanggil-manggil namaku dengan penuh kenikmatan.

Akhirnya setelah orgasme yang kesekian baginya, kubuka celanaku, kuturunkan sebatas dengkul, kuturunkan juga celana dalamku, dengan posisi agak jongkok, kutarik kaki kiri pasanganku, dengan galak kunaikkan sedikit kakinya lalu dengan penuh nafsu kuarahkan moncong hidung pinokioku ke arah lubang sorganya. Susah, sempit dan erangan perih terdengar lirih di antara erangan kenikmatannya.

Kini matanya terbuka, dipandanginya aku dengan sorot yang tak bisa kulukiskan dengan kata-kata, lalu dengan cepat mulutnya menyambar mulutku. Permainan bertambah panas setelah itu, seolah-olah kami sudah tak ingin membuang waktu lagi. Dengan isyaratnya, kuhujamkan penisku dengan agak kasar, kurasakan mulutnya seakan menahan sesuatu saat berpagut dengan mulutku, tapi kini kami tak perduli. Dengan saling bantu, akhirnya sedikit-demi sedikit penisku berhasil ditelan dengan mesra oleh vaginanya. Benar-benar basah, panas dan berjuta perasaan meledak di dalam dada saat kurasakan vaginanya bagaikan mulut bayi yang menghisap kempongnya dengan gemas.

Agak lama juga kami saling menggocok, menggoyang dan bertempur lidah.., sampai akhirnya batas kemampuan kami berdua telah sampai di ambang batas, dengan di awali suara gelegar geledek di atas tempat kami berlindung, sebuah erangan keras dan tubuh mengejang sama-sama mewarnai hari bersejarah tersebut. Kami mencapai orgasme bersama-sama semenit sebelum kaki kami lunglai menahan berat beban nafsu kami.

Sekitar setengah menit kemudian kami berpelukan, kedua alat reproduksi kami masih berpelukan juga. Lalu hujan berhenti berganti dengan gerimis. Kami rapikan lagi baju kami berdua. Kami terdiam, menatap pemandangan basah di sekitar kami. Indah.., seindah suasana selanjutnya saat kupeluk tubuhnya dari belakang, dan kami menikmati sisa-sisa orgasme kami.

Beberapa saat kemudian serombongan keluarga melewati kami. Aku bersyukur, mereka tidak datang sejak tadi mengingat tempat kami berkarya tadi relatif sangat terbuka. Seorang ibu sempat mengernyitkan dahinya melihat kami berpelukan. Kulepaskan pelukanku, kumundur beberapa langkah ke belakang dan kulihat bagian belakang kaosnya berwarna merah.

Ndhuk.., aku memanggilnya dan memberi tanda dengan mataku ke arah bagian bawah kaosnya. Sedikit ekspresinya menandakan kekagetannya. Darah.. Ya, sore itu kami melepaskan keperawanan kami berdua. Lalu dia tersenyum. Kami berpandangan, lalu berpelukan.

Setelah gerimis agak reda, waktu telah menunjukkan pukul lima seperempat. Kami pulang dengan wajah sangat bahagia

Kusetubuhi Tanteku Sendiri (bag 1)

$
0
0
Cerita ini terjadi karena kepindahanku ke jakarta kerumah salah satu adik papa atau rumah tante. Tanteku sangat seksi dan menggairahkan. Hingga terjadi sebuah cerita dewasa menggairahkan antara aku dan tanteku sendiri.

Selasai mandi hari sudah hampir gelap. Di ruang keluarga Tante sedang duduk di sofa nonton TV sendiri.

“Senamnya di mana Tante ?” Aku coba membuka percakapan. Aku memberanikan diri duduk di sofa yang sama sebelah kanannya.
“Dekat, di Tebet Timur Dalam”. Malam ini Tante mengenakan daster pendek tak berlengan, ada kancing-kancing di tengahnya, dari atas ke bawah.
“Tumben, kamu tidur siang”
“Iya Tante, tadi main voli di situ” jawabku tangkas.
“Kamu suka main voli ?”
“Di Kampung saya sering olah-raga Tante” Aku mulai berani memandangnya langsung, dari dekat lagi. Ih, bahu dan lengan atasnya putih banget!
“Pantesan badanmu bagus” Senang juga aku dipuji Tanteku yang rupawan ini.
“Ah, Kalau ini mungkin saya dari kecil kerja keras di kebun, Tante” Wow, buah putih itu mengintip di antara kancing pertama dan kedua di tengah dasternya. Ada yang bergerak di celanaku.
“Kerja apa di kebun ?”
“Mengolah tanah, menanam, memupuk, panen” Buah dada itu rasanya mau meledak keluar.
“Apa saja yang kamu tanam ?” tanyanya lagi sambil mengubah posisi duduknya, menyilangkan sebelah kakinya.

Kancing terakhir daster itu sudah terlepas. Waktu sebelah pahanya menaiki pahanya yang lain, ujung kain daster itu tidak “ikut”, jadi 70 % paha Tante tersuguh di depan mataku. Putih licin. Yang tadi bergerak di celanaku, berangsur membesar.

“Macam-macam tergantung musimnya, Tante. Kentang, jagung, tomat” Hampir saja aku ketahuan mataku memelototi pahanya.
“Kalau kamu mau makan, duluan aja”
“Nanti aja Tante, nunggu Oom” Aku memang belum lapar. Adikku mungkin yang “lapar”
“Oom tadi nelepon ada acara makan malam sama tamu dari Singapur, pulangnya malam”
“Saya belum lapar” jawabku supaya aku tidak kehilangan momen yang bagus ini.
“Kamu betah di sini ?” Ia membungkuk memijit-mijit kakinya. Betisnya itu…
“Kerasan sekali, Tante. Cuman saya banyak waktu luang Tante, biasa kerja di kampung, sih. Kalau ada yang bisa saya bantu Tante, saya siap”
“Ya, kamu biasakan dulu di sini, nanti Tante kasih tugas”
“Kenapa kakinya Tante ?” Sekedar ada alasan buat menikmati betisnya.
“Pegel, tadi senamnya habis-habisan”

Di antara kancing daster yang satu dengan kancing lainnya terdapat “celah”. Ada yang sempit, ada yang lebar, ada yang tertutup. Celah pertama, lebar karena busungan dadanya, menyuguhkan bagian kanan atas buah dada kiri. Celah kedua memperlihatkan kutang bagian bawah. Celah ketiga rapat, celah keempat tak begitu lebar, ada perutnya. Celah berikutnya walaupun sempit tapi cukup membuatku tahu kalau celana dalam Tante warna merah jambu. Ke bawah lagi ada sedikit paha atas dan terakhir, ya yang kancingnya lepas tadi.

“Mau bantu Tante sekarang ?”
“Kapan saja saya siap”
“Betul ?”
“Kewajiban saya, Tante. Masa numpang di sini engga kerja apa-apa”
“Pijit kaki Tante, mau ?”
Hah ? Aku tak menyangka diberi tugas mendebarkan ini
“Biasanya sama Si Mar, tapi dia lagi engga ada”
“Tapi saya engga bisa mijit Tante, cuma sekali saya pernah mijit kaki teman yang keseleo karena main bola” Aku berharap ia jangan membatalkan perintahnya.
“Engga apa-apa. Tante ambil bantal dulu” Goyang pinggulnya itu…

Sekarang ia tengkurap di karpet. Hatiku bersorak. Aku mulai dari pergelangan kaki kirinya. Aah, halusnya kulit itu. Hampir seluruh tubuh Tante pernah kulihat, tapi baru inilah aku merasakan mulus kulitnya. Mataku ke betis lainnya mengamati bulu-bulu halus.

“Begini Tante, kurang keras engga ?”
“Cukup segitu aja, enak kok”

Tangan memijit, mata jelalatan. Lekukan pantat itu bulat menjulang, sampai di pinggang turun menukik, di punggung mendaki lagi. Indah. Kakinya sedikit membuka, memungkinkan mataku menerobos ke celah pahanya. Tanganku pindah ke betis kanannya aku menggeser dudukku ke tengah, dan..terobosan mataku ke celah paha sampai ke celana dalam merah jambu itu. Huuuh, sekarang aku betul-betul keras.

“Aah” teriaknya pelan ketika tanganku menjamah ke belakang lututnya.
“Maaf Tante”
“Engga apa-apa. Jangan di situ, sakit. Ke atas saja”
Ke Atas ? Berarti ke pahanya ? Apa tidak salah nih ? Jelas kok, perintahnya. Akupun ke paha belakangnya. Ampuuun, halusnya paha itu. Kulit Tante memang istimewa. Kalau ada lalat hinggap di paha itu, mungkin tergelincir karena licin! Aku mulai tak tenang. Nafas mulai tersengal, entah karena mijit atau terangsang, atau keduanya. Aku tak hanya memijit, terkadang mengelusnya, habis tak tahan. Tapi Tante diam saja. Kedua paha yang diluar, yang tak tertutup daster selesai kupijit. Entah karena aku sudah “tinggi” atau aku mulai nakal, tanganku terus ke atas menerobos dasternya.

“Eeeh” desahnya pelan. Hanya mendesah, tidak protes!

Kedua tanganku ada di paha kirinya terus memijit. Kenyal, padat. Tepi dasternya dengan sendirinya terangkat karena gerakan pijitanku. Kini seluruh paha kirinya terbuka gamblang, bahkan sebagian pantatnya yang melambung itu tampak. Pindah ke paha kanan aku tak ragu-ragu lagi menyingkap dasternya.

“Enak To, kamu pintar juga memijit”
Aku hampir saja berkomentar :”Paha Tante indah sekali”. Untung aku masih bisa menahan diri. Terus memijit, sekali-kali mengelus.
“Ke atas lagi To” suaranya jadi serak. Ini yang kuimpikan! Sudah lama aku ingin meremas pantat yang menonjol indah ke belakang itu, kini aku disuruh memijitnya! Dengan senang hati Tante!

Aku betul-betul meremas kedua gundukan itu, bukan memijit, dari luar daster tentunya. Dengan gemas malah! Keras dan padat. Ah, Tante. Tante tidak tahu dengan begini justru menyiksa saya! kataku dalam hati. Rasanya aku ingin menubruk, menindihkan kelaminku yang keras ini ke dua gundukan itu. Pasti lebih nikmat dibandingkan ketika memeluk tubuh mbak Mar dari belakang.

“Ih, geli To. Udah ah, jangan di situ terus” ujarnya menggelinjang kegelian. Barusan aku memang meremas pinggir pinggulnya, dengan sengaja!
“Cape, To ?” tanyanya lagi.
“Sama sekali engga, Tante” jawabku cepat, khawatir saat menyenangkan ini berakhir.
“Bener nih ? Kalau masih mau terus, sekarang punggung, ya ?”. Aha, “daerah jamahan” baru! Bahunya kanan dan kiri kupencet. “Eeh” desahnya pelan.

Turun ke sekitar kedua tulang belikat. Lagi-lagi melenguh. Daster tak berlengan ini menampakkan keteknya yang licin tak berbulu. Rajin bercukur, mungkin. Ah, di bawah ketek itu ada pinggiran buah putih. Dada busungnya tergencet, jadi buah itu “terbuang” ke samping. Nakalku kambuh. Ketika beroperasi di bawah belikat, tanganku bergerak ke samping. Jari-jariku menyentuh “tumpahan” buah itu. Tidak langsung sih, masih ada lapisan kain daster dan kutang, tapi kenyalnya buah itu terasa. Punggungnya sedikit berguncang, aku makin terangsang. Ke bawah lagi, aku menelusuri pinggangnya.

“Cukup, To..” Kedua tangannya lurus ke atas. Ia tengkurap total. Nafasnya terengah-engah.
“Depannya Tante ?” usulku nakal. Lancang benar kau To. Tante sampai menoleh melihatku, kaget barangkali atas usulku yang berani itu.
“Kaki depannya ‘kan belum Tante” aku cepat-cepat meralat usulku. Takut dikiranya aku ingin memijit “depannya punggung” yang artinya buah dada!
“Boleh aja kalau kamu engga cape”. Ya jelas engga dong! Tante berbalik terlentang. Sekejap aku sempat menangkap guncangan dadanya ketika ia berbalik. Wow! Guncangan tadi menunjukkan “eksistensi” kemolekkan buah dadanya! Aduuh, bagaimana aku bisa bertahan nih ? Tubuh molek terlentang dekat di depanku. Ia cepat menarik dasternya ke bawah, sebagai reaksi atas mataku yang menatap ujung celana dalamnya yang tiba-tiba terbuka, karena gerakan berbalik tadi. Silakan ditutup saja Tante, toh aku sudah tahu apa yang ada dibaliknya, rambut-rambut halus agak lurus, hitam, mengkilat, dan lebat. Lagi pula aku masih bisa menikmati “sisanya”: sepasang paha dan kaki indah! Aku mulai memijit tulang keringnya. Singkat saja karena aku ingin cepat-cepat sampai ke atas, ke paha.

Lutut aku lompati, takut kalau ia kesakitan, langsung ke atas lutut, kuremas dengan gemas.
“Iih, geli”. Aku tak peduli, terus meremas. Paha selesai, untuk mencapai paha atas aku ragu-ragu, disingkap atau jangan. Singkap ? Jangan! Ada akal, diurut saja. Mulai dari lutut tanganku mengurut ke atas, menerobos daster sampai pangkal paha.
“Aaaah, Tooo ….” Biar saja. Kulihat wajahnya, matanya terpejam. Aku makin bebas.

Dengan sendirinya tepi daster itu terangkat karena terdorong tanganku. Samar-samar ada bayangan hitam di celana dalam tipis itu. Jelas rambut-rambut itu. Ke bawah lagi, urut lagi ke atas. Aaah lagi. Dengan cara begini, sah-sah saja kalau jempol tanganku menyentuh selangkangannya. Sepertinya basah di sana. Ah masak. Coba ulangi lagi untuk meyakinkan. Urut lagi. Ya, betul, basah! Kenapa basah ? Ngompol ? Aku tidak mengerti.

“To …” panggilnya tiba-tiba. Aku memandangnya, kedua tanganku berhenti di pangkal pahanya. Matanya sayu menantang mataku, nafasnya memburu, dadanya naik-turun.
“Ya, Tante” mendadak suaraku serak. Dia tak menyahut, matanya tetap memandangiku, setengah tertutup. Ada apa nih ? Apakah Tante ….. ? Ah, mana mungkin. Kalau Tante terrangsang, mungkin saja, tapi kalau mengajak ? Jangan terlalu berharap, To! Aku meneruskan pekerjaanku. Kini tak memijit lagi, tapi menelusuri lengkungan pinggulnya yang indah itu, membelai. Habis tak tahan.
“Uuuuh” desahnya lagi menanggapi kenakalanku. Keterlaluan aku sekarang, kedua tanganku ada di balik dasternya, mengelus mengikuti lengkungan samping pinggul.
“Too …. ” panggilnya lagi. Kulepas tanganku, kudekati wajahnya dengan merangkak di atas tubuhnya bertumpu pada kedua lutut dan telapak tanganku, tidak menindihnya.
“Ada apa, Tante” panggilku mesra. Mukaku sudah dekat dengan wajahnya.

Matanya kemudian terpejam, mulut setengah terbuka. Ini sih ajakan. Aku nekat, sudah kepalang, kucium bibir Tante perlahan.

“Ehhmmmm” Tante tidak menolak, bahkan menyambut ciumanku. Tangan kirinya memeluk punggungku dan tangan kanannya di belakang kepalaku. Nafasnya terdengar memburu. Aku tidak lagi bertumpu pada lututku, tubuhku menindih tubuhnya. Menekan. Ia membuka kakinya. Aku menggeser tubuhku sehingga tepat di antara pahanya yang baru saja ia buka. Kelaminku yang keras tepat menindih selangkangannya. Kutekan. Nikmatnya!

“Ehhhmmmmmm” reaksinya atas aksiku. Kami saling bermain lidah. Sedapnya! Aku terengah-engah. Dia tersengal-sengal. Tangan kananku meremas dada kirinya. Besar, padat, dan kenyal! Ooooohhhh, aku melayang.

He!, ini Tantemu, isteri Oommu!
Iya, benar. Memangnya kenapa.
Mengapa kamu cium, kamu remas dadanya.
Habis enak, dan ia tak menolak.

Dua kancing dasternya telah kulepas, tanganku menyusup ke balik kutangnya. Selain besar, padat, dan kenyal, ternyata juga halus dan hangat! Tiba-tiba Tante melepas ciumanku.

“Jangan di sini, To” katanya terputus-putus oleh nafasnya. Tanpa menjawab aku mengangkat tubuhnya, kubopong ia ke kamarnya. “Uuuuuhhh” lenguhnya lagi. “Ke kamarmu saja”

Sebelum sampai ke dipanku, Tante minta turun. Berdiri di samping dipan. Aku memeluknya, dia menahan dadaku. “Kunci dulu pintunya” Okey, beres. Kulepas seluruh kancingnya, dasternya jatuh ke lantai. Tinggal kutang dan celana dalam. Buah dada itu serasa mau meledak mendesak kutangnya! Kupeluk lagi dia. Dadanya merapat di dadaku.

“Tooo, hhehhhhhhh” katanya gemas seperti menahan sesuatu. Kami berciuman lagi. Main lidah lagi. Tangannya menyusup ke celanaku, meremas-remas kelaminku di balik celana.

“Eehhmmmmmm” dengusnya Dengan kesulitan ia membuka ikat pinggangku, membuka resleting celanaku, merogoh celana dalamku, dan mengeluarkan “isinya”

“Eehhh” Ia melepas ciuman, melihat ke bawah.
“Ada apa Tante” Tanyaku disela-sela dengus nafasku.
“Besar sekali” Ia mempermainkan penisku. Menggenggam, meremas. Geli, geliii sekali. Stop Tante, jangan sampai keluar. Aku ingin pengalaman baru, Tante. Ingin memasuki kelaminmu..sekarang! Kutarik tangannya dari penisku. Untung Tante menurut. Aku tak jadi “keluar”

Kulepas tali kutangnya, tapi yang belakang susah dilepas. Tante membantu. Buah dada itu terbuka. Wow.luar biasa indahnya. Belum sempat aku menikmat buah itu, Tante memelukku. Meraih tangan kananku, dituntunnya menyelip ke celana dalamnya. Dibawah rambut-rambut itu terasa basah. Diajarinya aku bagaimana jariku harus bermain di sana : menggesek-gesek antara benjolan dan pintu basah itu.

“Uuuuuuhhhhhh, Tooo..”

Dilepasnya bajuku, singletku, celanaku luar dalam. Aku telanjang bulat. Kutarik juga celana dalamnya. Ia telanjang bulat juga. Luar biasa. Pinggang itu ramping, perut itu rata, ke bawah melebar lengkungannya indah. Rambut-rambut halus itu menggemaskan, diapit oleh sepasang paha yang nyaris bulat. Seluruhnya dibalut kulit yang putih dan mulusnya bukan main!.

Ditariknya aku ke dipan. Ia merebahkan diri. Kakinya ditekuk lalu dibuka lebar. Dipegangnya kelaminku, ditariknya, ditempelkannya di selangkangan. Rasanya terlalu ke bawah. Ah, dia ‘kan yang lebih tahu. Aku nurut saja. Tangannya pindah ke pantatku. Ditariknya aku mendekat tubuhnya. Sesuatu yang hangat terasa di ujung penisku.

Tangannya memegang penisku lagi. Belum masuk ternyata. Disapu-sapukannya kepala penisku di pintu itu. Sementara ia menggoyang pantatnya. Geliii, Tante. Aku manut saja seperti kerbau dicucuk hidung. Memang belum pengalaman! Didorongnya lagi pantatku. Meleset!

Pernah kupikir waktu pertama kali aku melihat kelamin Tante beberapa hari lalu, mana cukup lubang sesempit itu menampung kelaminku yang lagi tegang ? Tante membuka pahanya lebih lebar lagi, mengarahkan penisku lagi, dan aku sekarang yang mendorong. Kepalanya sudah separoh tenggelam, tapi macet!

“Kelaminmu besar, sih!”keluhnya. Padahal barusan ia mengaguminya. Ia menggoyang pantatnya dan…bless. Masuk separoh.
“Aaaaahhh” teriak kami berbarengan. Terasa ada sesuatu yang menjepit penisku, hangat, enak! Pantatnya bergoyang lagi, tumitnya mendorong pantatku.
Blesss..masuk lagi. Makin hangat, makin sedap, dan geli. Goyang lagi, aku dorong sekarang. Masuk semuanya Seedaaaaaaaaap! Tante bergoyang. Nikmaaaaaaaat!

Tante menjepit. Geliiiiiiiiiiiiiiii!

Kutarik pelan. Terasa gesekan, enak. Ya, digesek begini enak. Tarik sedikit lagi, dan kudorong lagi.
“Idiiiiiiiiiiih, sedaaaaapp Too” Tante berteriak, agak keras.
Geli di ujung sana. Tariik, dorooong

Makin geli..

Geli sekali…

Tak tahaaaaaann…

“Tahan dulu, To”

Tak mungkin, sudah geli sekali.lalu..

Aku melambung, melayang, melepas..

“Aaaaaahhhhhhh” teriakku. Nikmatnya sampai ke ubun-ubun.

Mengejang, melepas lagi, berdenyut, enak, melepas lagi, nikmat sekali..!

“Genjot lagi, To” teriaknya

Mana bisa.

“Ayo, To”

Aku sudah selesai!

Tante masih menggoyang

Aku ikut saja, pasif

“Tooooo, ..”

Tante gelisah, goyangnya tak kubalas. Aku sudah selesai!

“Eeeeeeeeehh” keluhnya, sepertinya kecewa.

Bergerak-gerak tak karuan, menendang, menggeliat, gelisah..

Penisku mulai menurun, di dalam sana.

Tante berangsur diam, lalu sama sekali diam, kecewa.

Tinggal aku yang bingung.

Beberapa menit yang lalu aku mengalami peristiwa yang luar biasa, yang baru kali ini aku melakukan. Baru kali ini pula aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kenikmatan berhubungan kelamin.

Nikmatnya susah digambarkan.

Hubungan kelamin antara pria yang mulai menginjak dewasa dengan wanita dewasa muda.

Sama-sama diinginkan oleh keduanya.

Keduanya yang memulai.

Berdua pula yang melanjutkan, keterusan dan…kepuasan.

Kepuasan ? Aku memang puas sekali, tapi Tante ?

Itulah masalahnya sekarang.

Aku menangkap wajah kecewa pada Tante.

Perilakunya yang gelisah juga menandakan itu.

Aku jadi merasa bersalah. Aku egois.

Aku mendapatkan kenikmatan luar biasa sementara aku tak mampu memberi kepuasan kepada “lawan mainku”, Tante Yani.

Terlihat tadi, ia ingin terus sementara aku sudah selesai.

Aku bingung bagaimana mengatasi kebisuan ini.

Aku masih menindih tubuhnya. Penisku masih di dalam.

Buah dadanya masih terasa kencang mengganjal dadaku.

Pandangannya lurus ke atas melihat plafon.

Aku harus ambil inisiatif.

Kucium pipinya mesra, penuh perasaan.

“Maafkan saya, Tante”

Tante menoleh, tersenyum dan balas mencium pipiku.

Sementara aku agak lega, Tante tak marah.

“Kamu engga perlu minta maaf, To”

“Harus Tante, saya tadi nikmat sekali, sebaliknya Tante belum merasakan. Saya engga mampu, Tante. Saya belum pengalaman Tante. Baru kali ini saya melakukan itu”

“Betul ? Baru pertama kamu melakukan ?”

“Sungguh Tante”

“Engga apa-apa, To. Tante bisa mengerti. Kamu bukannya tidak mampu. Hanya karena belum biasa saja. Syukurlah kalau kamu tadi bisa menikmati”

“Nikmaaat sekali, Tante”

Tante diam lagi, mengelus-elus punggungku. Nyaman sekali aku seperti ini.

“To ” panggilnya.

“Ya, Tante”

“Ini rahasia kita berdua saja ya ? Tante minta kamu jangan katakan hal ini pada siapapun”

“Tentu Tante, tadinya sayapun mau bilang begitu” Tiba-tiba aku ingat sesuatu. Mendadak aku jadi cemas.

“Tante ”

“Hhmm”

“Gimana kalau Tante nanti ..” Aku tak berani meneruskan.

“Nanti apa ?”

“Akibat perbuatan tadi, lalu Tante ..”

“Hamil ?” potongnya.

“Ya ”

“Engga usah kamu pikirkan. Tante sudah jaga-jaga”

“Saya engga mengerti Tante”

“To, lain kali saja ya Tante jelasin. Sekarang Tante harus mandi, Oommu ‘kan sebentar lagi datang”

Ah, celaka. Sampai lupa waktu. Aku bangkit hendak mencabut.

“Pelan-pelan To” katanya sambil menyeringai, lalu matanya terpejam

“Eeeeeehhh” desahnya hampir tak terdengar, ketika aku mencabut kelaminku.

Kubantu ia mengenakan kutangnya. Buah dada itu belum sempat aku nikmati. Lain kali pasti!

“Tante ” aku memanggil ketika ia sudah rapi kembali.

Kupeluk ia erat sekali, kubisikkan di dekat kupingnya

“Terima kasih, Tante” lalu kucium pipinya.

“Ya ” jawabnya singkat.

“Sana mandi, cuci yang bersih niih” katanya lagi sambil menggenggam penisku waktu bilang ‘niih’

Ooohhh, nikmatnya hari ini aku.

Malam ini pertama kali aku ciuman dengan nikmat, pacaran sampai “keterusan”. Pertama kali penisku memasuki kelamin wanita. Pertama kali aku menumpahkan “air” ku ke dalam tubuh wanita, tidak ke perut atau ke lantai.

Lebih istimewa lagi, wanita itu adalah Tante Yani.

Wanita dengan tubuh yang luar biasa.

Bentuknya, potongannya, halusnya, padatnya, putihnya, bulunya…..

Padahal wanita itu sudah 26 tahun, sepuluh tahun di atas usiaku. Tapi lebih padat dari Si Ani yang 17 tahun, lebih manis dari Si Yuli yang sepantaranku, lebih indah dari Si Rika yang seumurku.

Yang masih mengganjal, wanita itu Tanteku, isteri Oom Ton. Ya, aku meniduri isteri Oomku! Aku mendapatkan pengalaman baru dari isterinya! Aku memperoleh kenikmatan dari meniduri isterinya. Isteri orang yang membiayai sekolahku, yang memberiku makan dan tempat tinggal!

Betapa jahatnya aku. Betapa kurangajarnya aku.

Aku sekarang jadi pengkhianat!

Mengkhianati adik misan ayahku!

Tapi, keliru kalau semua kesalahan ditimpakan kepadaku.

Siapa yang menyuruh memijat ?

Okey, seharusnya memijat saja, kenapa pakai mengelus ?

Pakai meremas pantat ? Habis, siapa yang tahan ? Aku masih 16 tahun, masih sangat muda, tapi sudah matang secara seksual, mudah terrangsang.

Tante sendiri, kenapa tidak menolak ? Bisa saja ia menempelengku ketika aku mau mencium bibirnya di karpet itu. Bisa saja ia menolak waktu aku membopongnya ke kamarku. Dan aku, bisa saja memberontak waktu ia merogoh celana dalamku, waktu ia menggenggam kelaminku dan diarahkan ke kelaminnya….

Kesimpulannya : salah kami berdua!

Tapi, aku ingin mengulangi ……….!

***

Paginya, kami sarapan bertiga, Aku, Oom, dan Tante. Aku jadi tidak berani menatap mata Oom waktu kami berbicara. Mungkin karena ada perasaan bersalah. Sedangkan Tante, biasa-biasa saja. Sikapnya kepadaku wajar, seolah tak terjadi apa-apa. Tak ada pembicaraan penting waktu makan.

Tante bangkit menuangkan minuman buat Oom. Kupandangi tubuhnya. Aku jadi ingat peristiwa semalam. Rasanya aku tak percaya, tubuh yang ada di depanku ini, yang sekarang tertutup rapat, sudah pernah aku tiduri. Aku ngaceng lagi..

Susah sekali aku berkonsentrasi menerima pelajaran hari ini. Pikiranku ke rumah terus, ke Tante. Bagaimana ia “menuntunku” masuk. Bagaimana aku mulai belajar “menggesek”, terus keenakkan. Aku ingin lagi…!

Tante bagaimana ya, apakah ia ingin lagi ? Aku meragukannya, mengingat semalam ia tidak puas. Jangan-jangan ia kapok. Tadi pagi sikapnya biasa saja. Mestinya sedikit lebih mesra kepadaku. Memangnya kamu ini siapa.

Lebih baik begitu, wajar saja, ‘kan ada suaminya.

***

Dua hari kemudian ketika aku pulang sekolah, kulihat ada mobil Oom di garasi. Apakah Oom Ton tak ke kantor hari ini ? Atau jangan-jangan Oom tahu kalau aku ..

Ah, jangan berpikir begitu. Dua hari terakhir ini sikap Oom kepadaku tak ada perubahan apa-apa. Sikap Tante juga wajar-wajar saja. Justru aku yang kelimpungan. Bayangkan. Setiap hari ketemu Tante. Aku selalu membayangkan “dalam”-nya, walau pakaian Tante tertutup rapat. Lalu, terbayang, aku sudah pernah menjamah tubuh itu, dan terangsang lagi.

Selama dua hari ini aku betul-betul tersiksa. Terlihat paha Tante yang sedikit tersingkap saja, aku langsung “naik”. Ooh..! Aku ingin lagiiiiii.

Siang ini aku makan sendirian. Kamar Tante tertutup rapat. Oom pasti ada di dalam, mobilnya ada. Tante juga tentunya. Mungkin mereka sedang …? Siang-siang ? Biar saja, toh suami-isteri. Sekejap ada rasa tak nyaman. Tanteku sedang ditiduri suaminya…! Aku iri! Memangnya kamu siapa ?

Baru saja aku selesai menyantap sendok terakhir makananku, kemudian mengangkat gelas, ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka, Tante keluar, mengenakan baju tidur. Aku terpana. Tanganku yang sedang memegang gelas berhenti, belum sempat minum, terpesona oleh Tante dengan baju tidurnya. Kelihatan ia baru bangun tidur, melihatku.

“Sudah pulang, To”

“Udah dari tadi Tante”

Ia tutup pintu kamarnya kembali lalu mendekatiku, dan tiba-tiba mencium pipiku erat, lenganku merasakan lembutnya sesuatu yang menandakan Tante tak memakai kutang.

Hampir saja aku menumpahkan air minum karena kaget.

“Ada kabar gembira.”katanya berbisik. Sebelum aku berreaksi atas aksinya itu, Tante sudah beranjak ke belakang meninggalkanku.

Aku jadi penasaran. Penasaran pada benda lembut yang mendesak lenganku tadi, serta pada kabar gembira apa ?

Ketika Ia kembali lagi, aku berdiri untuk memuaskan rasa penasaran tadi.

Tante menempelkan telunjuknya ke mulut sambil matanya melirik ke kamar. Aku mengerti isyarat ini. Jangan ganggu, ada suaminya.

Sejam kemudian kulihat Oom Ton duduk di sofa ruang tengah bersama Tante. Oom Ton berpakaian rapi berdasi, seperti hendak ke kantor, sedangkan Tante mengenakan daster pendek tak berlengan berkancing tengah, daster kesukaanku. Terlihat segar, baru saja mandi, mungkin.

“Tarto” Oom Ton memanggilku.

“Ya, Oom”

“Oom mau ke Bandung, dua hari. Kamu jaga rumah ya ?”

Ini rupanya kabar gembira itu!

“Baik, Oom, kapan Oom berangkat ?”

“Sebentar lagi, jam tiga”

Dua hari Oom tak ada di rumah, tentunya dua malam juga. Dua malam aku menjaga rumah, bersama Tante.

Dua malam bersama Tante ? Bukan main!. Eit, jangan berharap dulu, ya. ‘Kan tadi Ia bilang kabar gembira ?

Kok kamu yakin kabar gembiranya Tante adalah karena Oom ke Bandung ? Jangan sok pasti ya!

Aku melirik Tante, Ia biasa-biasa saja.

Pak Dadan datang membawa tas di bahunya, masuk garasi menghidupkan mesin mobil.

“Papa berangkat ya, Ma”

“Ya, Pa, hati-hati di jalan, ya ?”

“Mama juga hati-hati di rumah”

Oom mencium pipi Tante, lalu menciumi Si Luki.

“Jaga baik-baik, ya To”

“Ya, Oom”

Seisi rumah mengantar Oom sampai depan pintu pagar, melambai sampai mobilnya berbelok ke jalan Tebet Timur Raya.

Semuanya masuk ke rumah kembali. Hatiku bersorak. Dadaku penuh berharap dan kepalaku penuh rencana.

Luki dibawa pengasuhnya ke rumah sebelah. Mbak meneruskan pekerjaannya di belakang. Aman. Tinggal aku dan Tante. Kuberanikan diriku. Kupeluk Tante dari belakang. Betul ‘kan, Tante tak memakai kutang. Wah, sudah lama sekali aku tak menyentuhnya.

Tante sedikit kaget, lalu berbalik membalas pelukanku. Cuma sebentar, melepaskan diri.

“Sabar, dong To”

“Tante …” Serak suaraku.

“Nanti malam saja ”

Aha, rencana di kepalaku bisa terlaksana malam ini.

Kami duduk berdampingan di sofa, sedikit berjarak. Aku nonton TV, Tante membaca.

Aku tak tahan lagi, penisku sudah tegang dari tadi. Sekarang baru jam setengah empat sore. Berapa jam lagi aku mesti menunggu ? Oh, lama sekali.

Tante, tolonglah aku. Aku tak sanggup lagi menunggu.

Kulihat sekeliling meyakinkan situasi. Luki masih sama si Tinah di tetangga. Mbak Mar menyetrika di belakang. Aman!

Kupegang tangan Tante yang sedang ada di pahanya. Dengan begini aku bisa meremas-remas tangannya sambil merasakan lembutnya paha. Ia sesekali membalas remasanku, tetap membaca.

Ditariknya tangannya untuk membuka halaman buku bacaannya, tanganku “tertinggal” di pahanya. Kesempatan.

Kuusap lembut pahanya. Paha itu masih seperti yang kemarin, padat, kenyal, halus, berbulu lembut. Masih tetap membaca.

Aku makin berani, tanganku bergerak ke atas menyusup dasternya. Kuusap celana dalamnya. Nafasnya mulai terdengar meningkat “volume”nya.

Diletakkannya buku itu sambil menghela nafas panjang.

“To., kamu engga sabaran, ya ?” katanya sambil memegang tanganku di bawah sana.

“Maafkan saya Tante, saya.. saya ..engga kuat lagi Tante, saya ingin lagi, Tante” Kataku terputus-putus menahan birahi yang mendesak. Kelaminku juga mendesak.

“Masih sore, To”

“Tolonglah., Tante, saya membayangkan terus setiap ..hari” kataku setengah memohon. Aku yakin Tantepun sebenarnya telah terangsang, terlihat dari nafasnya dan aku merasakan basah di celananya. Aku sudah sampai pada titik yang tak mungkin surut kembali. Situasi sekeliling aman. Jadi, apa lagi selain berlanjut ?

“Saya mohon, Tante” kini aku betul-betul memohon.

Ditariknya tanganku dari paha, lalu dituntun ke dadanya. Permohonanku diterima.

Kuremas buah dada itu yang hanya ditutupi selembar kain daster.

“Eeeeeeehhh” desahnya.

Tiga hari lalu, waktu aku pertama kali meniduri Tante (memang baru pertama kali aku berhubungan sex), aku belum sempat menikmati buah dada ini. Waktu itu kami sudah sama-sama terangsang sehabis aku memijatnya. Aku baru sempat meremasnya, itupun dibalik kutang. Lalu ketika kutangnya sudah terbuka, Tante sudah keburu menuntun kelaminku memasukinya.

Sekaranglah kesempatan untuk menikmati dada itu.

Kubuka kancing dasternya, satu, dua, tiga.

Dada itu mengagumkan. Putih, besar, menonjol, bulat, bergerak maju mundur seirama nafasnya, putingnya kecil agak panjang tegak lurus ke depan berwarna merah jambu. Aku berlutut di depannya, kusingkirkan daster itu, kucium belahan dadanya yang seperti parit kecil di antara dua bukit. Halusnya buah itu dapat kurasakan di kedua belah pipiku.

Mulutku bergerak ke kiri, ke dada bagian atas, terus turun, kutelusuri permukaan bukit halus itu dengan bibir dan lidahku. Sementara tangan kananku mengusapi buah kirinya. Luar biasa, kulit itu haluuus sekali! Tangannya mengusap-usap belakang kepalaku. Penelusuranku berakhir di puncaknya. Kumasukkan putting itu kemulutku, kukemot.

“Aaaaaaaahhh” lenguhnya pelan sekali.

Tangannya menekan kepalaku.

Kukemot lagi, kuhisap, kupermainkan dengan lidahku, putting itu mengeras. Puting satunya lagi juga mengeras, terasa di antara telunjuk dan ibujari tangan kananku.

Ada kesamaan gerak antara mulut dan tangan kananku. Kalau mulutku mengulum puting, jari-jariku memilin puting sebelahnya. Bila bibir dan lidahku merambahi seluruh permukaan buah yang sangat halus itu, telapak tanganku merambah pula. Seluruh permukaan dada itu demikian halus, sehingga ada sedikit yang tak halus di sebelah puting agak ke bawah menarik perhatianku.

Kulepaskan muluku dari dadanya, ingin memeriksa. Di sebelah puting dada kiri Tante ada bercak merah. Kuperhatikan dan kuraba. Seperti bekas gigitan. Oh. Aku ingat tadi siang waktu makan. Ini pasti “hasil kerja” Oom Ton di kamar yang terkunci tadi..

Akupun ingin. Betapa enaknya menggigit buah kenyal ini.

Dada kanan bagianku. Kucium puting itu kembali, geser sedikit, aku mulai menggigit.

Tiba-tiba Tante mendorong kepalaku.

“Jangan, To. Kamu..mikir, dong” katanya sambil terengah-engah. Ah, bodohnya aku. Kalau kugigit tentu nanti berbekas, jelas pemilik sahnya, Oom Ton, akan curiga!
“Maafkan saya Tante, habis gemas sih.”
“Yahhh.engga apa-apa. Kamu harus ingat, ini rahasia kita saja”

Dipegangnya dadanya sendiri lalu disodorkannya ke mulutku. Gantian, sekarang dada kiri dengan mulutku, yang kanan dengan tangan kiriku….

Sudah saatnya untuk pindah ke kamar.

Aku bangkit berdiri. Tante masih tergolek duduk. Kancing tengah dasternya sudah semuanya terlepas, menyibak kesamping, tinggal celana dalamnya saja. Dada itu rasanya makin besar saja.

Kutarik kedua tangan Tante, tapi ia melepaskannya. Dibukanya gesperku, lalu kancing celanaku, dan ditariknya resleting dan celana dalamku. Penisku yang tegang itu keluar dengan gagahnya persis di depan mukanya.

“Uuuuuuuuuhhhh” Tante melenguh pelan memegang kelaminku, dielusnya.
“Kok besar sekali sih To, punyamu ini” Kuraih badannya, kubimbing ia ke kamarku sambil masih memegang senjataku, tertatih-tatih kami berdua.

Kukunci pintu kamarku, kurebahkan Tante perlahan di dipanku, kulucuti pakaianku, dengan bertelanjang bulat kudekati Tante.

Dengan perlahan kupelorotkan celana merah jambu itu. Kembali aku bertemu dengan rambut halus hitam mengkilat itu. Ada cairan bening di sana. Kutindih tubuhnya lalu kakinya menjepit tubuhku. Kamipun berciuman, saling menggigit lidah. Lalu akupun tak tahan lagi.

Aku bangkit. Kubuka kakinya lebar. Lubang sempit itu terbuka sedikit, merah. Sekarang aku tak perlu dituntun lagi. Aku sudah tahu. Kutempelkan kepala penisku ke lubang sempit itu, lalu kudorong hati-hati.

“Aaaaaaaaaaahhhhh, To, sedaaaaaap”

Kepalanya sudah masuk. Nikmaaaaaaaaaat!

Aku heran, lubang sesempit itu bisa “menelan” kepala penis besarku. Kenapa kupikirkan ? Yang penting enak.

Sambil memegangi kedua belah dadanya, aku mendorong lagi. Enak-enak geli atau geli-geli enak. Entah mana yang benar. Kudorong lagi, Aaah lagi, enak lagi, geli lagi.

Lagi kudorong, sampai habis, sampai mentok.

“Idiiiiiiiiiiiiih, Toooo, enak sekali”

Nyaman, sudah didalam seluruhnya.

Pinggul Tante mulai berputar. Aku tahu tugasku, menarik dan mendorong. Mulut Tante mengeluarkan bunyi-bunyian setiap aku mendorong. Melenguh, mendesah, kadang menjerit kecil, atau kata-kata yang tak bermakna.

Kejadian tiga hari lalu berulang. Baru beberapa kali “tusuk” aku sudah merasakan geli luar biasa. Nampaknya aku tak mampu menahan lagi. Ah, kenapa begini ? Aku tak bisa tahan lama. Aku cemas jangan-jangan Tante nanti kecewa lagi. Tapi bagaimana lagi, aku sudah hampir tiba di puncak.

Aku coba berhenti bergerak sambil menahan agar jangan sampai keluar dulu, persis kalau aku menahan kencing. Tapi begitu aku diam, pantat Tante langsung berputar. Seluruh bagian tubuh yang di dalam sana memeras-meras kelaminku. Oh, aku tak akan berhasil menahan diri. Langsung saja aku bergerak lagi, makin cepat malah. Ocehan Tantepun makin ngawur.

Aku jadi cepat, makin cepat dan semakin cepat, lalu ……. badanku bergetar hebat, mengejang, berulang, memuntahkan, mengejang lagi, muntah lagi…

Tante berhenti berputar, lalu menjepit kakiku, menerima pelepasanku. Rasanya aku mengeluarkan banyak sekali. Lalu akupun ambruk di atas tubuh Tante.

Aku selesai. Selesai menggetar, selesai mengejang, selesai melepas, selesai semuanya. Tanteku selesai terpaksa. Aku yakin ia kecewa lagi.

“Tante, gimana Tante, saya engga bisa menahan lagi …”
“Hmmm, To”
“Maafkan lagi saya, Tante. Saya gagal”
“Sudahlah, To”
“Saya hanya memuaskan diri sendiri”
“Tante bilang sudahlah, kamu lumayan tadi”
“Lumayan gimana Tante ?”
“Ada kemajuan dibanding yang lalu. Tante merasa enak, tadi”
“Tante bohong! Tante cuma menghibur saya”
“Benar, To. Memang Tante merasa belum “tuntas”, tapi kocokanmu tadi bisa Tante nikmati”. Aku agak tenteram.
“Ini karena kamu belum biasa, To. Tante yakin, lama-lama kamu akan mampu. Barangmu kerasnya luar biasa”
“Gimana caranya supaya saya bisa lama, Tante ?’
“Nanti kamu akan tahu sendiri”
“Ajarin saya ya, Tante” Tante tak menjawab. Akupun berdiam diri. Lama kami berdua membisu. Tante melihat jam, pukul empat sore, lalu bangkit mencari-cari pakaiannya yang berserakan.

“Tante mandi dulu, ya ?”

Aku membantunya berpakaian.

Merapikan karet celana dalamnya, mengkaitkan kutangnya, mengancingkan dasternya. Ada sesuatu yang lain kurasakan. Aku merasa demikian “mesra” membantunya berpakaian. Aku serasa membantu isteriku!

Ya, barusan aku merasa meniduri isteriku. Kupeluk Tante erat sekali, agak lama. Lalu kucium pipinya dalam-dalam.

“Tante”
“Apa, To ?”
“Tarto sayang Tante” kataku tiba-tiba. Dipandangnya mataku lurus-lurus.
“Apa maksudmu To”
“Engga tahu Tante, pokoknya saya sayang sama Tante. Tante jangan kapok, ya ? Tarto ingin kita terus begini”
“Oh, itu maksudmu. Asal kamu bisa jaga rahasia”
“Bisa, Tante”
“Juga harus hati-hati”
“Iya,Tante” Tanpa kusadari, penisku bangun lagi.
“Sudah, mandi sana” Tante ke luar kamarku

***

Malam itu aku nonton TV sendirian. Tante ada di kamarnya, tertutup. Aku kesepian. Aku mengharapkan Tante akan ke luar dari kamar menemaniku di sini. Kemudian aku mendekatinya, lalu ciuman, raba-raba, dan …diakhiri dengan hubungan suami-isteri.

Heran aku, baru tadi sore aku dipuaskan oleh Tante di kamarku, malam ini aku ingin lagi! Aku ingin kenikmatan itu lagi. Aku tetap menunggu.

Jam 9 malam. Tante belum juga muncul.

Pukul 9.30, tidak juga.

Kemarilah Tante, aku merindukanmu.

Malam ini adalah malam pertama Oom tak ada di rumah. Ayolah Tante, ini kesempatan yang tak boleh dilewatkan.

Atau kuketuk saja pintunya, lalu aku masuk ?

Ah jangan. Itu kurang ajar, namanya.

Tubuh indah itu sendirian di kamar.

Buah dada putih itu tak ada yang mengelusnya.

Kelamin berambut halus itu tak ada yang memasukinya malam ini.

Kenapa engkau tidak ke luar ?

Barangkali Tante memang tidak membutuhkannya. Paling tidak malam ini.

Ya, kalau ia butuh tentunya akan mendekatiku.

Jam 10, belum ada tanda-tanda.

Aku putuskan, malam ini memang Tante tak mau diganggu. Biar sajalah. Toh besok siang, sore, atau malam masih ada kesempatan. Oom Ton menginap di Bandung dua malam. Yah, besok sajalah.

Tapi aku ingin malam ini!

Aku ingin malam ini kelaminku masuk dan kemudian mengeluarkan cairan dengan nikmat!

Kemudian aku mengeluarkan penisku yang sudah tegang itu. Kata Tante punyaku ini besar. Entah benar-benar besar, aku tak tahu. Sebab aku belum pernah lihat punya orang lain.

Karena tidak ada Oom Ton, aku jadi makin berani menggoda Tanteku. Seperti waktu sarapan tadi. Aku mengelus-elus bahu dan lengan atasnya yang terbuka di meja makan. Bahkan mencium pipinya.

“Hati-hati, To”
“Ya, Tante, Kan saya lihat-lihat keadaan dulu”
“Mar ada di belakang” katanya.
“Tante”
“Ehm ?”
“Tarto sayang Tante”
“Aku udah ada yang punya, To” katanya sambil mencubit pahaku. Aku senang.
“Ya. Pokoknya saya sayang” Jangan-jangan aku jatuh cinta benar-benar sama Tanteku ini.
“Semalam Tante ke mana. Saya tunggu-tunggu”
“Ya. Tante tahu, kamu nonton TV. Kamu masuk kamar jam 10 ‘kan ? Masa’ mau terus-terusan”. Aku lega, Tante tak tahu perbuatanku semalam yang menyelinap ke kamar Mbak Mar.
“Iya dong. Mumpung ada kesempatan. Sekarang juga saya mau” kataku nakal.
“Gila, kamu To. Awas jangan sampai mengganggu sekolahmu!”
“Habis Tante betul-betul menggemaskan” Aku ngaceng lagi!
“Udah ah, berangkat sana, nanti telat”
“Tapi nanti lagi ya Tante, janji dulu”
“Lihat dulu nanti”

Bagaimana tidak mengganggu sekolah, seharian aku ingat Tante terus. Membayangkan apa yang akan kuperbuat nanti bersama Tante


Cerita Sex Dewasa | Goyangan Maut Tante Any

$
0
0


image


Cerita Sex Dewasa | Goyangan Maut Tante Any - Sebut saja namaku Pram, aku adalah suami dari seorang istri yang menurutku sungguh sangat sempurna. Namun begitu sebagaimana layaknya sebuah pepatah, rumput tetangga sangatlah segar, itu yang berlaku dalam kehidupanku. Walaupun pelayanan yang kuterima dari istriku sungguh tidak kurang suatu apapun, masih juga terlintas dalam anganku fantasi yang menggairahkan setiap kali Tante Amy lewat di depan rumah.

Tante Amy adalah seorang pengusaha Garment yang cukup ternama di kota Solo. Kalau tidak salah tafsir, usia Tante Amy sekitar 38 tahun, sementara suaminya adalah pemilik sebuah penginapan di Pantai Senggigi Pulau Lombok. Barangkali karena lokasi usaha pasutri ini yang berjauhan, mungkin itulah penyebab mereka sampai sekarang ini belum dikaruniani momongan. Tapi sudahlah, itu bukan urusanku, karena aku hanya berkepentingan dengan pemilik betis kaki yang berbulu halus milik Tante Amy yang selalu melintas dalam setiap fantasi seksku. Kalau menurut penilaianku betis kaki Tante Amy bak biji mentimun, sementara gumpalan buah dada, pantat maupun leher Tante Amy sangatlah sejuk kurasakan seiring dengan air liurku yang tertelan dalam kerongkonganku.

Sore.., sehabis kubersihkan Tiger 2000-ku, terlihat Tante Amy keluar dari mobil. Saat itulah sejengkal paha putih di atas lutut tertangkap oleh mataku tidak urung kelaki-lakianku berdenyut juga. Lamunanku buyar oleh panggilan istriku dari teras samping. Sesuai rencana, aku akan mengantar istriku untuk berbelanja ke pasar untuk membeli oleh-oleh yang akan dibawa pulang ke Kalimantan (perlu kujelaskan di sini, istriku berasal dari Kalimantan Selatan).

Malam terakhir sebelum keberangkatan istriku beserta putra putriku ke Kalimantan sungguh suatu malam yang menggairahkan buatku. Bagaimana tidak, setelah sekian minggu tidak pernah kulihat istriku minum ramu-ramuan anti hamil, malam ini dia kulihat sibuk di dapur mengaduk dua buah gelas jamu, satu untuknya satu untukku. Anak-anak asyik main video game di ruang keluarga di temani Ryan adikku. Kode rahasia dari kelopak mata istriku mengajakku masuk ke kamar tidur.

Setelah mengunci pintu kamar, aku duduk di kursi sambil mengupas apel, sementara istriku yang mengenakan gaun tembus pandang sedang meletakkan dua buah gelas berisi rahasia kedahsyatan permainan ranjangku di meja di dekatku. Tonjolan payudara yang amat terawat bagus itu menyembul tepat di depan mataku. Pembaca yang budiman, cita rasa hubungan seksku adalah menarinya Citra istriku mengawali kisah ranjang.

Setelah kuminum jamu, aku mendekati Citra sambil memandangi dari ujung kaki sampai ujung rambut panjang sebahunya perlahan kutelusuri. 15 menit sudah berlalu, Citra mulai melepas satu persatu pakaiannya hingga akhirnya tinggal BH dan celana dalamnya yang menutupi point penting persembahan untukku. Kudekap Citra sambil kucium mata indahnya, desahan napas terasa hangat terhembus di helaian bulu dadaku. Lidahku yang terjulur memasuki mulut Citra dan perlahan bergerak memutari langit-langit rongga mulut istriku. Balasan yang kurasakan sangatlah hangat menggetarkan bibirku.

Tangan Citra yang melingkari tubuhku bergerak melucuti bajuku. Sementara jilatan lidahku mampir mendarati leher yang putih bergelombang bak roti bolu itu. Jilatanku pindah ke belakang leher dan daun telinganya. Pelukanku memutar ke belakang diikuti belaian tanganku memutari gumpalan payudara yang semakin mengeras. Tidak urung telapak tanganku semakin gemetaran, kuremas halus payudara Citra dengan tangan kananku sementara tangan kiriku meraba dan mengusap sekujur pusaran. Citra mendesah-desah sambil memegang klitorisnya.

“Ouch.., uhh. Mas antar aku ke puncak sanggama buat sanguku pisah tiga minggu denganmu..!” permohonan Citra memang selalu begitu setiap bersetubuh.
“Janganlah terlalu banyak bicara Citraku, lebih baik kita nikmati malam ini dengan desah napasmu, karena desah napas dan erangan kepuasanmu akan membuatku mampu mengantarmu ke puncak berulang-ulang. Kau tahu kan penyakitku, semakin kau mengerang kenikmatan semakin dahsyat pacuan kuda kontolku,” jawabku.
“Aacchh.., huuhh.., hest..!” desah napas Citra keluar sambil kedua tangannya memeluk wajahku dan perlahan menuntunnya menelusuri titik-titik kenikmatan yang kata orang titik kenikmatan perempuan ada beratus-ratus tempatnya.

Memang sampai saat ini aku tidak pernah menghitung entah ada berapa sebenarnya titik itu, yang jelas menurutku tubuh perempuan itu seperti permen yang semuannya enak dirasa untuk dijilati, buktinya setiap mili tubuh istriku kujilati selalu nikmat dirasakan Citraku. Perjalanan lidahku lurus di atas vagina yang kemudian menjilat helaian bulu halus menuju Vagina. Harum semerbak aroma vagina wanita asal Kalsel hasil dari Timung (Timung adalah perawatan/pengasapan ramu-ramuan untuk tubuh wanita-wanita asal Suku Kalimantan) membuatku menarik napas dalam-dalam.

Kulumanku mendarat di bibir vagina sambil sesekali menarik lembut, membuat Citra menanggapi dengan erangan halus dan tekanan tangannya menekan kepalaku untuk semakin menelusuri kedalaman jilatan lidah mancari biji kedelai yang tersembunyi. Gigitan halus gigiku menarik lembut klitoris merah delima. Tanpa kusadari Citra mengulurkan balon jari kepadaku, jari tengah tanganku yang terbungkus dengan balon karet pelan kumasukkan ke dalam lubang vagina Citra dan menari di dalam menelusuri dinding lubang senggamanya.

“Hsstt.. uuhh.. aduduhh..!” desah napas Citra membuat kedua kakinya gemetaran, “Ayo Mas..! Sekarang..!” pintanya tidak sabar lagi.
Batang kemaluanku yang sejak tadi mengejang ditariknya menuju ring tinju persetubuhanku. Penisku memang tidak seberapa besar, namun panjangnya yang 18,3 cm ini sejak perjaka dulu kupasangi anting-anting, dan hal itu yang membuatku mampu main berulang-ulang.

Di atas ranjang Citra membuat posisi silang, posisi yang sangat dia senangi. Tanpa membuat roman tambahan, kumasukkan batang kemaluanku ke lubang vagina yang sudah siap tempur itu.
“Uuch.. aacchh.. terus genjot Mas..!” desahnya.
Tanpa mencabut penisku dari lubang, Citra membuat posisi balik, “Ii.. ii yaa begitu Mas teeruus..!”
Sekali lagi kelenturan hasil fitnest Citra membantu membalik posisi menungging tanpa kucabut batang kemaluanku yang masih menancap di liangnya.

Dengan gerakan katrol kuhujani celah pantat Citra dengan kencang.
Akhirnya, “Uuu.. uch aa.. ach e.. ee.. enakk..!” teriakan kecil Citra membuatku semakin kencang menusuk vaginanya dengan semakin dahsyat.
“Tunggu aku Cit.. kita sama-sama.. oya.. oy.. yack.. uuhh..!” desahku.
Kupeluk dari belakang tubuh yang terbalut dengan peluh, terasa nikmat sekali. Akhirnya malam ini Citra kewalahan setelah mengalami orgasme sampai lima kali hingga aku telat bangun pagi untuk jogging sambil melihat tubuh indah Tante Amy lari pagi di Minggu yang cerah ini.

Hari ini masuk hitungan ke tiga hari aku ditinggalkan oleh istriku pulang mudik, fantasi Tante Amy selalu hadir dalam kesepianku. Hingga tanpa kusadari pembantu Tante Amy mengetuk pintu depan rumahku.
“Pak Pram saya ke mari disuruh Ndoro Putri minta bantuan Pak Pram untuk memperbaiki komputer Ndoro Putri,” kata pembantu Tante Amy.
Ya.. inilah namanya ‘kuthuk marani sundhuk’ (datang seperti apa yang diinginkan).
“O ya, sebentar nanti saya susul.” kusuruh Bik Ijah pulang duluan.

“Kulo nuwun..” kekethuk pintu depan rumah Tante Amy tanpa kudengar jawaban, hanya klethak.. klethok suara langkah kaki menuju pintu yang ternyata Tante Amy sendiri yang datang.
“Silahkan masuk Dik Pram, Tante mau minta tolong komputer Tante kena Virus. Silahkan langsung saja ke ruang kerja Tante.”
Tanpa berkata-kata lagi aku masuk menuju ruang kerja Tante Amy yang menurutku seperti kamar Hotel 7 (Obat Sakit Kepalaku yang sedang puyeng ngelihat lenggak-lenggok jalan Tante Amy di depanku).

Sejujurnya kukatakan aku sudah tidak karuan membayangkan hal-hal yang menggairahkan. Sambil aku menunggu Scan Virus berjalan, kutelusuri pelosok ruangan kerja Tante Amy (sengaja kuhilangkan label Tante di depan nama Amy untuk menghibur dan membuat fantasi di benakku tentang kharisma seksualitas pemilik ruangan ini). Khayalanku buyar dengan kedatangan si pemilik ruang kerja ini. Pendek kata, sambil kerja aku di temani ngobrol oleh Tante Amy kesana kesini sampai akhirnya Tante Amy menyinggung rasa kesepiannya tanpa kehadiran anak di rumah yang megah ini.

“Dik Pram nggak tahu betapa hampa hidup ini walau terguyur dan tertimbun harta begini tanpa kebersamaan suami dan hadirnya anak. Selain Om Jhony itu nggak bisa ngasih keturunan yang dapat memberikan kehangatan keluarga. Keadaan ini membuatku butuh teman untuk menghapus kekeringanku.” cerita Tante Amy membuat kelakianku langsung bangun.

“Perkawinanku diambang kehancuran karena kerasnya mertuaku menuntut kehadiran cucu-cucu untuk mewarisi peninggalan Papanya Om Jhon. Sebenarnya jujur kukatakan Om Jhony nggak mau pisah denganku, apapun yang terjadi. Malah pernah diluar kewajarannya sebagai seorang Suami dan kepala Rumah Tangga, Om Jhony pernah memintaku untuk membuat Bayi tabung.” cerita Tante Amy tidak seratus persen kuperhatikan, karena aku lebih tertarik melihat betis biji timun Tante Ami dan pahanya tersingkap karena terangkat saat duduk di sofa.

Ternyata tanpa kusadari sebenarnya Tante Amy memancing hasratku secara tidak langsung. Walau sedikit ragu aku semakin mengarahkan pembicaraan ke arah seks. Tanpa sadar aku pindah duduk di dekat Tante Amy, dan tanpa permisi kupegang dan kuremas tangannya. Ternyata perlakuanku itu tidak mendapatkan penolakan sama sekali. Hingga akhirnya dalam posisi berdiri kudorong Tante Amy ke tembok dan kucium bibir merekah delima itu.

Dengan hasrat yang menggebu-gebu aku agak kasar dalam permainan, sehingga terbawa emosi menyerang sekujur tubuh Tante Amy yang tentunya takut ketahuan pembantu. Permainanku berhenti sejenak karena Tante Amy bergegas menutup pintu. Dan mungkin karena Tante Amy telah sekian lama kering tidak pernah disemprot air mani suaminya, dia terkesan terburu-buru. Dengan cepat dia melepas pakaiannya satu persatu hingga menyisakan BH dan celana dalamnya.

Kini aku tahu betapa indahnya rumput tetangga dan betapa dahsyatnya gairahku. Kudorong Tante Amy rebah di atas meja kerja dengan tangan kananku meremas payudaranya yang kenyal karena belum pernah melahirkan. Terasa nikmat sekali payudaranya kuremas-remas, sementara tangan kiriku melepaskan celana dalam biru lautnya. Aduh itu bulu-bulu halusnya membuatku merinding. Tidak kuingat aku siapa Amy itu siapa.., Nilam dan Ziddan (anakku) yang sedang jauh di sana, semuanya kulupakan karena aku sudah terselimuti nafsu setan duniawi. Aku semakin menggila melumat dan menjilat, meraba serta meremas pantat Tante Amy yang sekal plus mulus terawat ini.

Tante Amy menggelinjang kenikmatan merasakan pelayananku. Vagina Tante Amy ternyata masih teramat kuat mencengkeram penisku yang membuatnya terbelalak kagum plus ngeri melihat anting-anting yang kupasang di bawah ujung kepala kemaluanku. Tante Amy tidak sabar menanti nikmatnya ditusuk pistol kejantananku. Lagi-lagi Tante Amy kelewat terburu-buru menyerangku yang akhirnya aku merasa sedang diperkosanya. Anting-anting yang maha dahsyat tergantung setia selalu bertahun-tahun kupakai terasa sakit oleh hisapan dan kuluman serta gigitan giginya.

Lidah Tante Amy berputar memutari batang kemaluanku. Aku menggelinjang tidak karuan. Pikir punya pikir inilah hasil dari pikiran kotorku selama ini, ya sudah, kunikmati saja walau sakit. Mendadak Tante Amy ganas menyerangku, didorongnya aku ke sofa, dengan posisi duduk bersandar aku menerima tindihan tubuh indah Tante Amy yang posisinya membelakangiku. Kemudian dipegangnya pistol gombyokku dan diarahkan ke vaginanya. Lalu dengan ngos-ngosan Tante Amy naik turun menekanku, ini berlangsung kurang lebih 15 menit.

Kini posisi Tante Amy menghadapku. Lagi-lagi dipegang penisku dan dimasukkan ke liang vaginanya. Nah.., ini baru membuatku merasa enak karena aku dapat dengan leluasa mengulum putingnya dan mengusap-usap bulu halus betis biji timunnya. Goyang sana goyang sini, sekarang dengan kekuatanku kuangkat tubuh Tante Amy dengan posisi berdiri. Kunaik-turunkan dan kurebahkan di sofa tubuhnya. Kutaruh kaki indah ini di bahuku, kuhujani Tante Amy dengan gesekan-gesekan tajam. Dalam hal ini dia mulai merasa tidak tahan sama sekali, kakinya yang melingkar di bahuku semakin kencang menjepitku. Dia mengerang kenikmatan mencapai klimaks orgasme.

Aku merasa heran, aku merasa belum mau keluar. Sudah berbagai posisi kulakukan, belum juga keluar. Tante Amy semakin merintih kewalahan, aku tidak mau melepaskan hujanan-hujananku. Anting-anting saktiku membantu membuatku dapat main sampai empat kali Tante Amy mengalami orgasmenya.

Hingga pada suatu ketika aku merasa mendekati pelabuhan, kubiarkan batang kemaluanku tertanam dan tertimbun bulu-bulu kemaluannya yang tidak seharum punya Citra, istriku. Tanpa sadar aku terikat kenikmatan sedang main dengan istri orang. Lalu laharku muntah di dalam vagina bersamaan dengan orgasme Tante Amy untuk yang kelima kalinya. Aku lemas dengan masih membiarkan penisku yang terbenam dan tertimbun bulu vaginanya. Aku terkulai merasa hangat di atas tubuh Tante Amy yang basah oleh keringat.

Lama-lama aku sadar, aku bangun tapi kok Tante Amy tidak bergerak. Ach.., mungkin dia tertidur kenikmatan. Kutepis anganku dari pikiran yang tidak-tidak. Aduh mak, Tante Amy ternyata pingsan. Tapi melihat seonggok tubuh montok berbulu halus, gairahku tumbuh lagi. Perlahan kujilat dari ujung kaki sampai pangkal paha dengan membalik posisi pistolku menindih wajahnya. Kukulum vagina Tante Amy sampai tiba-tiba aku kelelahan dan tertidur.

Akhir cerita, perbuatanku ini berlangsung terus tanpa setahu suami Tante Amy dan Istriku. Sampai suatu hari kutahu Tante Amy sedang hamil tua yang tidak lain karena mengandung benihku, tapi herannya hubungan Tante Amy dengan suaminya tambah mesra. Kutahu juga belakangan hari mertua maupun orangtua Tante Amy sering hadir di rumah yang letaknya di depan rumahku.

Cerita Sex Dewasa | Sekretaris ku yang Menggoda

$
0
0


image


Cerita Sex Dewasa | Sekretaris ku yang Menggoda - Saking buru-burunya, ia tidak membaca lagi tulisan atau gambar yang menunjukkan bahwa WC itu untuk pria atau untuk wanita. Ia langsung masuk saja. Namun.., begitu tiba di dalam WC itu, ia melihat seorang pria bertubuh atletis sedang pipis. Ups! Pria itu terkejut dan menoleh.., “Eh Shinta.., kamu salah masuk.., ini WC pria..” Shinta terkejut setengah mati. Ternyata sang supervisor sedang pipis di situ. Dan tanpa sengaja, kedua mata Shinta terarah pada benda panjang bulat dari ritsluiting celana panjang yang sedang dipegang sang supervisor. Ternyata batang kemaluan si supervisor belum dimasukkan ke sarangnya. Dengan muka tersipu memerah karena malu, Shinta membuang mukanya dan segera ingin berlalu dari tempat itu. Sial..! gerutunya dalam hati.
Tapi rupanya si supervisor tidak ingin membuang kesempatan emas itu. Dengan sigapnya tangan Shinta ditarik dan tubuhnya disandarkan ke tembok. “Shin.. sudah lama sebenarnya aku ingin menikmati keindahan tubuhmu.. Pasti kau juga pernah mendengar bahwa di kantor ini yang paling perkasa adalah aku.. Nah sekarang tiba saatnya kita mencoba apa yang kamu dengar dari teman-teman..”
Mendengar itu Shinta kaget setengah mati. Ia tidak menyangka bahwa supervisor yang sangat dihormati karena kharismanya, memiliki hati yang demikian bejadnya. “Tapi Pak.., saya sedang sakit perut nih.., lagian Bapak ‘khan supervisor saya.., masa Bapak tega melakukannya pada saya?”
“Oh.., jangan kuatir Shin.., cuma sebentar kok.. Ibu Edi saja pernah melakukannya denganku kok..”, kata si supervisor sambil dengan kasar membuka kancing stelan atas yang dipakai Shinta. “Ja.., jangan Pak.., tolong jangan.., ingat posisi Bapak di kantor..”, jerit Shinta. “To.., tolong.., tolong..!”, tampak Shinta berusaha meronta-ronta karena tangan si supervisor mulai masuk ke dalam BH-nya yang berukuran super besar, 38C. Dan.., bret.., bret.., baju Shinta terlihat sudah sobek di sana sini.. Dan dengan sekali hentakan, BH Shinta turun dan jatuh ke lantai. Walau sudah berusaha mendorong dan menendang tubuh atletis itu, namun nafsu si supervisor yang sudah demikian buas terus membuatnya bisa mencengkeram tubuh mulus Shinta yang kini hanya mengenakan celana dalam dan terus menghimpitnya ke tembok WC itu.
Karena merasa yakin bahwa ia sudah tidak bisa lari lagi dari sana, Shinta hanya bisa pasrah. Sekarang mulut si supervisor sudah mulai menghisap-hisap puting susunya yang besar. Persis seperti bayi yang baru lahir sedang menyusu ke ibunya. Gairah dalam diri Shinta tiba-tiba muncul dan bergejolak. Dengan sengaja diraihnya batang kemaluan si supervisor yang sudah berdiri dari tadi. Dan dikocok-kocokknya dengan pelan. Memang batang kemaluan itu amat besar dan panjang. “Wah, pasti enak nih kalo ngisi lubang gue.., udah lama gue ngangenin batang kenikmatan yang segini besar dan panjangnya..”, pikir Shinta dalam hati.
Sementara itu tangan si supervisor pun sudah melepaskan seluruh celana dalam putih yang dikenakan Shinta… Dan si supervisor pun ikut membuka semua pakaiannya.., hingga kini keduanya sama-sama dalam keadaan tanpa busana selembar benangpun. Si supervisor mengangkat kaki kanan Shinta ke pingggangnya lalu dengan perlahan ia memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaan Shinta. Bles.., bless.., jebb.., setengah dari batang kemaluan itu masuk dengan sempurna ke liang surga wanita yang rupanya sudah tidak lagi perawan itu. Shinta terbeliak kaget merasakan besarnya batang kemaluan itu di dalam liang kewanitaannya. Si supervisor terus saja mendorong maju batang kemaluannya sambil mencium dan melumat bibir Shinta yang seksi itu. Shinta tak mau kalah. Ia pun maju mundur menghadapi serangan si supervisor. Jeb.., jeb.., jebb..! Batang kemaluan yang besar itu keluar masuk berkali-kali.. Shinta sampai terpejam-pejam merasakan kenikmatan yang tiada taranya… Sakit perutnya pun sudah terlupakan.
Sepuluh menit kemudian, mereka berganti posisi. Shinta kini berpegangan ke bagian atas kloset dan pantatnya di hadapkan ke si supervisor. Melihat pemandangan menggairahkan itu, tanpa membuang-buang waktu lagi si supervisor segera memasukkan batang kemaluannya dari arah belakang kemaluan Shinta.., bless.., bless.., jeb.., jebb..! Si supervisor dengan asyik melakukan aksinya itu. Tangan kanannya berusaha meraih payudara Shinta sambil terus menusukkan batang kemaluan supernya ke kewanitaan Shinta.
“Bapak duduk aja sekarang di atas kloset ini.., biar sekarang gantian saya yang aktif..”, kata Shinta di tengah-tengah permainan mereka yang penuh nafsu. Supervisor itu pun menurut. Tanpa menunggu lagi, Shinta meraih batang kemaluan yang sudah 2 kali lebih keras dan besar itu, untuk segera dimasukkan ke liang kenikmatannya. Ia pun duduk naik turun di atas batang kemaluan ajaib itu. Sementara kedua mata si supervisor terpejam-pejam merasakan kenikmatan surgawi itu. Kedua tangannya meremas-remas gunung kembar Shinta. “Ooh.., oh.., ohh..”, erang Shinta penuh kenikmatan.
Batang kemaluan itu begitu kuat, kokoh dan keras. Walau sudah berkali-kali ditusukkan ke depan, belakang, maupun dari atas, belum juga menunjukkan akan menyemburkan cairan putih kentalnya. Melihat itu, Shinta segera turun dari pangkuan supervisor itu. Dengan penuh semangat ia meraih batang kemaluan itu untuk segera dimasukkan ke mulutnya. Dijilatnya dengan lembut kemudian dihisap dan dipilin-pilin dengan lidahnya… oooh.., oh.., oohh.., kali ini ganti si supervisor yang mengerang karena merasakan kenikmatan. Lima belas menit kemudian, wajah si supervisor tampak menegang dan ia mencengkeram pundak Shinta dengan sangat erat.. Shinta menyadari apa yang akan terjadi.., tapi ia tidak menghiraukannya.., ia terus saja menghisap batang kemaluan ajaib itu.., dan benar.., crot.., crot.., crott..! Semburan air mani masuk ke dalam mulut seksi Shinta tanpa bisa dihalangi lagi. Shinta pun menelan semua mani itu termasuk menjilat yang masih tersisa di batang kemaluan supervisor itu dengan lahapnya…
Sejak peristiwa di WC itu, mereka tidak henti-hentinya berhubungan intim di mana saja dan kapan saja mereka bernafsu.., di mobil, di hotel, di rumah si supervisor (bahkan walau sang isteri sedang hamil).

Herry, Teganya Kau…

$
0
0
http://img175.imageshack.us/img175/9137/putihdanmuluz1.jpg

Saya ingin menceritakan pengalaman seks saya 8 tahun yang lalu, sekarang saya sudah berumur 22 tahun. Cerita ini mengenai mengapa saya kehilangan perawan saya untuk pertama kali. Semenjak itu, saya menjadi kesal dengan semua laki-laki tapi bukan berarti saya menjadi lesbi. Saya bukan lesbi tapi saya juga tidak mau mengenal laki-laki. Tidak tahu lagi apa itu namanya.

Saya adalah cewek yang lumayan cantik karena saya memiliki hidung yang mancung dengan mata yang kecil dan lentik.
Payudara saya cukup besar untuk cewek berumur 14 tahun saat itu. Saya tidak mempunyai pacar karena saya ingin belajar giat supaya saya bisa bersekolah di Philadelphia, United States setelah saya lulus SMA nanti. Saya memiliki kakak laki-laki yang usianya 2 tahun di atas saya. Namanya adalah Herry Susanto (Nama belakangnya bukan nama keluarga saya karena nama belakangnya adalah karangan saya saja). Dia satu sekolah dengan saya sehingga tiap hari Herry selalu menemani saya di sekolah. Saya tidak pernah berpikir kenapa dia sampai melakukan perbuatan maksiat itu terhadap saya apalagi saya adalah adik perempuannya satu-satunya.

Saat itu kami berdua sedang libur setelah 2 minggu menjalankan ujian kenaikan kelas. Saya masih ingat sekali bahwa hari kejadian itu adalah hari senin. Saat itu saya sedang nonton VCD Donald Duck dan Mickey Mouse. Ketika saya sedang menonton film tersebut, tiba-tiba saya mau pipis sehingga saya meninggalkan TV untuk cepat-cepat pergi ke kamar mandi karena saya tidak mau ngompol di sofa di mana saya sedang tiduran karena saya bisa dimarahi mama nantinya.

Saya lari ke kamar mandi dan langsung pipis. Itulah kesalahan saya yang fatal karena saya lupa menutup pintu. Sewaktu saya sedang pipis, kakak saya Herry datang tergopoh-gopoh. Saya yakin sekali bahwa Herry pasti habis memakai putaw atau jenis drugs yang lain karena saya sering melihat dia teler kalau habis pakai obat. Herry melihat saya sedang pipis dan saya membiarkan saja ketika dia masuk ke kamar mandi karena saya tidak ada perasaan curiga pada dia. Ketika dia masuk, tiba-tiba dia mengunci pintu kamar mandi dan tiba-tiba dia menyerang tubuh saya yang saat itu sedang pipis. Saya kaget dan hendak berteriak tetapi dengan cepat Herry menutup mulut saya dan mengancam mau membunuh saya kalau saya berteriak. Saya langsung menangis karena saya tidak mengerti kenapa kakak saya tega melakukan perbuatan bejad kepada saya.

Saya cuma menangis saja menyaksikan Herry membuka pakaian dan celana dalam yang saya kenakan. Setelah saya tidak memakai busana apa-apa lagi, Herry langsung menciumi puting susu saya dengan ganasnya sementara jari-jarinya memainkan klitoris saya. Saya masih menangis karena saya masih tidak mengerti tetapi di lain pihak, saya mulai menikmati permainan kakak saya karena saya kadang-kadang mendesah di tengah tangisan saya, apalagi saya sempat merasakan pipis beberapa kali ketika Herry mulai menjilati liang kemaluan saya dan memainkan lidahnya di dalam lubang kemaluan saya. Saya yakin dia menelan semua cairan kewanitaan saya. Perasaan saya saat itu tidak karuan karena saya mulai menyenangi permainannya dan sekaligus benci dengan sikapnya yang telah memperkosa saya.

Herry terus menjilati kemaluan saya dan saya sudah 2 kali merasakan ingin pipis tetapi saya tidak mengerti kenapa saya ingin pipis ketika dia menjilati kemaluan saya, saya merasakan kenikmatan yang maha dasyat. Tiba-tiba saya melihat Herry mulai membuka pakaiannya dan mulai mempersiapkan batang kemaluannya yang sudah mengacung sempurna. Herry langsung menciumi saya dan saya cuma bisa berkata, "Jangan.. jangan..", tetapi Herry diam saja dan mulai memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatan saya. Saya tahu saya masih perawan makanya saya meronta-ronta ketika dia mau memasukkan batang kemaluannya. Saya menampar pipinya tetapi dia malah membalas tamparan saya sehingga saya menjadi sangat takut waktu itu.

Akhirnya saya cuma diam saja sambil menangis sementara Herry mulai mengarahkan batang kenikmatannya ke dalam liang kemaluan saya. Ketika batang kemaluan Herry mulai masuk ke dalam kemaluan saya, saya merasakan sakit yang amat sangat tetapi saya tidak bisa melakukan apa-apa karena saya sangat ketakutan apalagi saya tahu dia dalam pengaruh obat, jadinya dia tidak menyadari bahwa dia sedang menyetubuhi adiknya sendiri.

Di saat Herry mulai memainkan batangannya di dalam lubang kenikmatan saya, saya merasakan ada cairan darah perawan yang keluar dari liang senggama saya yang sudah dirobek oleh kakak saya sendiri. Saya tiba-tiba menjadi tidak mengerti karena saya mulai menyukai goyangan batang kemaluannya di dalam liang kenikmatan saya karena secara otomatis saya mulai bergoyang-goyang mengikuti irama batang kemaluan Herry di dalam liang senggama saya walaupun saat itu saya masih menangis. Herry memeluk tubuh saya sambil terus menggenjot tubuh saya.

Selama 20 menit Herry tetap menggenjot tubuh saya dengan tubuhnya dan batang kenikmatannya yang tertanam di dalam liang kemaluan saya. Saya mulai merasakan bahwa saya ingin pipis tetapi kali ini saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya tetapi rasanya enak sekali dan saya sama sekali tidak mengerti apa itu tetapi ketika saya mengeluarkan cairan nikmat saya, saya berteriak dan memeluk kakak saya erat-erat dan ketika saya memeluknya erat-erat, rupanya batang kemaluan kakakku sepertinya tertanam lebih dalam lagi di liang kenikmatan saya sehingga dia sepertinya mengeluarkan cairan dari dalam batang kelaminnya dan membasahi lapisan kemaluan saya. Setelah itu, herry melepaskan pelukan saya serta mencabut batang kemaluannya dari dalam liang kenikmatan saya dan kemudian meninggalkan saya seorang diri.

Saya masih sempat melihat ada cairan bekas Herry yang masih menetes dari dalam lubang kemaluan saya. Saya hanya diam dan tiba-tiba saya menangis sedih karena harga diri saya telah dirusak oleh kakak saya sendiri. Sejak saat itu saya mulai membenci laki-laki, tetapi saya mulai mengenal seks karena ketika saya ingin sekali merasakan pipis nikmat, saya selalu melakukan masturbasi di kamar mandi atau bahkan di kamar tidur saya. Tapi tentunya saya selalu melakukannya kalau tidak ada orang di rumah. Sejak saat itu saya membenci kakak saya dan setiap kali ada lelaki yang mencoba mendekati saya, saya selalu mengolok-oloknya dengan kata-kata yang kasar sehingga satu persatu dari mereka menjauhi saya.

Sekarang saya berada di Philadelphia dan banyak teman saya yang mengatakan bahwa saya ini termasuk cewek bodoh karena saya selalu menolak cowok baik-baik yang cakap dan pandai dan itu tidak terjadi sekali. Saya memang membenci laki-laki tetapi saya bukan lesbi karena ketika saya menghindari semua laki-laki di dalam hidup saya, ada seorang lesbi yang mendekati saya dan saya juga menghindarinya. Akibatnya persahabatan kami menjadi renggang dan dia mulai meninggalkan saya. Saya hanya dapat mencapai orgasme ketika saya melakukan masturbasi ketika saya sedang mandi atau sebelum tidur. Jadinya itu membuat saya berpikir, kenapa saya perlu laki-laki kalau saya bisa memuaskan nafsu saya dengan swalayan.

KEMOLEKAN TUBUH GADIS ROOM SERVICE

$
0
0
Cerita Dewasa Ngentot Gadis Room Service Pelayan Hotel - Mendapat tugas luar kota dari kantor asyik juga buat refresing. Biar kata belum tentu tugas yang ku emban akan sukses, tapi namanya jalan-jalan di bayarin kantor tentu enak.

Karena pacarku, rina, lagi libur kuliah, ia maksa ikut. Gapapalah, gak dilarang sama kantor, asal transportasi aku yang tanggung, sementara akomodasi bisa buat berdua.

KEMOLEKAN TUBUH GADIS ROOM SERVICE

Malam jam delapan aku sudah tiba di kota tujuan, untuk kemudian menjalankan misi kantor besok pagi jam 9. mencari hotel di kota tujuanku tidak sulit, ada banyak hotel melati hingga bintang tiga yang ku temui di jalanan. Dengan pertimbangan jarak dengan tempat pertemuan dengan klien besok, aku langsung masuk ke hotel melati yang tampak sangat rapi, bangunan dua lantai, meski ku taksir tidak banyak kamar yang tersedia, paling-paling hanya sekitar 20-30 kamar di hotel itu.

Aku dan Rina langsung menuju receptionis. Satu wanita dan satu pria melayaniku dengan sopan. Aku keluarkan Ktp dan ku persiapkan uang tunai untuk check in.
“mohon maaf bu, bisa lihat ktp ibu juga” pinta reeptionis pria kepada rina
Rina tidak keberatan, meskipun pengalaman ku chek in di hotel hanya ktp seorang saja yang di di catat.
“bapak dan ibu bukan suami istri ya?”
“belum”jawabku singkat
“aduh kalau gitu mohon maaf pak, kami tidak bisa menerima tamu pasangan yang bukan suami istri”
Pertanyaan kenapa, gimana dan sebagainya meluncur dari mulutku kepada reseptionis itu. kami mendapat penjelasan darinya, dan bahkan mereka berdua merekomendasikan hotel yang mengizinkan tamu yang bukan pasangan. Dengan kecewa aku pun batal untuk check in di hotel itu. gapapalah masih banyak hotel di sini.

Dalam perjalanan mencari hotel yang lain, aku dan rina menertawakan kami sendiri. “niat kamu udah ketahuan tuh”
namanya juga di dalam hotel dengan cewek, ngapain kalau nggak ngentot celetuku. Lagian, gaya pacaran aku dan rina sudah kayak suami istri, setiap ada kesempatan pasti ngentot. Termasuk di hotel yang akhirnya ku tempati.

Singkat cerita, aku telah melewati perjalan dinas itu. Enam bulan kemudian, aku di tugaskan kembali untuk datang ke kota ini. sialnya, rina, yang kali ini tidak ikut serta mewajibkan aku untuk menginap di hotel yang melarang kami dulu. Alasannya, biar aku gak macam-macam. Sebagai bukti, aku wajib menyerahkan bukti pembayaran. Buuusyyyyyyyyyyeeeeeeeeeeeet. segitunya.

Jam sembilan malam lewat aku mengurus check in. Tak ada kesulitan. Selain aku datang sendiri, tingkat hunian hotel juga lagi kosong. Akupun di antar oleh seorang cewek yang yang tadi duduk bersama di meja reseptiinost, jelas kulihat pin di dadanya bernama Maya...

“mas pendi itu yang kemaren lalu datang kemari dan gak jadi check in kan?” kata room service maya itu sambil berjalan.
Aku sedikit kaget, ternyata cewek ini masih mengenali ketika aku datang dan berniat nginap di hotel ini. “kok kamu inget sih mba”
“iya dong mas, sebagai karyawan hotel sebisa mungkin mengingat semua tamu yang datang” jawabnya sok yakin. Terserah lah apa katanya.

Pintu kamar di buka, maya mempersilahkan aku masuk, ia juga menjelaskan segala sesuatu yang bisa di gunakan di hotel itu sebagai fasilitas. Karena terlihat orangnya menyenangkan, aku memberanikan diri berkata padanya “mba, bisa nggak aku bawa cewek ke hotel ini. ada deh mba buat tutup mulut”
“emang ceweknya mana?”
“ya nyari dulu di luar, atau mba punya chanel kasih tahu saya, tapi yang cantik”
Gadis Room service rupanya mengerti maksudku, . “cantik nya segimana? Aku gak tahu”
“pokonya yang kulit putih, payudaranya besar, kayak mba gini lah, enak di lihat”
Kataku sambil memberitahukan tarif yang bisa ku sediakan.
“ooo…..ntar dipikirin dulu deh” jawabnya, lalu keluar dari kamarku.

Setelah aku mandi, aku santai di kasur sambil nonton tv. Tapi aku tetap menunggu jawaban dari maya room serivice.
Karena tak sabar gak dapat kabar, aku telepon ke receptionis.
“bisa bicara dengan maya?”
ternyata maya yang menjawab telepon .”sebentar lagi mas, tunggu aja”
maya memberi harapan untuk mencarikan ayam kepadaku. Jam sebelas lewat sepuluh menit pintu kamar ada yang mengetuk. Berarti kabar menggembirakan untuk dapat menuntaskan libido.
Ketika pintu kamar ku buka, aku melihat maya dengan tas di pundaknya, celinguk ke kiri dan kanan tidak ada siapapun di sampingnya “mana mba?”
Maya tidak menjawab, dia masuk ke kamarku, ada sedikit dongkol dalam hati, birahiku seakan takan tersalurkan. “katanya mau nyariin”
Maya kemudian menawarkan diri untukku, aku kaget. Tapi……
“mau nggak?” dia bertanya
“boleh…boleh…..” plas….plas….kontolku langsung ngaceng.
“kalau gitu, biar aku mandi dulu” maya melempar tasnya begitu saja.
Selagi maya mandi, aku sempat berpikir, mungkinkah dia bekerja ganda dan sering melakukan ini. ah, aku tak peduli.

Dasar cewek gak siapa gak siapa, kalau mandi lama, aku yang udah pengen ngetot gak sabar.

Keluar dari kamar mandi maya hanya mengenakan handuk saja. Oh cantik sekali dia. Pahanya mulus, pundaknya bersih banget. Diapun merebahkan badanya di kasur
“sering booking cewek ya mas”
“ah nggak juga, baru beberapa kali”
Aku yang tak sabar pengen ngentot mulai mengererangi paha mulusnya
“mas, nanti kalau nggak puas, mohon maklum ya, aku gak biasa ngelayani lelaki” tak lupa ia menceritakan bahwa dirinya bukan melakukan profesi ganda, yang di lakukannya sekarng karena baru di putus sama pacarnya yang telah merenggut perawannya itu. aku paham, tak apalah, yang pentingkan aku dapat ngentot memek room service cantik. Tapi, aku di minta memakai kondom. Tak masalah, aku punya stok kondom di dompet.

Tubuh bugil maya akhirnya terpampang di hadapanku. Aku mengakui ke molekan tubuhnya melebihi tubuh pacarku.
Maya memang tidak begitu agresif ketika aku melakukan rangsangan pemanasan. Erangan mulutnya baru terdengar ketika memeknya ku jilati. Gila, enak banget nih wangi memek room service.
“mas….oghh….aghh…..”
Oghh. …aku semakin terangsang……………ku sobek bungkus kondom. Ku pasang di kontolku yang sudah keras sekali.
“ogghhhh……agh…..”
“sekarang maya….”
Maya mengganguk. Kontolku ku masukan ke memeknya..bles….bles….bless…..oghh…oghh…bener….bener sempit nih memek, hanya karena sudah ku jilati hingga cukup mudah masuk.
aghhhhh…….aghhhhhhhhhhh.. oghhhh…………oghh….erangan kenikmatan silih berganti dari kami.
“mas……oghh….aghh…….”
:”kenapa sayang?....”
“Terus…terus….ogh……oghh……agh…….aghh……..”
“memek kamu enak sekali, maya…..”
“oghh………..ma…sssssaa…..mas…oghh…..”maya semaikn panas melayaniku bergelinjang kekiri dan kanan..
“oghhh…………agh…………ogh…….”
“mas…..oghh………..aghhhhhhhhhh……..”
“maya…aghh…..oghh………..aku keluar…agghhhh……………” crot..crot……….aku orgasme……..begitu juga maya, dia mengejang keras menjambak rambutku. Oghhhhh…………………..aogh…………………..
Aku terlkulai lemas di atas tubuhnya. Setelah itu ku tarik kontolku, terlihat kontol bersarung kondom di lumuri sperma yang tertahan..
“ighhhhh………..”iya tersenyum geli.
“mau di minum nggak?”
“gak gah jijik……”
“Enak lagi…’
“enggak ah, aku belum pernah.”meski tidak mau memimun spermaku, dia mengabil kondom di tanganku. Menuangkan ke telapak tangan, dan mencium baunya,

kami berdua membersihkan badan ke kamar mandi. Untuk kemudian kami kembali rebahan di kasur. Aku mengeluarkan uang bayaran seperti yang telah ku janjikan, termasuk tips untuk temannya.
“makasih yah, may……kapan-kapan kalau aku kesini lagi, masih mau kan”
“ngapain kapan-kapan, sekarang juga mau nambah boleh..” maya kemudian berkata malam ini malas pulang ke rumah, besok ia harus masuk jam tujuh pagi, ia pun meminta ku mengizinkannya menginap di kamar yang ku tempati. Aku seneng banget, karena berarti aku dapat ngentotnya lagi. Bahkan diapun tidak ingin meminta bayaran lagi.

Sungguh.. Tradisi yang Mengasyikkan

$
0
0
Aku dilahirkan di sebuah desa yang memiliki tradisi yang sangat unik terutama untuk urusan mendidik anak tentang sek. Desaku adalah sebuah desa yang agak terpencil. Untuk mencapai jalan aspal saja kami harus meretas semak belukar kurang lebih 30 kilometer dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Kalau dibelahan lain negeri tercinta ini ada tradisi menyuguhkan istri untuk tamunya (terutama orang terhormat — daerahnya cari sendiri ya.. ada sungguh) kalau di desaku hampir dapat dikatakan treesome tapi dalam batas hubungan keluarga. Begini ceritanya:

Ayahku adalah anak kedua dari tiga saudara yang semuanya laki-laki sedangkan aku anak tunggal dikeluargaku, meskipun aku tumbuh di desa tetapi sebagai anak tunggal aku tidak pernah kekurangan bahkan kalau hanya gizi keluargaku sangat berlebih. Sehingga aku tumbuh sebagai anak yang cukup”bongsor”. Walau umurku baru empat belas tahun tinggi badanku sudah lebih tinggi dari ayahku dan di desaku anak-anak seumurku rata-rata baru disunat mungkin karena jauh dari Puskesmas dan tenaga kesehatan.
Uwak (Pak de : Jawa) mempunyai anak dua orang semua cewek dan pamanku mempunyai anak satu orang juga cewek. Ketika itu aku baru tamat SD dan seperti tradisi di desa kami aku akan di sunat, saat itu umur ayahku kira-kira 40 tahunan tentunya pamanku lebih muda lagi. Istri paman yang biasa aku panggil bibi Irah adalah wanita asal sedesa sebagaimana wanita desa yang kegiatannya sehari-hari kesawah bibi Irah ini mempunyai badan yang bagus singset dengan perut yang kencang dan badan yang benar-benar seksi meskipun kulitnya agak kecoklatan namun masih ayu di usianya yang masih 30 tahunan.

Sebagaimana biasa bila dalam satu keluarga ada yang mengadakan pesta maka semua kerabat kumpul membantu apalagi bila ada pesta. Waktu aku sunat maka keluarga Uwak dan paman semua kumpul dirumah kami dan setelah pesta usai baru satu persatu mereka pulang. Menurut tradisi desa kami jika ada anak laki-laki sunat maka yang mengurus segala kebutuhan dan merawat harus istri pamannya, maka akupun harus diurus istri pamanku. Karena rumah kami cuma berjarak kurang lebih 50 meteran maka untuk memudahkan tugas bibi Irah aku diboyong ke rumah paman.

Akupun tidak merasa canggung ketika bibi memandikan atau memberikan obat sulfanilamid ke luka bekas sunatku. Sampai suatu ketika pada hari ke tujuh aku sunat lukaku benar-benar sembuh dan burungku sudah nampak gagah dengan topi baja yang mengkilat. Karena merasa sudah sehat aku bermaksud mandi sendiri dan kamar mandi kami cuma terbuat dari bambu yang dianyam namun untuk sumur dan bak mandi sudah di semen.

“Ndo, (aku biasa dipanggil Londo alias Belanda karena aku tinggi dan rambuntuku kemerahan) kamu belum boleh mandi sendiri lho.”, tegur bibi ketika aku mengambil handuk dan peralatanku mandi pada sore hari ketujuh.

“Memang kenapa bik?”
“Ihh pemali belum selasai masa pengasuhan bibi nanti kita kena tulah”, jawab bibi.
“Jadi…bi”
“Ya kamu masih harus dimandiin bibi”, kemudian bergegas bibi menghampiriku serta mengajakku masuk bilik mandi.

Sebagai wanita desa bibi biasa hanya mengenakan kemben dari kain, dan sore itu seperti biasa bibi mengenakan kemben yang menutupi dadanya hingga lutut, kalau selama saya masih belum sembuh saya dimandikan sambil duduk di kursi kayu sekarang saya berdiri dan seperti biasa akupun tanpa canggung ketika harus telanjang didepan bibiku.

Pelahan bibi mulai menyiramkan air ke tubuhku yang telanjang dan dengan sendirinya badannya yang masih terbungkus kainpun ikut basah, dan seperti biasa bibi mulai menyabuni badanku sambil sesekali posisinya merapat bila menyabun bagian belakang badanku tanpa sengaja dadanya yang suda basah kadang menempel di badanku, ada perasaan yang berdesir ketika payudaranya yang tidak terlalu besar menempel di dadaku terasa masih kenyal hangat dan lembut, tanpa terasa burungku perlahan mulai tegang. Begitu bibi membungkuk untuk menyabuni badanku yang bawah ia langsung teriak.

“Ahhh… Kamu sudah dewasa Ndo..”, serunya sampil dia memegang burungku dan di usapnya pelan-pelan, aku menjadi kaget karena serasa seluruh tubuhku bergetar dan aku hanya bisa mendesis karena tidak tahan merasakan nikmatnya burungku ditangan bibiku.

Bibi lalu berjongkok dihadapanku denga posisi wajahnya pas di depan selangkanganku bahkan mulutnya persis didepan burungku. Tangan kirinya masih mengusap-usap dan dan tangan kanannya meremas-remas buah zakarku. Sambil komat-kamit entah apa yang dilakukan kemudian dia meniup burungku, kemudian mulutnya didekatkan kepenisku dan dia mulai menjilati kepala penisku. Lidahnya berputar-putar dikepala burungku. Aku mendesis merasakan nikmat dan kegelian yang membuat batang penisku semakin tegang.

“Ohh… Biiiiiiik…”, desahku tertahan secara reflek tanganku memegang kepal bibiku yang berambut panjang hingga ikatannya terlepas maka tergerailah rambut bibiku yang panjang sampai ke pinggul, posisi duduknya yang jongkok membuat kemben bibi kendor dan melorot sehingga tersembulah payudaranya yang kencang mengkilap terkena air sabun dan tiba-tiba bibi mulai memasukkan burungku kemulutnya. Mulutnya penuh sesak oleh kepala burungku yang membesar pada ujung topi bajanya. Burungku dikeluar masukan di mulut bibi sungguh nikmat yang baru pertama kali ini aku rasakan.

Aku dibuatnya seolah-olah terbang keawang-awang dan tanpa dapat kutahan kepala burungku serasa mau meledak secara reflek kudorong kepala bibiku menjauh tapi justru bibi memasukkan semua burungku kedalam mulutnya dan… Crot…crot…crot… bibi sari semakin cepat mengocok dan mengulum burungku. Dengan menjerit panjang, aku tumpahkan semua cairan dari burungku ke dalam mulut bibi.

“Ohh…, ke..na..pa ku ini aku ini bi…”, tanyaku pada bibi.
Bibi tersenyum ke arahku dengan tanpa rasa jijik sedikitpun dia menjilati dan menelan sisa-sisa cairanku yang keluar.
“Itu tandanya kamu sudah dewasa Ndo… yang kau keluarkan tadi namanya pejuh (sperma)”, jelas bibiku sambil berdiri disampingku sudah tanpa selembar kainpun.
“Kenapa bibi telan?”, tanyaku bengong.
“Itu syarat Ndo… Nanti malam bibi akan berikan yang lebih enak lagi”, tambahnya sambil memelukku demi dipeluk wanita telanjang dan dadanya yang kenyal hangat dan halus menempel dikulit dadaku burungku lansung bangkit lagi dan tepat menyentuh bawah perut bibiku.
“Waah anakku benar-benar sudah menjadi pria yang jantan”, kata bibiku sambil tangannya menggenggam burungku. Kemudian bibi menyelesaikan acara memandikan aku terus memandikan dirinya dan setelah itu aku disuruhnya memakai sarung sedang bibi keluar dari kamar mandi masih memakai kainnya yang basah.

Didepan pintu kami ketemu paman, tapi paman hanya mengernyitkan alisnya.
“Sudah kok pak anak kita sudah menunjukan kedewasaannya”, kata bibi kepada paman.
“Oh ya… kalo begitu nanti malam bapak mulai keladang aja ya bun”, jawab paman.
“Tapi bapak harus ajari anak kita dulu baru berangkat.”
“Ya nanti bapak yang ajari ya Ndo”, kata paman padaku.
Aku sendiri cuma bengong tak tahu pembicaraan mereka tapi yang jelas burungku masih berdiri kencang dibawah kain sarungku.

Malam itu selepas jam 7malam habis makan kami berkumpul di balai-balai ruang tengah bibi hanya memakai kain sarung yang dililitkan di atas payudaranya sehingga separuh pahanya nampak putih dan bungkusan kain itu menambah tubuh bibi makin seksi dalam pandangan mataku, paman seperti biasa memakai kolor longgar tanpa pakai baju nampak otot-otot perutnya yang kekar dan memang pamanlah orang yang paling kekar di desaku, diusianya yang masih belum 40 tahun pamanku adalah laki-laki paling gagah, aku masih seperti habis mandi tadi masih bersarung karena belum berani pakai celana. Dinda anak paman sudah tidak ada lagi rupanya sejak siang ia sudah berada di rumahku dan menginap disana.

“Bun… mari kita mulai saja biar bapak nanti tidak kemalaman”, ujar paman.
“Ayo pak… bunda juga sudah siap kok”, kemudian bibi melepaskan kainnya sehingga telanjang bulat dan berbaring di balai-balai berbantalkan bantal kapuk randu. Melihat tubuh bibiku yang singset dengan perut yang rata, payudaranya yang indah mencuat ke atas serta selangkangan yang ditumbuhi bulu hitam lebat spontan burungku berontak naluriku mengatakan inilah kenikmatan yang akan aku dapatkan sebagaimana dijanjikan bibi siang tadi.

“Ayo Ndo kau copot semua sarungmu itu”, perintah paman sambil melepaskan kolornya dan tampaklah burung pamanku yang panjang dan mengangguk angguk mulai bangkit. Kemudian paman memintaku duduk disamping kiri bibiku, sedang paman dengan keadaan telanjang bulat bersila disamping kanan bibiku, entah apa yang dibacanya yang jelas mulutnya komat-kamit dengan bahasa yang aku tak mengerti.

“Paman akan tunjukan menggunakan kedewasaanmu Ndo maka kamu harus memperhatikan apa yang paman lakukan”, perintah paman sambil mengambil posisi berada jongkok diantara paha bibi yang tidur telentang. Tangan kirinya meraih selangkangan bibi dan jari-jarinya mulai menyibakan rambut tebal sedang tangan kanannya memegang burungnya dan perlahan paman mengarahkan burungnya keselangkangan bibi.

“Kau harus mengarahkan tototmu kearah lubang peranakan perempuan kemudian memasukkannya Ndo.”, kata paman kemudian.
“Kenapa paman?”, tanyaku parau sambil menelan ludah.
“Ya… supaya kamu bisa dapat anak… Ndo… nih lihat paman.”, kata paman sambil memasukkan burungnya diselangkangan bibi aku masih belum paham lubang apa yang ada disana, perlahan paman mendorong burungnya dan bibi mendesis-desis sepertinya keenakan. Setelah masuk mentok paman menarik lagi burungnya dan memasukkannya lagi perlahan bibi semakin menjadi-jadi desahannya aku benar-benar terkesima.

Darahku mulai mengalir kencang sementara bibi hanya memandangku dengan senyumannya yang manis. Makin lama gerakan maju mundur paman makin cepat dan tak teratur sedang bibi nampak mengimbangi dengan menggerakkan pinggulnya kesamping kanan dan kiri, hingga keduanya berpeluh…dan setelah beberapa menit kemudian paman beralih memeluk bibi dengan posisi bokong menghujam sehingga nampak melengkung tubuhnya dan sejenak kemudian meraka berhenti bergerak dengan napas makin tersengal. Setelah agak tenang paman melepaskan pelukannya pada bibi dan mencabut batang burungnya, nampaklah cairan putih membungkusnya dan aromanya menyengat sekali.

“Paman telah menumpahkan peju paman kedalam puki bibimu Ndo… dan itu bila saatnya tepat bisa menjadi anak… kau tahukan?”, tanya pamanku, aku hanya mengangguk tak bisa bersuara.
“Nahh… sekarang kau Ndo lakukanlah dengan bibimu paman akan tinggalkan kalian selama 10 hari”, lanjut paman terus bangkit dan mengenakan kolornya kemudian kekamar mengambil baju dan peralatan serta bekalnya terus keluar rumah dengan penerangan senter. Suara langkah kakinya perlahan menjauh..digantikan suara jangkrik yang mengisi malam. Aku masih memegangi burungku yang kecang ketika tangan halus bibi merangkulku dan susunya yang kenyal menyentuh kulitku.

“Ayo Ndo kamu sudah siap”, tanya bibiku, aku mengangguk bibi menciumku aku hanya bisa mengikutinya saja karena bagiku inilah pertama kali aku dicium wanita. Bibi mengajakku rebahan sehingga posisiku berada diatasnya menindih tubuhnya kurasakan bulu selangkangan bibiku yang halus menyentuh peruntuku sedang payudaranya yang menjulang persis dihadapanku.

“Menyusulah Ndo… seperti dulu kamu waktu bayi”, Kata bibi dengan napas yang mulai tersengal, aku tak tahu apakah karena tindihan badanku yang lebih besar dari bibi, seperti anak kecil aku menyusu bibiku tanganku yang satu memegang payudaranya yang satunya lagi, seperti takut terlepas, bibiku mulai mendesis-desis keenakan. Setelah beberapa saat aku menyusu payudara bibi bergantian kanan dan kiri kemudian tangan bibi menyelusup keselangkanganku mencari burungku digenggamnya, dan ditariknya perlahan seperti menuntunnya kearah lubang selangkangannya kurasakan sentuhan lembut hangat dan berlendir pada kepala burungku.

“Sekaraanng Ndo”, bisik bibiku parau, batang burungku, dituntunnya ke lubang pukinya. Perlahan-lahan dia mulai membuka pahanya kesamping dan dengan perlahan aku mulai menekannya. Kurasakan kepala burungku mulai memasuki lubang yang sempit, serasa dijepit dan dipijit-pijit. Mungkin karena baru pertama sensasi yang timbul luar biasa nikmatnya, meski agak susah, akhirnya amblas juga seluruh batang burungku ke dalam lubang puki bibi.

Aku mulai memaju mundurkan pantatku seperti diajarkan paman, hingga tototkupun keluar masuk lubang puki bibi. Sambil tanganku meremas-remas payudaranya.

“Ooh… Ndo… Nikk… Matt… Bangett tototmu”, rintih bibi.

Aku semakin bernafsu memaju mundurkan pantatku, bibi mengimbangi gerakkanku dengan memaju mundurkan juga pantatnya, seirama gerakkan pantatku. Membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Semakin lama semakin cepat gerakkan pantatnya.
“NDo…… Bibi… Tak… Tahann, ” jeritnya.

Kurasakan liang pukinya berkedut-kedut dan memijit tototku. Tangannya mencengkeram dengan keras pundakku.
“Ooh… Oo… ughhhh… hhhh”, desah bibiku panjang.
Puki bibiku makin keras meremas tototku, dan tototkupun sepertinya diperas-peras dengan benda berpermukaan yang lembut hangat dan…
“Ahhh… crot… crooot…crooot”.

Ada sesuatu yang menyembur dari ujung tototku. Aku terlkulai lemas memeluk bibiku.
Sampai sepuluh hari aku dan bibiku tiap hari melakukan pesetubuhan bahkan dalam satu hari kadang sampai empat lima kali sampai kadang tototku terasa ngilu. Selama itu juga jika aku sedang berjalan bersama bibiku dikampung teman-teman bibiku selalu tersenyum penuh arti. Bahkan bundaku pernah datang siang-siang ketika kami selesai besetubuh dan masih memakai kain dan sarung.

“Wahhh. Mbakyu Londo sudah benar-benar dewasa… lho aku sampai kewalahan”, kata bibiku kepada bunda. Bunda hanya memandangku penuh arti.

Kawan-kawanku sepermainan yang lebih dulu sunat bahkan menanyakan bagamana rasa memek bibiku apakah enak. Sebagai orang yang baru menjalani pendadaran kedewasaan aku hanya tahu bahwa melakukan persetubuhan dengan bibiku nikmat sekali. Rupanya hal ini sudah menjadi tradisi desa kami bahwa seorang bibi ipar harus mengajari keponakannya bersetubuh bahkan menurut Bang Udin kalau aku mau aku boleh juga minta ke isteri Uwakku. Dan itu benar-benar terjadi ketika itu hari ketiga aku dirumah bibi. Seperti biasa sehabis mandi pagi bersama bibi aku biasanya terus mengajak bibi untuk bersetubuh. Aku sudah mulai bisa merasakan nikmatnya menyetubuhi bibiku bahkan aku mulai berani membuka memek bibiku untuk aku lihat, aku cium baunya bahkan aku jilat lendirnya, dan rupanya memek bibiku benar-benar bersih dan terawat bahkan baunyapun enak sedang cairannya terasa gurih.

Ketika aku sedang menciumi memek bibi entah darimana tiba-tiba wak ijah sudah berada di samping kami sambing matanya melotot melihat bibi yang mendesah-desah. Aku kaget tapi ingat kata bang Udin aku jadi tenang yang jelas aku bisa dapat dua-duanya. Benar saja begitu bibi tahu uwak sudah didekatnya lansung menghentikan kegiatanku.

“O… kak Ijah ayo kak.. anak kita sudah pintar lo kak”, kata bibiku.
“Kebetulan… Uwak kan cuma punya keponakan laki-laki satu biar kali ini Londo belajar sama uwak ya.”, Kata uwakku.

Aku hanya memandangi uwaku yang mulai melepaskan pakaiannya satu persatu dan sungguh luar biasa biarpun usia uwak sudah empat puluh tahunan tapi tubuhnya nampak lebih sintal daripada bibiku bahkan payudaranya lebih besar agak menggantung tapi nampak penuh berisi, bulu-bulu kemaluannya lebih lebat dan yang lebih mennggairahkan pinggulnya sangat padat bulat dan berisi.

Uwak lansung saja menyerbu tototku dan aku ditelentangkanya sehingga uwak leluasa mengulum tototku. Ketika wak mulai menjilati batang tototku. Dari kepala hingga pangkal tototku dijilatinya. Mataku merem melek merasakan nikmatnya jilatan wak. Aku semakin merasa nikmat ketika uwak memasukkan seluruh tototku ke mulutnya yang mungil. Dan mulai mengulum batang penisku. Wak memaju mundurkan mulutnya, membuat penisku keluar masuk dari mulutnya. Sementara tangannya mengocok-ngocok pangkal penisku.

“Oohh… Wakkk… Aku tak tertahan!”, teriakku karena tadi aku telah dikulum-kulum lama sebelemnya oleh bibi. Dan kurasakan tototkupun berkedut-kedut semakin lama semakin cepat. Kutarik rambut wak yang panjang dan kubenamkan kepalanya diselangkanganku.
“Wakk… Aku… Keluarr”, teriakku lebih keras.
Wak semakin cepat memaju mundurkan mulutnya dan akhirnya, “crott! crott! crott!”, kumuntahkan cairan pejuh yang sangat banyak di mulutnya. Wakpun menelannya tanpa rasa jijik sedikitpun bahkan dia menjilati sisa-sisanya sampai bersih. Akhirnya kami tidur-tiduran di balai-balai ruang tengah bertiga dengan bertelanjang badan.

Bibiku tak hentinya memelukku dari belakang sedang uwak didepanku aku menyusu pada payudaranya yang besar dan menggelantung sungguh nikmat. Pagi itu aku masih sempat merasakan memek Wakku yang ternyata berbeda dengan memek bibiku. Memek wakku memepunyai bibir yang tipis namun seperti menghisap hisap tototku ketika tototku kumasukkan sehingga sensasinya luar biasa.

Bang Udin mempunyai tiga orang bibi sehingga ia bisa cerita banyak padaku bagaimana rasa memek masing-masing bibinya. Namun demikian Bang Udin masih penasaran dengan bibiku mengingat bibiku termasuk wanita tersintal di desaku dan selalu menjadi perhatian laki-laki. Tradisi seperti ini tersimpan rapat sampai sekarang dan semua anak laki-laki yang baru disunat baru mengetahui dan merasakannya sehingga rahasia ini hanya sebatas orang yang sudah dewasa saja yang tahu. Di desa kami tidak pernah terjadi perselingkuhan dengan lain orang karena bagi laki-laki dewasa wajib menjaga kelurganya kalau suami bibi atau uwaknya pergi sehingga saat ini. Percaya atau tidak itulah yang diceritakan Londo kepadaku.

AKHIRNYA AKU BISA NGENTOT ISTRI TEMAN

$
0
0
Cerita Sex Ml Dengan istri Teman - Aku sebenarnya tidak tega menagih utang pada kawanku yang satu ini. Namun, karena keadaanku juga sangat mendesak, aku memberanikan diri dengan harapan temanku bisa membayar; minimal separuhnya dulu. Sayang sekali, Darta, kawanku yang baru menikah enam bulan yang lalu ini, tak bisa membayar barang sedikit pun. Memang aku mengerti keadaannya. Ia menikah pun karena desakan orang tua Mila, yang kini jadi istrinya. Darta sendiri, sampai saat ini belum punya pekerjaan.

AKHIRNYA AKU BISA NGENTOT ISTRI TEMANKU

Karena hari sudah larut, aku tahu diri, segera permisi pada Darta.

"Gua jadi enggak enak nih.."
"Sudahlah Ta. Gua gak apa-apa koq. Gua cuma nyoba aja, barangkali ada," aku menukasnya, takut membuatnya jadi beban pikiran.
"Ma, gua mau bisikin sesuatu..' tiba-tiba Darta mendekatkan mulutnya ke arah telingaku. Dan aku benar-benar terkejut, ketika Darta menawarkan istrinya untuk kutiduri.
"Gila lu.. Sialan.." ucapku.
"Sstt.. Jangan berisik. Gua juga kan ingin balas budi sama elu. Soalnya eu udah banyak berbuat baik sama gua. Gak ada salahnya kan, kalau kita saling berbagi kesenangan.." begitulah ucap Darta dengan serius.

Memang diam-diam sudah sejak lama aku selalu memperhatikan Mila. Bahkan aku pun memuji Darta, bisa mendapatkan gadis secantik Mila. Selain posturnya yang tinggi, Mila memiliki kulitnya yang putih dan mulus. Tubuhnya menggairahkan. Memang selalu terbungkus rapat, dengan baju yang longgar. Namun aku dapat membayangkan, betapa kenyalnya tubuh Mila.

Baru melihat wajah dan jemari tangannya pun, aku memang suka langsung berpantasi; membayangkan Mila jika berada di hadapanku tanpa busana. Lalu Mila kugumuli dengan sesuka hati. Namun untuk berbuat macam-macam, rasanya kubuang jauh-jauh. Karena aku sangat tahu, Mila itu orang baik-baik, dan keturunan orang baik-baik pula. Lihat saja penampilannya, yang selalu terbungkus sopan dan rapi.

"Lu serius, Ta? Bagaimana dengan Mila? Apa dia mau?" aku pun akhirnya mulai terbuka.
"Kita pasang strategi, donk! Kalau secara langsung, jelas istri gua kagak bakalan mau," jawabnya.
"Gimana caranya?" aku penasaran.

Darta kembali membisikan lagi rencana gilanya. Aku memang sangat menginginkan hal itu terjadi. Sudah kubayangkan, betapa nikmatnya bersetubuh dengan perempuan aduhai seperti Mila.

"Mila..! Mila..! Milaa..!" Darta memanggil istrinya.

Dan tanpa selang waktu lama, Mila ke luar dari dalam kamarnya dengan dandanan yang tetap rapat.

"Ada apa, Bang?" tanya Mila.
"Tolong belikan rokok ke warung..!" kata Darta sambil merogoh uang ribuan ke dalam sakunya.
"Baik, Bang," Mila menerima uang itu, lalu ke luar.

Darta segera menyuruhku masuk ke dalam kamarnya, seraya masuk ke kolong ranjang. Aku mau saja, berbaring di tembok dingin, di bawah ranjang. Lalu Darta ke luar lagi. Pintu kamar, tampak masih terbuka.

Tidak lama kemudian, terdengar suara Mila yang datang. Mereka bercakap-cakap di ruang tamu. Dan Darta mengatakan kalau aku sudah pulang, karena ada ditelepon sama bos-ku. Mila kedengarannya tidak banyak tanya. Dia tak terlalu mempedulikan kehadiranku. Hingga suara pintu yang dikunci pun, bisa terdengar dengan jelas.

Kulihat dua pasang kaki memasuki kamar. Pintu ditutup. Dikunci pula. Bahkan termasuk lampu pun dimatikan, sehingga mataku tak melihat apa-apa lagi. Yang kudengar hanya suara ranjang yang berderit dan suara kecupan bibir, entah siapa yang mengecup. Lalu ada juga yang terdengar suara seleting celana, dan nafas Mila yang mulai tak beraturan. Pluk, pluk, pluk.. Sepertinya pakaian mereka mulai dilemparkan ke lantai, satu persatu.

"Emh.. Ah.. Uh.. Oh.." Jelas, itu suara milik Mila.
"Euh.. He.. Euh.." nah kalau itu, suara Darta.

Tampaknya mereka sudah mulai bercumbu dengam hebatnya. Ranjang pun sampai bergoyang-goyang begitu dahsyat.

"Emh.. Akh.. Ayo Bang.. Aduuh ss.." suara Mila membuat nafasku bergerak lebih kencang dari biasanya.

Aku bisa merasakan, Mila sedang ada dalam puncak nafsunya. Aku sudah tidak tahan mendengar suara dengusan nafas kedua insan yang tengah memadu berahi ini. Hingga aku mulai membuka celanaku, bajuku dan celana dalamku. Aku sudah telanjang bulat. Lalu aku bergerak perlahan, ke luar dari tempat persembunyian, kolong tempat tidur.

Meski keadaan sangat gelap, namun aku masih bisa melihat dua tubuh yang bergumul. Terutama tubuh Mila, yang putih mulus. Darta sudah memasukan penisnya, dan sedang memompanya turun naik, diiringi desahan nafas yang tersengal-sengal. Konvensional. Mila sepertinya lebih menikmati berada di posisi bawah, sambil kedua tangannya memeluk erat tubuh Darta, dan kakinya menjepit pantat Darta. Aku mulai tidak tahan.

Tiba-tiba Darta semakin mempercepat pompaannya. Ranjang bergoyang lebih ganas lagi. Dan suara erangan tertahan Mila semakin menjadi-jadi.

"Emh, emh, emh, emh.. Ah.. Oh.." Hanya itu yang keluar dari mulut Mila, karena mulutnya disumpal oleh mulut Darta. Dan akhirnya.
"Agh.. Agh..!" suara Darta mengakhiri pendakian itu.

Namun tampaknya Mila belum selesai. Terbukti, kakinya masih menyilang erat, mengunci paha Darta, agar tak segera mencabut penisnya. Tetapi apa hendak dikata, Darta sudah lemas. Ia tergolek dengan nafas yang lemah-lunglai.

Kesempatan inilah, saatnya aku harus masuk. Demikian yang direncanakan Darta tadi. Maka tanpa ragu lagi, aku segera melompat ke atas ranjang. Meraih tubuh Mila dan langsung menindihnya. Tentu saja Mila terpekik kaget.

"Siapa Kau..! Kurang ajar..! Pergi..! Ke luar..! jangan..! setaan..!" Mila berontak. Ia sangat marah tampaknya.
"Mila, aku punya hutang pada kawanku. Berilah ia sedikit kesempatan.." Darta yang menjawab, sambil mengelus rambutnya.
"Biadab..! Aku tidak mau..! Lepaskan..! *******..!" Mila mendorong tubuhku.

Namun karena nafsuku sudah memuncak, aku tak mungkin menyerah. Kutekan lebih keras tubuhnya, sambil tanganku berusaha menuntun agar penisku segera masuk. Mila tetap meronta. Mila berkali-kali meludahi mukaku. Tetapi aku diam-diam menikmatinya. Bahkan ludahnya malah kusedot dari bibirnya, dan kutelan.

Meskipun liang vagina Mila sudah licin, namun penisku tetap agak seret untuk segera menembusnya. Mila terpekik, ketika aku menekan dan memaksakannya sekaligus. Bles..! Akhirnya masuk juga. Kudiamkan beberapa saat, karena aku ingin mencumbu dulu bibirnya. Mila tetap berontak, sampai akhirnya kehabisan tenaga. Akhirnya ia hanya diam.

Kurasakan ada air mata yang mengalir dari kedua kelopak matanya. Tetapi aku semakin bernafsu. Kuremas-remas payudaranya yang ternyata memang cukup besar dan begitu kenyal. Lalu aku mulai memompa penisku. Mila terpekik kembali. Kasihan juga, aku melihatnya. Sehingga aku bergerak perlahan-lahan, sampai akhirnya vagina Mila bisa beradaptasi dengan penisku. Mila tidak bereaksi. Ia diam saja. Namun aku sangat menikmatinya.

Walaupun Mila diam, tentunya jauh lebih nikmat dari pada melakukannya dengan patung. Aku terus memompanya, sampai napasku mulai ngos-ngosan. Kucoba menyalurkan nafasku ke arah telinga Mila. Dan hasilnya cukup bagus. Lama kelamaan, di sela isakan tangisnya, diam-diam kurasakan vaginanya diangkat, seakan Mila ingin menerima hunjaman penisku lebih dalam. Tentu saja aku semakin bersemangat. Kupompa lebih cepat lagi. Tiba-tiba isakan tangisnya berhenti, diganti dengan nafasnya yang kian memburu. Dan yang lebih mengagetkan lagi, kakinya tiba-tiba mengunci pantatku. Aku tersenyum, sambil mencumbui telinganya.

"Kau menikmatinya, sayang?" bisikku.
"Diam..!" dia membentakku. Namun aku yakin, Mila hanya tidak mau mengakui kekalahan dirinya. Buktinya, ketika penisku kucabut, Mila menekan pantatku. Tangannya pun memeluk tubuhku, agar aku merapatkannya kembali.

Lalu ada suara erangan dari bibirnya yang tertahan. Bersamaan erangan itu, kedua kakinya semakin erat menekan pantatku. Dan vaginanya ditekan pula ke atas. Aku pun sangat terangsang. Hingga detik-detik akhir pun akan segera tiba. Kupeluk erat pula tubuh Mila. Kugenjot lebih cepat dan lebih keras. Sampai akhirnya tiba pada genjotan yang terakhir. Aku tekan sangat kuat. Kugigit pelan lehernya.

"Agh.. Agh.. Agh.." Maniku keluar di dalam vaginanya. Begitupun Mila.
"Akh.. Akh.. Akh.. Ss.." begitulah yang keluar dari mulut Mila.

Lalu kemudian Mila mendorong tubuhku dan seakan menyesali dan tak mau lagi bersentuhan denganku.

Cerita Panas Belah Duren Di Malam Pertama

$
0
0

image
Cerita Panas Belah Duren Di Malam Pertama – “Ke puncak yuk say..” ajak Ale’ pacarku tiba-tiba sambil memeluk badanku yang kecil (160/54). Dia memang punya sebuah villa di puncak. Memang sih, rasanya sudah lama sekali kami tidak berlibur, sejak ia membuka usaha bengkelnya. “Boleh.. Kapan?” jawabku. “Jumat sore ini kita berangkat, terus pulangnya senin sore. Kan senin hari libur!” Boleh juga pikirku. “Ok!” jawabku setuju. Jumat sore itu, aku dijemput di kantor. Sudah siap dengan semua barang-barangku. Kuletakkan badanku dijok mobil porche birunya yang empuk. Sebelum berangkat, ia sempat mencium bibirku lembut, kemudian menginjak gas, dan kami berangkat ke puncak.

Cerita Panas Belah Duren Di Malam Pertama – Dalam perjalanan, sebentar-sebentar tangan kanannya mengusap pahaku, kadang ke dadaku, dan mengusap tetekku yang berukuran 36B, hingga puting ku mengeras. Ku geser badanku menghadapnya dengan satu kaki menekuk ke arahnya hingga rokku terbuka dan memperlihatkan celah vaginaku yang hanya ditutupi celana g-string merah yang dibelikannya minggu lalu. Jarinya pun menggeser tali g-stringku kesamping, kemudian memainkan jarinya di vaginaku yang sudah mulai basah. Jarinya mengorek-ngorek ke dalam vaginaku, seakan berusaha menarik clitorisku keluar. “Ssh.. Aah.. Shh.. Ah..” desahku sambil memuntir muntir putingku sendiri. Ditengah jalanan yang macet antara puncak dan jakarta, didalam mobil porche nya yang berkaca hitam, aku membuka resleting celananya, dan mulai mengulum penisnya yang sudah mulai mengeras. Batang penis sepanjang 20 cm itu kukulum masuk ke dalam mulutku. Karena tidak dapat semuanya masuk, aku memegang sisa batangnya dengan tangan kananku dan mulai mengocoknya. “Aaakhh.. Say.. Enak.. Pinter banget sih..” sambil tangannya sebentar sebentar menekan kepalaku. Kujilati batang penisnya, kuemput buah zakarnya. Kusedot sedot kepala penisnya, dan kumainkan lidahku berputar putar diatas helemnya saat penisnya masih dalam mulutku, hingga penisnya yang besar itu seperti berputar putar di mulutku yang sempit. Tiba tiba ia menekan kepalaku hingga penisnya terasa penuh dalam mulutku dan ia mengeluarkan pejunya ke dalam mulutku yang kutelan habis pejunya. “Ssshh.. Ahh.. Say, makin mahir aja kamu nyedotnya.. Ada yang ngajarin ya?” ujarnya sambil tersenyum dan melirikku nakal. Aku kembali ke posisiku bersandar pada sandaran kursi dengan satu kaki naik dan jariku memainkan vaginaku yang sudah sangat basah. “Sudah nggak tahan sayang? Ada dildo tuh di dalem dashbord,” ujarnya sambil menunjuk dashbord mobilnya. Ia memang paling senang membelikan aku mainan baru berupa dildo atau hanya sebuah vibrator. Sebuah dildo karet yang cukup kecil sepanjang 10 cm dan berdiameter 2 cm dengan duri-duri yang agak rebah. Perlahan dia masukkan dalam vaginaku. “Sshh..” desisku merasakan ada barang yang masuk dalam vaginaku. Belum sampai mentok ia mendorongnya, tiba-tiba ia menariknya cepat dan membuat duri-duri yang tadinya tidur, tiba tiba berdiri dan menggaruk dinding vaginaku! “Aaahh.. Allee’..” jeritku kaget, aku tidak mengira akan seenak itu. Dengan pintu sebagai topangan badanku, aku sedikit menggoyang pinggulku mengikuti irama keluar masuk dildo dalam vaginaku. Karena sesekali Ale’ harus melepas dildo itu, akhirnya aku mengambilnya dan mengendalikannya sendiri. “Aaahh.. Aahh.. Allee..” desahku setiap kali dildo itu kutarik keluar. Belum aku mencapai klimaks, ternyata mobil telah masuk ke dalam garasi Villanya. Tiba-tiba Ale’ membuka pintu yang kusandari, hingga aku hampir terjatuh, tapi ia menahanku dari belakang. Kemudian ia mengambil alih dildo yang ada dalam vaginaku dan ia mengocoknya cepat. “Ssshha aahh.. Aaahh.. Aaahh.. Allee’.. Ahh.. Fuck me.. Fuck me..” Mendengar rintihanku, ia langsung membalik badanku dan mengarahkan penisnya yang telah berdiri tegak ke lubang vaginaku. Sekalipun sudah basah, tapi tetap saja, penisnya yang berdiameter 5 cm itu tidak dapat masuk dengan mudah. Setelah beberapa kali kepala penisnya mengorek lubang vaginaku, akhirnya dapat juga masuk. “Sshh aahh..” jeritku ketika ia menusukkan penisnya dalam sekalipun masih tersisa 4 cm diluar vaginaku. Ia mengikatkan kakiku ke pinggulnya dan ia menarikku keluar dari mobil, hingga aku digendongnya dengan penis sudah ada didalam vaginaku. Ia membawaku masuk ke dalam kamarnya di lantai 1, sekalipun ia harus naik tangga, Ale’ tetap kuat mengangkatku, dan aku sudah mulai mengejang karena terasa sangat mengganjal dengan 4 cm penisnya yang seperti menusuk-nusuk berusaha mendobrak peranakanku. Dan kakiku semakin kuat menjepit pinggulnya. Sesampainya di kamar, ia menidurkanku diatas kasurnya yang empuk, kemudian mengangkat kedua kakiku ke pundaknya dan merapatkan pahaku. “Ahh.. Allee.. Ennakk.. ffuucckk.. HH..” Vaginaku terasa sangat sempit, dan ia mengocok penisnya dan memaksakan penisnya yang tersisa diluar untuk masuk lebih dalam. Namun tetap tidak bisa. Ia segera membalikkan badanku, hingga dalam posisi doggy dengan dia berdiri di pinggir kasur. Badanku sudah mulai bergetar keras karena nikmatnya, Ale’ tetap menusukkan penisnya dengan membabi buta ke dalam vaginaku, sementara tangannya memeras-meras tetekku dengan keras hingga meninggalkan bekas merah. “Aaahh.. Allee.. SsSSHH.. Alee.. Aku mau keluaarr nihh.. lebbiihh ceeppaatt ssaayyaangghh..” pintaku dengan nafsu yang sudah hampir tidak dapat ditahan lagi. “Samaa ssayy.. keeluaariin diimanaa?” tanya alle dengan semakin cepat ia mengocok penisnya. “Di daleemm ajaa.. diddalleemm.. Aaahh.. Ssshh.. Aaahh..” jawabku karena aku sudah minum pil KB beberapa bulan ini. “Baarreengngg ssaayy.. Dikkitt llaggii.. Aahh..” Bersamaan dengan keluarnya pejunya dalam vaginaku dan rongga vaginaku yang berkedut keras. Entah berapa kali Ale’ semprotkan pejunya, karena cukup banyak, sampai meleleh keluar vaginaku bercampur dengan cairan cinta dari dalam vaginaku. “Makasih sayang..” ujarnya sambil mengecup keningku. “Ale’.. Kamu emang jago!” pujiku padanya. Setelah agak lama aku berbaring di dadanya. Ia menyuruhku membersihkan diri di kamar mandi, sementara ia mengambil barang-barang kami di mobilnya. Sementara aku mandi dengan shower, samar samar aku mendengar ada orang berbincang bincang di kamar. Tadinya kupikir suara TV yang keras. Ternyata ketika aku keluar hanya dengan berlilitkan handuk, aku terkejut melihat Micky dan Barry, dua teman Ale’ yang nggak kalah macho! Ale’ langsung memelukku dari belakang dan mencium leherku dan membuyarkan terkejutku. “Mereka kesini mau ikutan main say. Kamukan dulu bilang ingin coba main dengan cowok lebih dari 1. Dari pada cari yang enggak jelas, mending cari teman sendiri. Mereka juga suka kok say, dan mereka juga suka kamu. Nggak papa kan?” ujarnya mesra. “Ale’.. Kamu tahu aja!” ujarku sambil melingkarkan tanganku ke belakang kepalanya kemudian menciumnya mesra. Sambil Ale’ menciumku, ia memberi tanda pada kedua temannya untuk mendekat, ia sedikit mendorongku untuk tiduran di kasur. Ketika aku sudah terlentang diatas kasur, ia menyodorkan penisnya ke mulutku. Langsung ku sambut penisnya yang besar itu dan mulai menjilat jilatnya. Sementara Barry mulai menjilati putingku yang sudah keras. Micky, memainkan vaginaku dengan lidahnya. Mengorek ngoreknya dengan lidahnya yang panas. “Emmpphh..” desahku tertahan penis Ale’ setiap kali Micky mengorek clitorisku dengan lidahnya. Barry tiba tiba melepas antingnya dan menjepitkan di putingku. “Barry.. Sakit sayang..” kataku sesaat melepaskan penis Ale’ dari mulutku. “Tenang sayang.. Enak kok.” ujarnya kemudian menjilat putingku yang memakai anting itu. Dan memang ternyata enak. Kujilat kembali penis Ale’ seperti menjilat batang eskrim yang besar. Tak lama, Micky melepas mulutnya dari vaginaku dan tiduran di sebelahku sementara Barry tiduran diatasku. Kulirik Micky yang sedang mengoleskan penisnya dengan madu. Ale’ mengangkatku hingga hampir duduk diatas Micky yang terbaring disebelahku. Ia menyandarkan kepalaku ke dadanya yang bidang, hingga pantatku menghadap Micky. Tiba tiba kurasakan jari Micky yang telah diolesi madu memasuki anusku. “Ssshh.. Aaahh.. Mic, sakit.. Ssshh..” jeritku. “Tenang say.. Sakitnya cuma sebentar, tapi nikmatnya selangit. Relax aja, dan enjoy biar nggak sakit.” Aku berusaha tenang sambil bersandar pada dada Ale’. Makin lama makin enak, tak lama kemudian Micky menusukkan penisnya sepanjang 14 cm dg diameter 4 cm, menerobos dalam anusku. “Aaahh.. Ssshh..” jeritku sambil mempererat pelukanku pada Ale’. Setelah penisnya masuk semua ke dalam anusku, Ale’ membuatku terlentang diatas Micky. Kemudian ia mengikatkan kedua tanganku ke kepala ranjang yang cukup tinggi dengan menggunakan kain yang cukup halus, hingga aku dapat berpegangan dan sedikit mengangkat pantatku dengan kaki mengangkang. Ale’ tidak membuang kesepatan ini untuk mulai mengorek lubang vaginaku dengan penisnya yang besar. “Aahh.. Hhh.. Ssshh.. Alee.. Massuukkinn ssayy..” mendengar permintaanku itu, Ale’ tidak segan segan mulai menusukkan penisnya ke dalam vaginaku. “Emmpphh.. Penuhh Lee’.. Pelan pelan..” Perlahan namun pasti, Ale’ menusukkan penisnya yang besar itu ke dalam vaginaku hingga mentok. Ale’ mulai mencondongkan badannya ke arahku dan memakai satu kakinya untuk menopang badannya, ia mulai mengayunkan pinggangnya. Pertama pelan.. Kemudian makin cepat, dan makin cepatt.. “Ssshh aahh.. Alee..” Micky juga mulai menggoyangkan pinggulnya membuat kedua lubangku dikocok bergantian. Ketika Ale’ masuk, Micky keluar. Ale’ keluar, Micky masuk, begitu seterusnya hingga.. “Ahh.. Ssshh.. AAHh.. Ssayy.. Fuckk..!! Alee.. Bentar lagi dapeett nih.. Aaahh..” jeritku.. “I’m coming..” desah Micky.. “Ssh.. Iiyaa.. Keeluar bareng ya.. Shh.. Aahh.. Ahh” ujar Ale’. Tiba tiba kurasakan perasaan nikmat yang tak dapat kutahan, lorong vaginaku mulai berkedut keras tanda aku mulai orgasme. “AAH..” jeritku, bersamaan dengan semprotan pejuh di anusku. Disambut dengan tusukkan yang dalam di vaginaku dan tumpahan pejuh Ale’ dalam vaginaku serta kedutan yang keras dari penis Micky di anusku dan penis Ale’ di vaginaku. Lemas badanku dibuatnya, aku masih berada diantara Micky dan Ale’ seperti sandwich yang basah dengan keringat. Masih dengan penis yang menancap di anus dan vaginaku. Ale’ menarikku hingga penis Micky lepas dari anusku. “Plop” bunyinya nyaring. Penis Ale’ masih setengah berdiri masih dalam vaginaku, sambil ia menidurkanku di dadanya. Kulirik jam dinding sudah pukul 3 pagi dan aku langsung tertidur lelah. Paginya, aku terbangun karena merasakan ada yang menjilat jilat vaginaku dan meremas remas tetekku. Ternyata Barry yang menjilatku dan Ale’ serta Micky yang meremas tetekku. “Ssh.. Aaahh.. Enak Barry..” Tak lama Barry duduk berlutut di depan vaginaku dan mengarahkan penisnya yang agak bengkok ke atas seperti pisang itu ke celah vaginaku. “Aaahh..” jeritku ketika ia menusukkan penisnya dengan cepat ke dalam vaginaku. Seakan ada yang menggaruk bagian atas lorong vaginaku. Kemudian Barry mengangkat kaki kananku dan meletakkannya di atas kaki kiriku hingga badanku seperti terpelintir karena kedua tetekku ditahan dalam mulut Ale’ dan Micky. “Aduuhh.. Enaakkhh..” Penisnya yang bengkok itu menggaruk bagian dalam vaginaku. Perlahan namun pasti Barry mengocok vaginaku.. “Sshh.. Aahahh.. Barryy.. Mmmhh..” Dengan irama 3 kali tusukan pelan dan 1 kali tusukan cepat dan dalam, membuatku melayang dibuatnya. Tak lama tusukkan penisnya semakin tak terkontrol, semakin membabi buta membuatku semakin melayang! “Ahh.. Ssshh.. Emmpphh..” desahku saat Barry kembali membuka kakiku hingga vaginaku terbuka lebar dihadapannya. Ale’ menepuk nepuk dan menekan nekan vaginaku supaya aku semakin terangsang. Ia mengaitkan jarinya ke bibir vaginaku hingga tertarik. “Ahh.. Ssshh.. Ahh.. Bbarryy.. Lebihh cceeppaat.. Mauu keluaarr niihh..” Segera Barry mencabut penisnya. Seketika aku kecewa, ternyata ia berganti posisi dengan Ale’, Ale’ langsung menusukkan penisnya yang besar itu dalam vaginaku dan Barry menjepitkan penisnya diantara tetekku dan mulai mengocoknya hingga ia memuncratkan pejunya ke wajahku. Sementara Ale’ mengocokkan penisnya yang panjang itu dalam vaginaku. “Aaahh.. Ssshh,” jeritku terasa semua ototku tegang karena orgasm yang kurasakan sambil merasakan kedutan penis Ale’ menandakan ia sudah mengeluarkan pejunya dalam vaginaku. Lemas sekali badanku, harus melayani mereka. Ale’ tiba tiba mengangkatku dan membawaku ke kamarmandi. Disana sudah ada Micky yang sedang mengisikan bath tub dengan air panas dan sabun susu wangi. Ale’ mencelupkan badanku yang letih ke dalamnya. “Kamu istirahat dulu deh say.. Nanti kalau sudah selesai, langsung ke ruang makan ya,” ujarnya sambil mencium keningku. Sekitar setengah jam aku berendam melepas lelah. Setelah selesai, seperti permintaan Ale’ aku menuju ruang makan, hanya dibalut mantel mandi. Disana sudah ada dua orang perempuan yang sedang memasak di dapur. Keduanya tak kalah sexy dariku. Ternyata mereka adalah Amy (160/54 34C) yang ternyata pacarnya Micky. Serta Sylvy (158/53 34B) yang adalah pacarnya Barry. Keduanya memakai celana hotpants yang memperlihatkan paha mereka yang putih dan mulus dan kaos model kemben yang hanya menutup payudara mereka yang besar. Samar samar terlihat puting mereka menonjol dibalik kaosnya. “Sini sayang, kita sarapan dulu,” ujar Ale’ sambil mengeluarkan kursi disebelahnya. Setelah menunggu aku duduk, ia pun duduk di kursinya. Micky dan Amy ternyata sudah selesai makan, dan mereka sekarang ada di dapur sambil berciuman ditonton kami berempat. Celana Amy dibuka dan di lemparkan ke bawah kemudian melepaskan kembennya, hingga Amy menjadi bugil. Kulihat penis Ale’ dan Barry yang berada disisiku yang satunya sudah berdiri tegak. Aku dan Sylvy saling melihat, tak lama Sylvy menghilang dibawah meja, ternyata sedang meng-oral penisnya Barry. Ale’ kemudian melihatku seakan memintaku mengoral penisnya. Tapi karena aku belum selesai makan, aku hanya mengocok penisnya pelan sambil berkata, “Sabar sayang..” Micky mengangkat kaki kanan Amy kemudian mulai menusukkan penisnya dalam-dalam. “Aaahh..” desah Amy membuatku juga semakin terangsang. Ale’ yang telah selesai makan, menyingkapkan mantel mandiku dan mulai menggigit putingku yang sudah mengeras dan mengorek vaginaku dengan jarinya. Sambil aku menekan kepalanya ke dadaku, aku melihat Micky yang sedang mengocok vagina Amy sambil menciumi teteknya dan Barry yang keenakan disebelahku karena penisnya dikulum Sylvy. “Aaagghh.. Mic.. I’m commingg..” jerit Amy. Tak lama kulihat lelehan pejuh di paha kiri Amy menandakan Micky sudah menembakkan pejunya. “Ssshh.. fuucckk..” desah Barry disebelahku, kemudian kulihat Sylvy muncul dari bawah meja dengan bibirnya penuh dengan pejuh. Ale’ melepaskan pagutannya di tetekku. “Nonton BF yuk,” ajaknya ke ruang TV. Dan kami bermain sepanjang hari. ***** Kami semua menuju ruang TV. Ale duduk di singel sofa empuk miliknya depan TV. Barry mulai menjalankan VCD Player dengan film BF yang mereka punya. Aku duduk menyamping diatas pangkuan Ale, pantatku disela sela pahanya. Ketika film dimainkan, tangan Barry dan Sylvy sudah mulai saling merangsang, sementara Micky dan Amy sudah berciuman diatas sofa panjang. Sepertinya sudah tidak ada lagi yang memperhatikan film di VCD, karena masing-masing sudah memulai permainannya sendiri sendiri. Jari-jari Ale sudah mulai membelai celah memekku. Menarik-narik klirotisku membuatku semakin terangsang. Ia juga menciumi tetekku menggigit putingku. Tangan kiriku mengocok kontolnya lembut. Tak lama, kakiku diangkatnya hingga aku duduk berhadapan dengannya sementara kontolnya terjepit antara perutnya dan memekku dan kedua kakiku melewati sandaran sofa. Perlahan Ale mengorek-ngorek lubang memekku dengan kontolnya. “Ahh..” desahku saat kepala kontolnya mulai menerobos masuk dalam memekku. Aku menekan pantatku kebawah, hingga kontolnya masuk sampai ke batangnya, sekalipun rasanya sakit sekali, tapi nikmatnya luar biasa. Kemudian aku terlentang diatas pangkuannya masih dengan kontol yang tertancap dalam memekku. Amy dan Sylvy mendekatiku, mereka menjilati tetekku dan menggigit gigitnya serta meremas remasnya hingga memerah, sementara Micky dan Barry memasukkan kontol mereka ke dalam vagina kedua perempuan yang sedang menungging itu, kemudian mengocoknya. Jari-jari Sylvy dan Amy menggelitik klitorisku, membuatku semakin bergetar. Ale’ memegang pinggangku dan sedikit mengangkatnya, hingga ia bisa mengocokkan kontolnya dalam memekku. “Ahh.. Ssshh..” desahku keenakan.. Tanganku berpegangan pada sandaran tangan sofa dan mulai mengangkat pantatku dan memutar mutarnya, hingga kontol Ale yang panjang serasa mengaduk aduk memekku. Pelan namun pasti, pantat Ale’ pun di goyangkan mengikuti irama goyangan pantatku. Makin cepat dan makin tak beraturan.. “Ahh.. Alee..” Ia mengeluarkan sebuah vibrator kecil, seukuran ibu jari dan memasangnya pada getaran tertinggi. Kemudian menempelkan pada klitorisku. “Aahh.” Jeritku seakan tersetrum listrik seluruh tubuhku, bersamaan dengan itu terasa memekku berkedut sangat kuat dan. “Aahh.. Alee.” Aku menggoyangkan pantatku semakin kuat dan badanku bergetar sangat keras dan kurasa dinding memekku mengejang sangat kuat menjepit kontol Ale yang masih ada didalam. “Aaahh.. Sayang.. Ohh.. Fffuck!” Desah Ale, bersamaan dengan mengalirnya pejuhnya dalam memekku. Kedua orang di sebelahku juga mulai mendesah dan mencengkram erat pegangan sofa. Masih dalam posisi yang sama, aku menghampiri Amy dan menghisap teteknya, sementara Ale’ mecium bibir dan memainkan lidahnya dalam mulut Sylvy sambil meremas teteknya. Tak lama mereka menjerit keras sambil menggoyangkan pantat mereka dan kemudian menelungkupkan kepalanya di sandaran kursi. Setelah sejenak kami semua berisitarahat ditempat, kami semua bangkit dari tempat duduk kami. ‘Plop’ suara dari kontolnya Ale yang tadi tertanam dalam memekku ketika terlepas. Ale mengangkatku ke kamar mandi dan meletakkanku dalam bathtub kemudian mengisinya dengan air hangat. Dengan tubuh yang sangat letih, aku tertidur dalam bathtub yang hangat. Ketika aku terbangun, air sudah meluber keluar dari bathtub. Kemudian aku mandi dan membersihkan memekku dengan sabun. Terasa sangat perih karena sudah beberapa kali dimasukkan kontolnya Ale yang sangat besar itu. Kemudian aku keluar dengan baju mandi yang masih ada di kamar mandi. Ternyata Barry, Micky, Amy dan Sylvy terlelap diatas sofa panjang depan TV, sementara kulihat Ale yang masih telanjang berdiri di dapur sedang membuat secangkir kopi. “Sudah mandinya? Seger?” “He.. eh..” Jawabku sambil menganggukkan kepala. “Ini kopimu” Katanya sambil menyerahkan kopi susu kesukaan ku. “Ke kolam yuk.. Pemandangannya bagus!” Ajaknya sambil melilitkan handuk di pinggangnya. Aku mengikutinya kolam indoor dengan kaca di sekelilingnya. Pemandangan senja yang indah terlihat dibalik kaca. Matahari yang sudah memerah membuat suasana menjadi sangat romantis. Tapi aku menggigil karena penghangat ruangan baru saja dinyalakan. Tiba-tiba, Ale melepaskan handuknya dan masuk ke dalam kolam kecil itu. “Ayo masuk!” ajaknya. Pertama aku takut, karena dingin sekali udaranya, tapi kemudian ketika aku memasukkan jari kakiku ke dalamnya, ternyata hangat! Ternyata kolam itu bisa berfungsi menjadi kolam air panas. Maka aku memberanikan masuk ke dalamnya. Didalam kolam terdapat tangga kecil hingga kami bisa duduk sambil berendam hingga leher. Ale duduk di salah satu pojok kemudian ia menarikku dan meletakkan kepalaku di pundaknya. Ia mengangkat daguku dan mengecup bibirku mesra. Aku membalikkan badanku dan memeluknya dari depan kemudian mencium bibirnya. Lidahnya mulai menari dalam mulutku. Tangannya memijat-mijat tetekku dan menarik narik putingnya. Tangan kananku mulai mengelus-elus kontolnya yang sudah setengah berdiri. Tak lama jarinya mengorek-ngorek memekku. “Shh.. Ah.. Aduh.. Sakit say.. Perih!” Ujarku langsung melepaskan ciumanku. Terasa sangat perih di daerah klitorisku. “Iya.. Pelan pelan deh.. Masukkin aja ya say biar nggak terasa perihnya. Biar terasa enaknya” Terdiam ku sesaat, sambil merasakan jarinya yang sudah mulai dimasukkan satu persatu dalam memekku. “Iya deh.. Tapi pelan pelan ya.. Ujungnya sakit nih!” Kataku sambil membimbing jarinya ke klitorisku yang terasa agak perih, berusaha menunjukan daerah yang sakit. “Ya sudah.. Dari belakang aja.. Kamu munggungin aku” Ujarnya sambil membimbing pantatku naik ke pahanya hingga aku duduk membelakangi Ale. Perlahan ia membimbing kontolnya masuk ke dalam memekku. “Sshh.. Aaahh..” desahku ketika kurasakan kontolnya yang panjang 20 cm dan tebal 5 cm itu menyeruak masuk dalam memekku yang masih sedikit perih. “Tahan sayang..” sambil mendorong pantatku hingga kontolnya masuk sepenuhnya ke dalam memekku. Terasa sedikit perih. Aku bertahan pada pinggir kolam, kemudian mulai menaikturunkan pantatku. Setiap aku menurunkan pantatku, terasa Ale’ mengangkat pantatnya, hingga kontolnya masuk lebih dalam dari yang kuperkirakan. “Sshh.. Ahh.. Enak sayang..” Ujarku setiap ia menusukkan kontolnya. Makin lama, makin cepat dengan sentakan sentakan yang mengejutkan, membuatku semakin melayang. “Aaahh.. Ahh.. Ssshh.. Mau keluar saayy..” Tanganku makin mencengkram kuat pinggiran kolam, merapatkan pahaku supaya dapat lebih menggigit kontolnya. Tiba tiba, Ale mendorongku sedikit, hingga aku berdiri agak bungkuk menghadap pinggiran kolam. Sementara ia menempelkan dadanya, erat di punggungku sambil meremas remas tetekku dan menusukkan kontolnya bertubi tubi dalam memekku. “Aaahh.. Ssshh.. Allee..” Jeritku tak tahan. “Tahan say.. Dikit laggii.. Aaarrgghh..!!” Jeritnya bersamaan dengan keluarnya pejuhnya dalam memekku bercampur cairan cintaku yang juga keluar saat itu. Lemas rasanya lututku hingga aku berlutut dan bertopang pada pinggir kolam. “Aduh.. Enak ya..” Tiba tiba ada suara yang mengejutkan kami berdua. Ternyata keempat teman Ale yang muncul di belakang kami. Barry kemudian duduk di depanku mengarahkan kontolnya ke mulutku. “Kata Ale’ isapan mu maut! Isap punya aku ya! Aku ingin ngerasain permainan lidah mu” Sebentar aku melihat ke Ale seakan meminta konfirmasinya. “Maaf sayang, habisnya kamu jago banget sih kalau ngisep!” dengan senyumnya yang manis, ia mencium punggungku. Ketika aku mulai memasukkan kontolnya ke dalam mulutku, tiba-tiba Ale menarik kontolnya dari dalam memekku. Sempat kulirik ke belakang, ternyata ia ditarik oleh Amy dan Sylvy ke bungalow di pinggir kolam. Kumainkan lidahku di kepala kontol milik Barry yang ternyata memiliki ketebalan yang sama dengan Ale, 5 cm tapi masih lebih panjang milik Ale. Kuhisap bijinya dan menjilat batangnya, seperti menjilat es krim. Aku masukkan kontol sepanjang 14 cm itu ke dalam mulutku sambil kukocok. Micky memelukku dari belakang, menciumi punggungku dan memainkan jarinya di putingku dan memekku. “Aaahh.. Allee..” Jerit Amy membuatku harus meliriknya. Di bungalow yang tak jauh dari tempat kami, kulihat Amy menunggingkan pantatnya, sementara Ale sedang memasukkan kontolnya ke dalam vagina Amy. Dan Sylvy menjilati vagina Amy dari bawah sambil meraba-raba memekknya sendiri. Tanpa sadar aku lebih cepat mengocok kontolnya Barry dan lebih cepat memutar mutar lidahku di kepala kontolnya. “Ssshh.. Aaahh.. Lidah lo enak banget Le’ Aku mau keluar say.. Telen ya..” Ujar Barry ke Ale dan aku sambil menekan kepalaku hingga gelagapan. Hingga aku hampir tak dapat bernafas menerima pejuhnya dalam mulutku. Aku terus menghisapnya hingga kontolnya menciut. Tapi tetap aku tak melepaskannya hingga kontolnya kembali berdiri tegak. Barry turun dan masuk ke dalam kolam, bertukar tempat dengan Micky yang tadi dibelakangku menjadi berhadapan denganku. Aku dipangkunya dan Micky duduk di tangga. Perlahan ia memasukkan kontolnya ke dalam memekku. “Aahh.. Mick..” Desahku ketika semua batangnya masuk ke dalam memekku. Serasa penuh, sekalipun memekku baru saja dimasukkan oleh kontol Ale yang besar, tapi tetap saja rasanya penuh. Sebentar kulirik bungalow tempat Ale dan dua perempuan lainnya. Kulihat Amy dan Sylvy terlentang hampir bertindihan, sambil membuka liang memeknya. Sementara Ale memasukkan kontolnya bergantian dari vagina Amy ke Sylvy. Kemudian Amy lagi dan Sylvy lagi, Kedua perempuan itu berteriak setiap kali Ale menghujamkan kontolnya ke vagina mereka. “Sshh.. Ahh..” Aku terkejut ketika Micky mulai mengocok memekku. Ia mencium dan melumat bibirku mesra. Sementara Barry dibelakangku mulai mengelus elus tetekku. Tak berapa lama, Barry mulai mengorek lubang pantatku dengan kontolnya. “Ahh.. Barry..” Desahku ketika kontolnya masuk ke dalam memekku. “Ssshh.. Aaahh.. Lleebiihh cceeppaat Mick.. Akku mmau kkeluuaarr..” Desahku keenakan. “Barengg saayyaangngg.. Aaahh.. Ttahhnn.. Bbenntaar llaggii.. Ssshh.. Aaahh aahh” Jerit Micky bersamaan dengan mengalirnya pejuhnya ke dalam memekku bercampur dengan cairan cinta di dalamnya. Juga kontol di pantatku yang juga menembakkan pejuhnya. Kakiku mengikat pinggang Micky dengan erat, menahan kenikmatan yang tiada tara. Sekalipun dalam kelelahan, aku masih menginginkan kontol Ale yang besar itu bersarang dalam memekku. Hingga dengan sedikit tertatih, aku melepaskan pelukan dari Micky dan Barry, dan membersihkan memekku dalam kolam itu dengan mengusap-usapnya, dan menghampiri Ale dan kedua perempuan yang masih bergelut. Ale terlentang diatas kursi panjang dengan Amy dan Sylvy menjilati kontol Ale yang panjang itu. Kuarahkan memekku ke mulut Ale. “Ssshh.. Hhhaa.. Allee.. Enaakk Sayyangg..” Desahku ketika ia mulai menjalari memekku dengan lidahnya yang hangat. Tiba tiba, ia mengorek liang memekku dengan lidahnya membuat aku semakin menggelinjang. “Ahh.. Alee.. Enak..” Desahku sambil mengacak acak rambutnya dan menekan kepalanya ke terbenam dalam selangkanganku. Tak lama, terasa liang memekku mulai berkontraksi. Pangkal pahaku mulai bergetar keenakan. Tiba tiba Ale’ mengangkat pantatku dan membawaku ke arah kontolnya dan memasukkan kontolnya dalam memekku. “Ssshh.. Aaahh.. Aaacchkk.. Allee.. Aaa..” Jeritku saat kontolnya menyeruak masuk, bersamaan dengan bergetarnya liang memekku menandakan aku telah orgasme dan akupun terkulai lemas di dadanya yang bidang, dengan kontol yang masih berdiri tegak dalam memekku. Dengan sisa-sisa tenagaku, aku kembali menggoyangkan pantatku, hingga Ale dapat mengeluarkan pejuhnya. “Shh.. Sayyaanngg.. Eennakk.. Ooohh..” Ale melenguh panjang, ketika ia mengeluarkan pejuhnya dalam memekku. Kami semua tertidur di pinggir kolam, hingga pagi.

MEMEK GURIH ARYANI SI GADIS DESA

$
0
0
MEMEK GURIH ARYANI SI GADIS DESA

Cerita Dewasa - Menikmati memek gadis desa yang pernah dekat dengan saya sendiri. Memang sedikit pemalu gadis ini namun kali ini adalah sebuah pengalaman yang sangat tidak pernah aku lupakan sekali. begini mulainya, Namaku Roni, masih single, sekarang eksekutif di salah satu perusahaan ternama di Jakarta. Aku mau cerita mengenai pengalaman pertamaku berhubungan dengan seorang gadis ketika baru naik ke kelas 3 SMA.

Dalam perbincangan dengan teman-teman sekelas terutama cowok-cowok, sering kami berbagi pengalaman seru masing-masing. Dari para sahabatku, cuma aku seorang yang masih perjaka. Yang lainnya sudah masuk golongan pemanah. Ada yang nyikat pembantunya, pacarnya, dan ada juga yang melakukannya dengan wanita pro. Sedang aku ? Pacarku seorang yang tekun menjalani agama. Kalau bertamu ke rumahnya saja selalu ada orang lain yang menemani entah ayah, ibu atau saudara kandungnya. Kesempatan yang ada cuma saat pamit ketika ia mengantarkan ke luar rumah. Itupan hanya ciuman di pipi saja. Main dengan yang pro aku tidak punya cukup keberanian. Pembantu ? Pembantuku STW berkain kebaya, dan sama sekali tidak menarik.

Suatu hari sepulang ke rumah setelah latihan band dengan teman-temanku, aku berteriak memanggil bik Minah pembantuku agar menyiapkan makanan. “Bik Minah pulang ke kampungnya, dijemput adiknya tadi pagi, karena salah satu ponakannya akan dinikahi oleh seorang cukup terpandang di desanya. Nah rupanya akan ada pesta besar-besaran di kampung. Mungkin bulan depan bik Minah baru balik, ” kata ibuku. “Tapi nggak usah khawatir, Aryani anak bik Minah yang membantu kita selama bik Minah tidak ada, kebetulan ini kan musim liburan sekolah. “

Tak lama ada seseorang yang datang membawakan makanan. Aku tidak memperhatikan karena kupikir anaknya bik Minah pasti kurang lebih sama dengan ibunya. Tapi ketika aku menoleh, ya ampun, ternyata manis juga anak ini. Kulitnya bening, wajahnya polos dengan bibir tipis agak kemerahan, rambut dikepang kuda. Ukurannya sedang-sedang saja. Mungkin kalau dipermak sedikit orang tidak akan menyangka ia cuma anak pembantu.

Tak lama ibuku berteriak dari ruang depan, mengatakan bahwa ia akan pergi ke pertemuan wanita sampai malam. Di rumah tinggal aku dan Aryani.

“Yani, sini temenin aku ngobrol sambil aku makan, ” kataku ketika melihat Aryani melintas. “Kamu sekolah kelas berapa Yan ?

“SMP kelas 3, mas. Tapi tidak tahu tahun depan apa bisa melanjutkan ke SMA, ” katanya polos.

“Di kampung sudah punya pacar apa belum ? Atau apa malah sudah dilamar ? ” tanyaku lagi.

“Belum mas, sungguh !” jawab Aryani. “Kalau mas sendiri, pasti sudah punya pacar ya ?”

“Gadis kota mana mau sama aku, Ya ? ” kataku mulai mengeluarkan rayuan gombal. “Lagipula aku sukanya gadis yang masih polos seperti kamu. “

“Ah mas, bisa saja, ” katanya malu-malu, “Aku kan cuma anak seorang pembantu. “

“Yan, aku sudah selesai makan. Nanti setelah beres-beres kamu temenin aku ke ruang atas ya. Soalnya aku kesepian, bapak dan ibu baru pulang malam hari, ” kataku sambil bergegas naik ke lantai atas sambil mikir gimana ya bisa ngadalin si Aryani.

Kutunggu-tunggu Aryani tidak naik-naik ke lantai atas. Akhirnya dia datang juga, rupanya habis mandi, karena tercium wangi sabun luks. Segera kusuruh ia duduk menemaniku nonton VCD. Sengaja kuputar film pinjeman temanku yang biasanya kuputar kalau bapak/ ibu tidak di rumah. Kupilih yang tidak terlalu vulgar, supaya Aryani jangan sampai kaget melihatnya. Adegan yang ada paling cuma percintaan sampai di ranjang tanpa memperlihatkan dengan detail.

Rupanya adegan-adegan itu membuat Aryani terpengaruh juga, duduknya jadi tidak bisa diam. “Mas. sudah ya nontonnya, aku mau ke bawah, ” katanya.

“Tunggu dulu, Yan, aku mau ngomong, ” kataku yang telah dapat ide untuk menjeratnya, “Kamu takut tidak bisa melanjutkan sekolah apa karena biaya ? Kalau cuma itu, soal sepele, aku akan membantumu, asal …”

“Asal apa mas, ” katanya bersemangat.

“Asal kamu mau membantu aku juga, ” kataku sambil pindah ke dekatnya. Segera kuraih tangannya, kupeluk dan kucium bibirnya. Aryani sangat kaget dan segera berontak sambil menangis.

“Yani, kamu pikir aku akan memperkosamu ? ” kataku lembut. “Aku cuma mau supaya kamu bersedia menjadi pacarku. “

Ia membelalak tidak percaya. Sebelum ia sempat mngucapkan apa-apa kuserbu lagi, tapi kali dengan lebih lembut kukecup keningnya, lalu bibirnya. Kugigit telinganya, dan kuciumi lehernya. Aryani terengah-engah terbawa kenikmatan yang belum pernah dialami sebelumnya. Ingin rasanya segera kurebahkan dan kutiduri, tapi akal sehatku mengatakan jangan terburu-buru. Menikmati kopi panas harus ditiup-tiup dulu sebelum direguk. Kalau langsung bisa lidah terbakar dan akhirnya malah tidak dapat apa-apa.

Perlahan-lahan dari menciumi lehernya aku turun ke bagian atas dadanya, dan kubuka kancing dasternya dari belakang tanpa setahunya. Tetapi ketika akan kuturnkan dasternya ia tersadar dan mau protes. Segera kubuka baju kaos t-shirt ku sambil mengatakan udara sangat panas. Ia tersipu melihat dadaku yang bidang, hasil rajin fitness. “Yan kamu curang sudah lihat dadaku, sekarang biar impas aku juga mau lihat kamu punya dong. “

“Ah jangan mas, malu, ” katanya sambil memegang erat bagian depan dasternya.

“Bajunya doang yang dibuka, Yan. kalau malu behanya nggak usah, ” kataku sambil menyerbunya lagi dengan ciuman. Yani tergagap dan kurang siap dengan serbuanku sehingga aku berhasil membuka dasternya. Segera kuciumi bagian seputar payudaranya yang masih tertutup beha berwarna hitam.

“Aduh mas, mhm, enak sekali, ” katanya sambil menggelinjang. Tangankupun bergerilya membuka pengait behanya.

Tetapi ketika kulepaskan ciumanku karena hendak membuka behanya ia kembali tersadar dan protes, ” lho mas janjinya behanya tidak dibuka, ”

Tanpa menjawab segera kuserbu payudaranya yang tidak besar tetapi sangat indah bentuknya, dengan puting yang kecil berwarna coklat muda. Kukulum payudara kanannya sambil kuemut-emut. Ia tidak dapat berkata-kata tetapi menjerit-jerit keenakan. Terdengar alunan suara erangan yang indah, ” mph, ehm, ahhh, ‘ dari bibirnya yang mungil. Jemariku segera mulai menjelajah selangkangannya yang masih tertutup CD yang juga berwarna hitam. Rupanya hebat sekali rangsangan demi rangsangan yang Ayryani terima sehingga mulai keluar cairan dari MQ-nya yang membasahi CDnya.

“Oh mas, oh mas, mph, enak sekali, ” lenguhnya. Tanpa disadarinya jariku sudah menyelinap ke balik CD-nya dan mulai menari-nari di celah kewanitaannya. Jariku berhasil menyentuh klitorisnya dan terus kuputar-putar, membuatnya badannya gemetaran merasakan kenikmatan yang amat sangat. Sengaja tidak kucolok, karena itu bukan bagian jariku tetapi adik kecilku nanti.

“Ahhh !” jerit Aryani, dibarengi tubuhnya yang mengejang. Rupanya ia sudah mencapai klimaksnya. Tak lama tubuhnya melemas, setelah mengalami kenikmatan pertama kali dalam hidupnya. Ia terbaring di sofa dengan setengah telanjang, hanya sebuah CD yang menutupi tubuhnya.

Segera aku berdiri dan melepaskan celana panjang serta CD-ku, pikirku ia masih lemas, pasti tidak akan banyak protes. “Lho mas, kok mas telanjang. Jangan mas, jangan sampai terlalu jauh, ” katanya sambil berusaha untuk duduk. “

“Yan, kamu itu curang sekali. Kamu sudah merasakan kenikmatan, aku belum. kamu sudah melihat seluruh tubuhku, aku cuma bagian atas saja, ” kataku sambil secepat kilat menarik cd-nya.

“Mas, jangan ! ” protesnya sambil mau memertahankan CD-nya, tetapi ternyata kalah tangkas dengan kecepatan tanganku yang berhasil melolosi CD-nya dari kedua kakinya. Terlihatlah pemandangan indah yang baru pertama kali kulihat langsung. MQ-nya masih terkatup, dan baru ditumbuhi sedikit bulu-bulu jarang. Adik kecilku langsung membesar dan mengeras

Segera kuciumi bibirnya kembali dan kulumat payudaranya. Aryani kembali terangsang. Lalu sambil kuciumi lehernya Kunaiki tubuhnya. Kubuka kedua kakinya dengan kedua kakiku, “mas, jangan, oh !” katanya. Tetapi tanpa memperdulikan protesnya kulumat bibirnya agar tidak dapat bersuara. Perlahan-lahan torpedoku mulai mencari sasarannya. Ah, ternyata susah sekali memasukkan burung peliaraanku ke sangkarnya yang baru. Bolak-balik meleset dari sasarannya. Aku tidak tahu pasti di mana letaknya sang lubang kenikmatan.

“Mas, jangan, aku masih perawan, ” protes Aryani ketika berhasil melepaskan bibirnya dari ciumanku.

“Jangan takut sayang, aku cuma gesek-gesek di luar saja, ” kataku ngegombal sambil memegang torpedo dan mengarahkannya ke celah yang sangat sempit.

Ketika tepat di depan gua kewanitaannya, kutempelkan dan kusegesk-gesek sambil juga kuputar-putar di dinding luar MQ-nya. “Mas, mas, mphm, oh, uenak sekali, ” katanya penuh kenikmatan. Kurasakan cairan pelumasnya mulai keluar kembali dan membasahi helmku.

Lalu mulai kepala helmku sedikit demi sedikit kumasukkan ke dalam MQ-nya dengan menyodoknya perlahan-lahan, “Aw mas, sakit ! Tadi katanya tidak akan dimasukkan, ” protes Aryani, ketika kepala helmku mulai agak masuk. “Nggak kok, ini masih di luar. Udah nggak usah protes, nikmatin aja, Yan !” kataku setengah berbohong sambil terus bekerja.

Sempit sekali lubangnya si Yani, sehingga susah bagiku untuk memasukkan torpoedoku seluruhnya. Wah kalau begini terus, jangan-jangan si otong sudah muntah duluan di luar, pikirku. Sambil sedikit demi sedikit memaju-mundurkan torpedoku, kugigiti telinganya dengan gigitan kecil-kecil. Tiba-tiba kugigit telinganya agak keras, Yani terpekik, “Aw !” Saat itu dengan sekuat tenagaku kusodok torpedoku yang berhasil tenggelam semuanya di MQ-nya Aryani.

Gerakan pantatku semakin menggila memaju-mundurkan torpedoku di dalam MQ Aryani. Tetapi tidak kutarik sampai kelaut, takut susah lagi memasukkannya. Rupanya rasa sakit yang dialami Aryani tergantikan dengan rasa nikmat. Yang keluar dari bibir mungilnya hanyalah suara ah, uh, ah, uh setiap kali ku maju mundurkan torpedoku, menandakan ia sangat menikmati pengalaman baru ini.

Torpedoku semakin menegang. Keringat bercucuran dari tubuhku, akupun melngalami kenikmatan yang selama ini hanya kuimpikan. Sekitar selangkanganku terasa ngilu. Rupanya aku sudah mendekati klimaks. Gerakan pantatku semakin cepat, terasa jepitan MQ perawan desa ini semakin kencang juga. Empuk sekali rasanya setiap kali torpedoku terbenam di dalamnya. Terasa hampir meledak torpedoku, siap memuntahkan lahar panasnya ke dalam surga kenikmatan Aryani. Dengan sekut tenaga kubenamkan torpedoku sedalam-dalamnya dan crot, crot, cort ! Air maniku muncrat ke dalam rahim Aryani, Terdengar lenguhan panjang dari bibir mungil Aryani. Rupanya kami mencapai orgasme bersamaan. Tubuhkupun jatuh terbaring di atas tubuhnya penuh dengan kenikmatan. Kami berdua terbaring tak berdaya. Tubuh lemas, tetapi masih terasa kenikmatan yang sampai ke ubun-ubun.
Viewing all 204 articles
Browse latest View live